Nestapa Bocah Edo di Gunungkidul, Terjatuh Lalu Lumpuh dan Putus Sekolah

Keluarga Edo juga terancam tinggal di dapur karena rumah yang ditempati sekarang adalah milik sanak saudaranya.

oleh Hendro diperbarui 28 Agu 2020, 21:00 WIB
Diterbitkan 28 Agu 2020, 21:00 WIB
Bocah Edo Gunungkidul
Edo Saputra (12) warga Padukuhan Kanigoro, Kalurahan Kemadang Tanjungsari, Gunungkidul, mengalami kelumpuhan usai terjatuh di sekolahnya. (Liputan6.com/ Hendro Ary Wibowo)

Liputan6.com, Gunungkidul - Sungguh malang nasib Edo Saputra (12) warga Padukuhan Kanigoro, Kalurahan Kemadang Tanjungsari, Gunungkidul ini. Di saat teman- temanya ceria ke sekolah mencari ilmu untuk menggapai cita-cita, Edo terpaksa berhenti sekolah karena kelumpuhan yang diderita sejak 5 tahun terakhir.

Wastini (37), ibunda Edo menceritakan, lumpuh yang diderita putranya tersebut sejak Edo masih duduk di bangku sekolah kelas 2 SD. Saat itu anaknya masih baik-baik saja dan normal seperti anak anak lainya. Namun, saat bermain di sekolah ia jatuh dan baru bercerita ke ibunya setelah tiga minggu kemudian.

Sejak kejadian itu, kondisi Edo terus memburuk hingga kakinya mengalami kelumpuhan. Sempat dibawa ke RSUD Wonosari untuk diperiksa dan kata Dokter yang memeriksa hanya keseleo tulang ekornya.

"Kata dokter cuma keseleo, dan harus menjalani terapi agar pulih seperti sedia kala," ungkap Wastini.

Dirinya menjelaskan, ia harus mencari pinjaman uang untuk pengobatan dan perawatan selama di RSUD waktu itu. Edo pun sempat menjalani terapi, hanya mampu bertahan dua kali lantaran tak ada biaya lagi.

"Saya sampai menjual kambing satu satunya untuk biaya pengobatan Edo termasuk untuk membayar utang," katanya.

Wastini mengaku tidak bisa bekerja maksimal karena harus menunggui Edo di rumah. Waktu itu setiap kali mengantar sekolah ia menggendong anaknya sampai ke sekolah dan menunggunya hingga akhir pelajaran.

Edo pun sering menjadi bahan rundungan teman-temannya, baik di sekolah maupun di lingkungan sekitar. Karena itu, kini Edo lebih banyak terdiam di tempat tidurnya dan sering merasa ketakutan ketika bertemu dengan orang yang baru dikenal.

Edo memutuskan untuk tidak melanjutkan sekolah yang seharusnya saat ini dia sudah duduk di kelas VI SD. Dirinya memilih menghabiskan waktu dengan membuat kerajinan tangan, seperti mobil-mobilan dari batu dan membuat layangan.

"Ya kadang ada temennya membeli layangannya, itu pun Edo malu menemui temannya hanya sekilas," pungkasnya.

Meskipun dalam keadaan yang sulit, Wastini tetap mempunyai keinginan agar putranya dapat berjalan dan sekolah lagi. Bahkan, Edo dan guru-guru yang beberapa kali menjenguk Edo pun mempunyai harapan yang sama.

 

Simak juga video pilihan berikut ini:

Beban Semakin Berat

Ibunda Edo juga menceritakan, ayah Edo bernama Agus Mintarjo (40), juga memiliki keterbasan fisik yaitu hanya mempunyai satu tangan dan bekerja serabutan bahkan mengemis di sekitar wonosari Gunungkidul. Namun, akhir-akhir ini ayahnya sering mengunjungi Edo dengan memberikan nafkah seadanya.

"Waktu itu Edo masih TK, saya memutuskan berpisah dengan dia karena beberapa bulan tidak kabar dan memberi nafkah," katanya.

Keadaan makin bertambah sulit lantaran rumah yang ditempati Wastini dan Edo adalah rumah milik kakak Wastini. Rumah tersebut akan ditempatinya lagi, dan Wastini bersama Edo akan tinggal di ruangan belakang rumah tersebut, yang sebelumnya berfungsi sebagai dapur ukuran 5x6 meter persegi.

Kini Wartini hanya bisa pasrah dengan keadaan, karena hasil menjadi buruh tani dan tenaga serabutan tidak mungkin cukup membeli tanah apalagi membangun rumah.

"Mudah-mudahan ada rezeki untuk memperbaiki karena kalau hujan bocor dan dindingnya sudah rapuh," ujarnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya