Di Tangan Santri, Limbah Bonggol Pisang Disulap Jadi Keripik Kaya Nutrisi

Cara mudah mengenali bonggol pisang yang bisa dimanfaatkan adalah ketika jantung pisangnya bisa dikonsumsi

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 26 Nov 2018, 07:02 WIB
Diterbitkan 26 Nov 2018, 07:02 WIB
Keripik bonggol pisang, pare, jantung dan daun bayam dengan tepung mocaf yang diproduksi Pesantren Ell Firdaus, Tambaksari, Cilacap. (Foto: Liputan6.com/Tahrir untuk Muhamad Ridlo).
Keripik bonggol pisang, pare, jantung dan daun bayam dengan tepung mocaf yang diproduksi Pesantren Ell Firdaus, Tambaksari, Cilacap. (Foto: Liputan6.com/Tahrir untuk Muhamad Ridlo).

Liputan6.com, Cilacap - Wilayah Kecamatan Kedungreja Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah dikenal sebagai sentra produksi sale pisang. Maklum, wilayah ini berada di dataran rendah di mana pisang begitu tumbuh subur.

Salah satu yang paling populer adalah pisang awak. Sebagian masyarakat menyebutnya pisang klutuk, lantaran ada jenis pisang awak tertentu yang di dalam daging buahnya terselip biji keras berwarna hitam.

Popularitas produksi sale pisang Cilacap sudah melintas provinsi, mulai Jawa Barat hingga Jakarta. Untuk memenuhi kebutuhan produksi sale, masyarakat banyak menanam pisang. Tak aneh jika di daerah ini, limbah bonggol pisang begitu banyak tersedia.

Bonggol itu adalah sisa tebangan pohon pisang yang telah tua. Biasanya, pangkalnya dibiarkan teronggok begitu saja.

Alkisah, pada suatu hari, sejumlah santri Rumbat Balong Ell Firdaus Desa Tambaksari Kecamatan Kedungreja singgah di Yogyakarta dalam sebuah lawatan. Yang menarik perhatian, di sebuah pusat jajanan, mereka melihat ada keripik bonggol pisang dijajakan.

Mereka mengingat, di sekitar pesantren Ell Firdaus, masyarakat banyak membudidayakan pisang. Nyaris semua pekarangan warga ditumbuhi pohon pisang.

Dengan sendirinya, bonggol pisang sisa tebangan bertebaran di mana-mana. Untuk mendapat bonggol pisang, mereka hanya perlu mengeluarkan sedikit tenaga untuk membongkar dari dalam tanah.

"Kalau mau, santri sebentar saja dikerahkan, sudah dapat banyak bonggol pisang. Di sini memang banyak, Mas," kata Tahrir, Santri di Pesantren Ell Firdaus, Minggu, 25 November 2018.

Di sisi lain, Pesantren Ell Firdaus juga tengah mengembangkan berbagai macam olahan tepung Mocaf, tepung ketela pohon yang diproduksi dengan memanfaatkan enzim tertentu. Tepung ini menggantikan peran tepung beras untuk membuat berbagai olahan makanan.

Selain lebih murah, tepung mocaf diklaim lebih kaya nutrisi dan menyehatkan. Sebab, tepung ini telah melewati proses fermentasi yang membuatnya lebih mudah dicerna.

Para santri pun ingin memanfaatkan limbah bonggol pisang yang tak pernah dimanfaatkan, sekaligus memanfaatkan pengetahuan soal tepung mocaf.

"Daripada terbuang percuma, lebih baik dimanfaatkan sebagai olahan makanan," ucapnya.

Kandungan Nutrisi Bonggol Pisang

Peserta pelatihan aneka olahan makanan bonggol pisang dengan balutan tepung mocaf di Pesantren Rubat Mbalong Ell Firdaus, Cilacap. (Foto: Liputan6.com/Tahrir untuk Muhamad Ridlo)
Peserta pelatihan aneka olahan makanan bonggol pisang dengan balutan tepung mocaf di Pesantren Rubat Mbalong Ell Firdaus, Cilacap. (Foto: Liputan6.com/Tahrir untuk Muhamad Ridlo)

Dia pun menjelaskan, tak semua pisang bisa dimanfaatkan bonggolnya. Sebab, masing-masing pisang memiliki karakteristik rasa. Beberapa bonggol pisang yang bisa dimanfaatkan antara lain, pisang kepok dan pisang awak atau klutuk.

Cara paling mudah untuk mengenali pisang yang bisa dimanfaatkan bonggolnya adalah ketika jantung pisangnya bisa dikonsumsi dan tak terasa pahit. Bisa dipastikan, bonggolnya pun bisa dikonsumsi.

Mereka beruntung, pisang awak yang banyak tumbuh di pekarangan warga memenuhi kriteria itu. Jantung pisang ini biasa dikonsumsi sebagai sayuran oleh masyarakat. Itu berarti, bonggolnya bisa dimanfaatkan.

Lantas mereka pun mulai mencoba memproduksi keripik bonggol pisang. Siapa sangka, rasanya benar-benar gurih dan lezat.

"Rasanya, mirip dengan keripik talas. Karena bonggol itu kan sebenarnya seperti talas juga," dia menerangkan.

Tak afdol rasanya jika pengetahuan itu hanya berhenti di tingkat pesantren. Karenanya, pesantren Ell Firdaus pun menggelar pelatihan olahan bonggol pisang untuk Fatayat Kecamatan Kedungreja.

Tak dinyana, para peserta begitu antusias. Yang hadir dalam pelatihan itu mencapai 120 orang. Antusiasme ini barangkali lantaran mereka mendapati banyak bonggol pisang yang bertebaran hanya menjadi limbah di sekitar rumah mereka.

Selain bonggol pisang, dalam pelatihan itu peserta juga mengikuti pelatihan pembuatan aneka olahan makanan berbahan pare, jantung pisang, .

"Ke depan keripik bonggol pisang sangat potensial menjadi produk skala rumah tangga untuk meningkatkan pendapatan masyarakat," dia menerangkan.

Dikutip dari situs Kementerian Pertanian, batang pisang bagian bawah ini ternyata mengandung gizi yang cukup tinggi dengan komposisi yang lengkap. Dalam 100 gram bonggol pisang basah terkandung 43,0 kalori, 0,36 g protein, 11,60 g karbohidrat, 86,0 g air, beberapa mineral seperti Ca, P dan Fe, vitamin B1 dan C, serta bebas kandungan lemak.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya