Pagi Bersalju dan Fakta Unik Kemunculan Embun Es Dieng Akhir Juli

Embun es tahun ini tak bisa leluasa dieksplorasi lantaran kawasan wisata Dieng baru akan dibuka untuk umum pada Agustus mendatang

oleh Rudal Afgani Dirgantara diperbarui 27 Jul 2020, 06:00 WIB
Diterbitkan 27 Jul 2020, 06:00 WIB
Embun es Dieng. (Foto: Liputan6.com/UPT Dieng/Muhamad Ridlo)
Embun es Dieng. (Foto: Liputan6.com/UPT Dieng/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Banjarnegara - Embun es atau dikenal embun upas di dataran tinggi Dieng kembali muncul pada dasarian akhir Juli 2020, tepatnya Sabtu pagi (25/7/2020). Momen langka ini kerap menjadi buruan pelancong milenial yang gemar menabung kenangan.

Sayangnya, embun es yang tampak bagaikan salju pagi hari tahun ini tak bisa leluasa dieksplorasi lantaran kawasan wisata Dieng baru akan dibuka untuk umum pada Agustus mendatang lantaran pandemi Covid-19 yang tak kunjung berlalu.

Ada beberapa fakta unik tentang embun upas di dataran tinggi Dieng. Menurut penjelasan Stasiun Geofisika kelas III Banjarnegara, fenomena embun es merupakan salah satu anomali cuaca ekstrem yang disebabkan beberapa faktor.

Embun upas biasa terjadi di daerah dataran tinggi terutama pada puncak musim kemarau. Di wilayah tropis seperti Indonesia, suhu yang sangat dingin biasanya hanya terjadi pada dataran tinggi.

Hal ini disebabkan pada lapisan troposfer, suhu udara akan mengalami penurunan seiring ketinggian suatu tempat. Semakin tinggi suatu tempat, suhunya semakin dingin.

Sehingga peristiwa embun es di Indonesia hanya mungkin terjadi di dataran tinggi. Kompleksitas bentuk muka tanah seperti gunung dan lembah turut menyumbang variasi suhu permukaan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Simak Video Pilihan Berikut Ini:


Terjadi pada Puncak Musim Kemarau

Embun es menyelimuti kompleks Candi Arjuna, Dieng, Banjarnegara, Jawa Tengah, 25-26 Juli 2018. (Foto: Liputan6.com/Pokdarwis Pandawa/Muhamad Ridlo)
Embun es menyelimuti kompleks Candi Arjuna, Dieng, Banjarnegara, Jawa Tengah, 25-26 Juli 2018. (Foto: Liputan6.com/Pokdarwis Pandawa/Muhamad Ridlo)

“Faktor berikutnya adalah vegetasi dan danau di sekitar yang berkontribusi kepada variasi kelembapan udara di lokasi tersebut,” kata staf Stasiun Geofisika Banjarnegara, Mohamad Burhanudin yang dihubungi melalui sambungan telepon.

Embun upas akan terbentuk saat wilayah Jawa Tengah mulai memasuki musim kemarau. Ketika musim kemarau, kondisi langit relatif tidak ada tutupan awan.

Pada siang hari, radiasi matahari akan langsung menerpa daratan sehingga akan terasa lebih terik. Sebaliknya, pada malam hari radiasi matahari yang tersimpan selama siang hari akan terpancar tanpa hambatan.

Tanpa awan, tidak ada yang menahan radiasi panas matahari, sehingga suhu udara di permukaan akan terasa sangat dingin terutama pada dini hari menjelang pagi.

“Suhu bisa mencapai 5 derajat, bahkan di bawah nol. Pada suhu inilah biasanya embun es terbentuk,” ujar dia.

Faktor keempat adalah aliran massa udara di wilayah belahan bumi selatan, termasuk Jawa Tengah, didominasi angin timuran yang membawa massa udara dingin dan kering dari Benua Australia.

Beberapa faktor tersebut saling terkait dan mendorong munculnya fenomena embun beku di dataran tinggi Dieng.

 


Dieng Dibuka 1 Agustus 2020

Embun es Dieng atau bun upas muncul pada musim hujan, Sabtu pagi, 18 Januari 2010. (Foto: Liputan6.com/Aryadi Darwanto untuk Muhamad Ridlo)
Embun es Dieng atau bun upas muncul pada musim hujan, Sabtu pagi, 18 Januari 2010. (Foto: Liputan6.com/Aryadi Darwanto untuk Muhamad Ridlo)

Kawasan Wisata Dataran Tinggi Dieng, Banjarnegara akan dibuka secara resmi pada tanggal 1 Agustus 2020. Pengelola wajib menjalankan protokol kesehatan di kawasan wisata.

Kawasan Wisata Dieng siap dibuka kembali untuk umum setelah ditutup beberapa bulan akibat pandemi Covid-19. Pembukaan kembali Dieng selain sebagai pengobat rindu pecinta wisata sejarah, juga menggerakan kembali perekonomian masyarakat dan kontribusi terhadap penerimaan pendaptan daerah.

Sebelumnya, destinasi wisata Komplek Candi Arjuna dan Kawah Sikidang dibuka untuk wisatawan mulai tanggal 20 sampai dengan 31 Juli. Namun, selama periode tersebut pengelola menerapkan pembatasan.

Pembatasan itu antara lain dengan membatasi satu kali trip maksimal 140 orang dengan waktu kunjung maksimal 60 menit. Setiap 20 orang didampingi satu orang pemandu wisata. Hal ini untuk menghindari kerumunan sebagai upaya mencegah penyebaran virus corona.

Pada tahap ini, wisatawan juga dibatasi hanya dari wilayah Jawa Tengah dan DIY. Satu minggu kemudian akan dievaluasi dan kembali menggelar simulasi tahap kedua pada tanggal 27 Juli 2020.

Wisatawan juga diimbau membeli tiket dengan cara memesan ke nomor WA 0823 2369 0676. Pembayaran bisa secara tunai di lokasi dengan cara menaruh uang di nampan yang tersedia.

“Insyaallah pada tanggal 1 Agustus 2020 nanti, kami buka untuk umum dengan tetap menerapkan peraturan kesehatan, social distancing, dan manajemen trip,” kata Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Banjarnegara, Agung Yusianto.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya