Liputan6.com, Tuban - Selang 5 jam setelah patung Dewa Perang Kwan Sing Tee Koen tertinggi se-Asia Tenggara di area Kelenteng Kwan Sing Bio Tuban roboh, Ketua Umum Tempat Ibadad Tri Darma (TITD) Kelenteng Kwan Sing Bio, Gunawan Putra Wirawan akhirnya buka suara. Gunawan menyebut, penyebab robohnya patung itu karena faktor alam.
"Penyebab runtuhnya murni karena faktor alam, bukan penyebab yang lainnya," ujar Gunawan saat dihubungi Liputan6.com, Kamis (16/4/2020).
Gunawan menyampaikan, pihaknya juga dihubungi oleh pihak kementerian agar kooperatif jika ditanya awak media terkait robohnya patung, agar tidak ada yang mengambil keuntungan atas kejadian ini.
Advertisement
Baca Juga
"Saya diberikan masukan dari kementerian, agar dijawab apa adanya, kalau sebab runtuhnya karena faktor alam," tuturnya.
Sebelumnya pihak kelenteng sulit untuk dikonfirmasi, tanpa ada alasan yang jelas. Bahkan aparat kepolisian yang terjun di lapangan, hanya bisa berjaga di luar pagar, karena tidak diperkenankan masuk ke dalam area kelenteng.
Selang sekitar 5 jam setelah runtuhnya patung Dewa Perang tertinggi se-Asia Tenggara itu pihaknya baru bisa memberikan sedikit keterangannya serta memperkenankan pihak kepolisian untuk melakukan olah TKP lebih lanjut.
Sekadar diketahui, patung yang berada di Klenteng Kwan Sing Bio ini beralamatkan di Jalan Martadinata No 01 Kelurahan Karangsari, Kecamatan Tuban kota, Kabupaten Tuban, Provinsi Jawa Timur.
Adapun lokasinya tepat berada di pinggir jalan raya pantura yang menghubungkan Jawa Tengah dan Jawa Timur, dan menghadap ke Laut Jawa
Kelenteng Kwan Sing Bio merupakan tempat ibadah bagi penganut agama Buddha, Tao, dan Konghucu, atau yang biasa dikenal dengan Tri Dharma. Tempat ibadah ini dipersembahkan kepada Dewa Kwan Kong.
Selaras dengan hal itu, Kelenteng Kwan Sing Bio memiliki makna Kelenteng untuk memuja dan menghormati Dewa Kwan Kong.