Garut Belajar Olah Sampah dari Negara K-Pop

Bagaimana jadinya kalau sampah-sampah ini diolah dengan teknologi ala negara Korea dan Jepang?

oleh Jayadi Supriadin diperbarui 13 Feb 2019, 09:00 WIB
Diterbitkan 13 Feb 2019, 09:00 WIB
Bupari Garut Rudy Gunawan
Bupari Garut Rudy Gunawan (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Liputan6.com, Garut - Pemerintah Daerah (Pemda) Garut, Jawa Barat menggandeng perusahaan patungan Korea Selatan dan Jepang, untuk pengelolaan sampah. Rencananya perusahaan itu diklaim mampu menghasilkan energi listrik terbarukan hingga 25 megawatt (MW).

Bupati Garut Rudy Gunawan mengatakan, persoalan sampah saat ini tengah menjadi polemik masyarakat Garut, sebanyak 17 truk sampah yang saat ini beroperasi, belum mampu mengangkut sampah secara optimal.

"Potensi sampah kita itu 500 ton, namun baru 300 ton yang berhasil diangkut," ujar dia selepas apel pagi di halaman Setda Garut, Senin (11/2/2019).

Untuk itu, pihaknnya menggandeng perusahaan dari luar negeri untuk mengolah sampah tersebut agar menjadi energi terbarukan. "Jadi hasilnya listrik sekitar 25 megawatt diserahkan ke PLN, nanti dari PLN kembali dijual buat Leles," kata dia.

Dalam praktiknya, kata Rudi, pihaknya bakal segera melakukan penambahan lahan seluas 5 hektare, di dekat lahan saat ini yakni lokasi tempat pembuangan akhir sampah (TPAS) Pasirbajing. "Lahan itu untuk membangun power plan-nya, jadi yang ada sekarang itu (Pasirbajing) ditarik ke situ," ujar dia.

Dalam kerjasama itu, Pemda Garut, ujar Rudy, tidak mengeluarkan dana sama sekali untuk penyertaan modal. Sementara mengenai teknologi, alat, dan investasi yang totalnya ditaksir hingga Rp 50 miliar itu, seluruhnya ditanggung kedua investor asal negeri Asia Timur tersebut. "Nanti listriknya dijual ke PLN," ujar dia.

Untuk mematangkan rencana itu, Garut telah mendapatkan undangan khusus ke pusat perusahaan pengolahan sampah patungan Korea Selatan dan Jepang itu, atas fasilitasi yang diberikan Kementerian Politik dan Hukum negara itu.

"Timnya sudah datang ke sini, sudah belajar di Indonesia. Sekarang mesin-mesin mereka banyak digunakan di negara berkembang," papar dia.

Khusus Indonesia, pengelolaan sampah yang dilakukan perusahaan listrik patungan dua negara Asia itu, diklaim sukses diterapkan di kawasan tempat pembuangan sampah Bantar Gebang, Bekasi. "Nah yang kedua ini di Garut," kata Rudy.

Untuk Bantar Gebang, energi listrik yang dihasilkan rencananya akan dibeli pemerintah DKI Jakarta. Sedangkan khusus Garut, seluruh feasibility study yang dibutuhkan, telah dilakukan investor kedua negara itu.

"Asal ada kesepakatan dengan PLN mereka bakal datang, PLN sendiri diwajibkan pemerintah untuk membeli (energi listrik terbarukan) dari sampah," kata dia.

Sementara untuk pengolahan sampah di Garut, rencananya sampah yang akan diolah mereka, sekitar 1.000 ton per hari, meskipun total kebutuhan sampah yang mereka perlukan jauh lebih besar. "Itu terbilang kecil (1.000 ton) mereka maunya 5.000 ton," kata dia.

 

Simak video pilihan berikut ini:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya