Pagi Tak Lagi Galau di Botania Garden Purbalingga

Agrowisata Botania Garden terus membenahi sarana wisata dan menambah wahana wisata yang baru

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 16 Apr 2019, 06:00 WIB
Diterbitkan 16 Apr 2019, 06:00 WIB
Wisatawan memetik buah di Botania Garden, Karangcengis, Bukateja, Purbalingga. (Foto: Liputan6.com/Dinkominfo PBG/Muhamad Ridlo)
Wisatawan memetik buah di Botania Garden, Karangcengis, Bukateja, Purbalingga. (Foto: Liputan6.com/Dinkominfo PBG/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Purbalingga - Matahari pagi mulai meninggi di Desa Wisata Karangcengis, Kecamatan Bukateja, Purbalingga. Pagi yang hangat itu berubah sejuk tatkala memasuki perkebunan buah atau agrowisata Botania Garden (Bogar).

Angin pagi menyelinap di antara dahan dan dedaunan pohon jambu citra, jambu biji kristal, jambu biji merah, jeruk, kelengkeng dan belimbing. Rindangnya pepohonan memastikan perkebunan ini, sejuk sepanjang hari.

Alam pedesaan begitu terasa. Jalan-jalan setapak membentang, berkelak-kelok menyisir parit. Aroma tanah dan embun di dedaunan yang menguap membuat badan hangat.

Berkeliling memetik buah di agrowisata Botania Garden juga berarti olah raga. Sebabnya, kawasan perkebunan di desa ini sangat luas, mencapai 183 hektare.

Pegiat wisata Desa Karangcengis yang sekaligus sebagai ketua pengelola Bogar, Abdi Legowo mengatakan, ide mengembangkan wisata agro petik buah itu berawal dari kegelisahan atau galaunya para pemuda yang mendapati harga buah anjlok pada musim panen raya.

Desa Karangcengis adalah salah satu desa sentra penghasil buah. Kebun petani luasnya tak terhingga.

Karenanya, pemuda mengajak petani untuk bergabung dalam pengelolaan sebuah kawasan agrowisata. Pengunjung yang datang membuat petani tak perlu direpotkan oleh bermacam biaya, seperti pemetikan, pengemasan hingga transportasi.

"Keuntungan lebih ini tentu dengan harga jual buah yang hampir sama di pasaran. Jika dijual di tengkulak, tentunya harganya jauh dibawah harga pasaran," ucap dia, dikutip dari keterangan tertulis Pemkab Purbalingga, Minggu (15/4/2019).

Pengembangan Kawasan Agrowisata Botania Garden

Gunungan buah diperebutkan oleh pengunjung dalam ulang tahun pertama Bitania Garden, Purbalingga. (Foto: Liputan6.com/Dinkominfo PBG/Muhamad Ridlo)
Gunungan buah diperebutkan oleh pengunjung dalam ulang tahun pertama Bitania Garden, Purbalingga. (Foto: Liputan6.com/Dinkominfo PBG/Muhamad Ridlo)

Petani tetap menggarap kebunnya sendiri-sendiri. Pengelola hanya mengatur kunjungan wisatawan ke kebun yang sudah siap panen.

Untuk melayani wisatawan, Abdi bersama teman-temannya sudah membagi tugas. Mulai yang mengatur parkir kendaraan, pemandu kebun, tenaga pemasaran, ahli pertanian yang bisa menjelaskan cara memetik buah yang benar hingga cara budidayanya dan khasiat dari buah itu.

"Kebetulan ada satu teman kami yang pernah belajar di agrowisata buah di Plantera Fruits Paradise, Kendal," dia menjelaskan.

Sejak berdiri pada Maret 2017 silam, Botania Garden terus membenahi sarana wisata dan wahana wisata yang baru. Tidak hanya kebun buah saja, namun menambah wahana arena bermain anak, terapi ikan, arena outbound dan yang mulai soft opening arena bermain dengan binatang atau Play with Animal.

"Untuk arena play with animal ini sasarannya kepada anak-anak. Mereka nantinya bisa berwisata edukasi dan bermain dengan kambing, angsa, kelinci, burung dara, ayam kate, dan kalkun," ucapnya.

Seorang petani yang tergabung dalam Botania Garden, Ahmad Riyadi merasa beruntung dengan sistem yang diterapkan di Botania Garden. Sebab, Ahmad mendapat pendapatan lebih dari harga buah jika dijual ke tengkulak.

Ahmad kini mengelola tanaman jeruk sekitar 50 ubin atau setara dengan 700 meter persegi dan 800 meter persegi tanaman jambu citra. Jambu Citra mulai berbuah saat berumur 2,5 tahun.

"Dalam satu minggu bisa menjual buah jambu sekitar 5-6 kuintal. Harga per kilogramnya sekitar Rp 12 ribu, jadi mendapat pendapatan sekitar Rp 6 juta – Rp 7,2 juta," ucap Ahmad.

Peningkatan Pedapatan Petani

Wisatawan berkeliling kebun untuk memetik buah di Botania Garden, Karangcengis, Bukateja, Purbalingga. (Foto: Liputan6.com/Dinkominfo PBG/Muhamad Ridlo)
Wisatawan berkeliling kebun untuk memetik buah di Botania Garden, Karangcengis, Bukateja, Purbalingga. (Foto: Liputan6.com/Dinkominfo PBG/Muhamad Ridlo)

Kepala Bagian Pemasaran Botania Garden, Abdul Rozak Amri mengemukakan, pengelola kini telah mengelola kebun seluas 30 haktare yang dikelola oleh 50 petani. Dia meyakini, kebun yang dikelola itu akan bertambah luas.

Pasalnya, semakin banyak wisatawan yang berkunjung, pendapatan petani akan semakin meningkat. Karenanya, minat petani untuk bergabung akan semakin tinggi.

"Kami mengubah kebun buah biasa, menjadi daya tarik wisata yang menarik. Dan yang utama, para petani yang biasanya menjual buahnya dengan harga lebih rendah ke pedagang pengepul, saat ini bisa menjual dengan harga yang lebih tinggi atau sama dengan harga pasaran," Amri menjelaskan.

Tak hanya petani yang diuntungkan, wisatawan yang berkunjung pun akan diuntungkan. Mereka bisa memetik buah sesuai selera.

Wisatwan bisa memetik sesuai jumlah yang diinginkan dan tingkat kematangan buah yang dikehendaki. Dan ini yang menjadi daya tarik terbesar bagi pengunjung yang datang.

"Mereka memilih buah sendiri, dan memetiknya. Bisa pula langsung menikmatinya di dalam kebun," ujarnya.

Wisata Bogar banyak diminati sebagai wisata edukasi oleh anak-anak. Tidak hanya dari Purbalingga saja, tetapi juga dari luar kota seperti dari Banyumas, Banjarnegara, Cilacap, Kebumen dan kota lainnya di Jateng. Wisata ini memang unik, mirip kebun buah di Bogor atau di Kabupaten Kendal.

Secara ekonomi, harkat para petani buah ikut terangkat. para pemuda desa yang semula tidak bekerja memperoleh lapangan pekerjaan baru dengan melayani wisatawan. Warga setempat juga kecipratan rezeki dengan berdagang bermacam makanan dan minuman khas pedesaan.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya