Merdeka Itu Menyatunya Wali Murid, Siswa, dan Pengelola Pendidikan

Peserta upacara bukan hanya siswa, namun juga wali maurid. Peserta bahkan bisa memprotes agar bisa menyanykan lagu wajib sepuasnya.

oleh Wisnu Wardhana diperbarui 17 Agu 2019, 18:05 WIB
Diterbitkan 17 Agu 2019, 18:05 WIB
upacara unik
Tak ada jarak antar wali murid maupun para siswa, baik saat upacara maupun saat lomba. (foto : Liputan6.com / wisnu wardhana)

Liputan6.com, Bantul - Upacara bendera memperingati kemerdekaan Republik Indonesia selalu menjadi hal yang istimewa terurama bagi pelajar. Biasanya upacara yang dilangsungkan di sekolah-sekolah berlangsung penuh disiplin dan dilaksanakan oleh seluruh siswa, guru dan staff sekolah tersebut.

Di Sanggar Anak Alam Yogyakarta (SALAM), upacara bendera bukan hanya melibatkan siswa dan guru. Orang tua siswa juga ikut serta menjadi peserta upacara, bahkan sebagian menjadi petugas paduan suara.

"Keterlibatan orang tua siswa ini memang sejalan dengan prinsip daur belajar siswa di sini, dimana orang tua terlibat penuh dalam pendampingan belajar siswa," jelas Yudhistira Aridayan, Ketua PKBM SALAM.

Petugas inti upacara bendera tersebut adalah siswa kelas 6 SD SALAM. Pengurus Organisasi Siswa Salam, semacam OSIS di sekolah tersebut, membantu di beberapa bidang mengingat setiap kelas di SALAM hanya memiliki kuota murid maksimal 15 orang.

Tak ada seragam yang dikenakan, mengingat sekolahan yang berada di tengah persawahan kampung Nitiprayan Bantul ini memang tak menerapkan seragam pada kegiatan belajarnya. Namun sesuai kesepakatan bersama, sebagian besar mengenakan busana bernuansa merah dan putih.

Tak hanya itu, bila di sekolahan lain umumya pembina upacara adalah kepala sekolah, maka di SALAM pembina upacara dilakonkan oleh ketua OIS yang merupakan siswa kelas 11. Sedangkan para guru yang di SALAM disebut fasilitator bergabung dengan orang tua siswa sebagai tim paduan suara.

Meski terkesan santai, namun jalannya upacara tetap berlangsung dengan khidmat. Tak ada ketegangan dalam pelaksanaan upacara di wajah para petugasnya. Bahkan senyum dan tawa kerap menghiasi wajah mereka.

"Konsep upacara bendera yang khidmat serta tetap sesuai protokoler. Namun sesuai kesepakatan, siswa menginginkan dijalankan tanpa ketegangan," tutur Yudhis.

 

Nyanyi Lagu Wajib Secapeknya

upacara unik
Orang tua dan anaknya membaur dan berposisi sama sebagai peserta upacara bendera Kemerdekaan. (foto: Liputan6.com / wisnu wardhana)

SALAM sendiri memang menganut konsep pendidikan merdeka yang bersandar pada kesepakatan bersama dan memberi kepercayaan pada siswa untuk aktif berperan dalam daur pendidikan mereka. Tak heran, kepercayaan diri para siswanya turut menebal seiring dengan proses yang mereka jalani.

"Di sini, rata-rata kami saling mengenal dari siswa kelas 1 hingga kelas 12 dan saling menjaga. Jadi tidak canggung saat berproses bersama," kata Tri Wahyu, salah satu fasilitator di kelas 4. "Bahkan siswa juga mengenal sebagian besar orangtua, dan sering saling berinteraksi." tambah Tri yang sudah 5 tahun menjadi fasilitator.

Kekhidmatan upacara bendera di SALAM akhirnya pecah saat upacara usai, beberapa orang tua memprotes karena tim paduan suara hanya diberi waktu oleh protokol menyanyikan 2 lagu nasional. Akhirnya petugas mengijinkan tim paduan suara menyanyikan beberapa lagu lain. Bahkan seluruh peserta akhirnya ikut menyanyi bersama.

"Kami sudah latihan banyak lagu lho, masa cuma 2 lagu yang ditampilkan," protes salah satu orang tua sambil tersenyum lebar.

Petugas protokol malah tertawa terbahak lalu meralat pengumumannya bahwa tim paduan suara boleh menyanyi lagi.

"Sekuatnya, secapeknya," kata sang protokoler dari kelas 6 sambil tak bisa menahan geli.

Sebuah cara memperingati kemerdekaan yang menyenangkan namun tak menghilangkan kesakralannya. Karena kemerdekaan bangsa ini memang selayaknya diperingati dengan kebahagiaan.

Simak video pilihan berikut

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya