LAPAN Sebut Hujan Ekstrem Berpeluang Terjadi di Sejumlah Daerah Sepanjang Agustus 2021

LAPAN memperkirakan, hujan ekstrem diprediksi bakal melanda banyak wilayah di Indonesia pada Agustus 2021.

oleh Arie Nugraha diperbarui 12 Agu 2021, 01:00 WIB
Diterbitkan 12 Agu 2021, 01:00 WIB
20160907-Curah-Hujan-Jakarta-JT
Sejumlah gedung di Jakarta tertutup awan gelap sebelum turunya hujan, Rabu (7/9). BMKG memprediksi fenomena La Nina yang mengakibatkan curah hujan tinggi akan berlangsung hingga bulan September 2016. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Bandung - Hujan ekstrem diprediksi bakal melanda banyak wilayah di Indonesia pada Agustus 2021. Hal tersebut setidaknya diutarakan Pusat Sains dan Teknologi Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (TReAK PSTA - LAPAN). Padahal di tahun-tahun sebelumnya, bulan Agustus kerap menjadi puncak musim kemarau untuk wilayah Jawa dan sekitarnya.

"Kondisi ekstrem ini telah dibuktikan melalui hujan deras yang turun pada dini hari 10 Agustus 2021 di sebagian besar wilayah Jawa bagian barat, yaitu Jabodetabek, Bandung, dan Cimahi. Hujan intensitas sedang hingga tinggi terjadi di wilayah tersebut sejak pukul 23.00 WIB hingga 05.00 WIB," ujar Peneliti Klimatologi PSTA-LAPAN, Erma Yulihastin, Rabu (11/8/2021).

Menurut Erma, cakupan hujan pada area yang luas ini, juga dibuktikan dari pantauan radar Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dan satelit Himawari.

Sementara itu kata Erma, prediksi hujan lebat pada dini hari 10 Agustus 2021 sebelumnya telah terprediksi oleh Satellite-based Disaster Early Warning System (SADEWA) LAPAN dengan akurat secara cakupan area, intensitas, dan waktu.

"Sadewa ini selain mampu memprediksi hujan lebat secara akurat, kita dapat memahami mekanisme yang berkaitan dengan proses fisis dan dinamika atmosfer yang menyebabkan hujan lebat tersebut," kata Erma.

Erma menuturkan penyebab hujan lebat dini hari dalam skala meso (area luas dengan radius ratusan kilometer) di puncak kemarau, yaitu pada Agustus ini jelas merupakan anomali cuaca yang harus mendapatkan perhatian khusus.

Alasannya, angin monsun timuran penanda musim kemarau yang terjadi pada Agustus bertiup secara normal dan cenderung kuat.

"Selain memberikan dampak yaitu suhu yang dingin, angin timuran ini juga kering dan cenderung tidak mengandung uap air," ungkap Erma.

 

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Simak juga video pilihan berikut ini:

Faktor Pembentukan Awan Konvektif

Meskipun demikian, Erma menerangkan terdapat sejumlah faktor yang dapat memaksa udara naik sehingga menyebabkan aktivitas pembentukan awan konvektif terjadi secara intensif pada tengah malam menjelang dini hari.

Pertama, proses konvergensi atau bertemunya angin timur laut dari Laut Jawa dan angin tenggara dari Samudra Hindia (selatan Pulau Jawa) di atas daratan.

"Kedua, wilayah konvergensi di atas Jawa dapat terjadi karena suhu permukaan laut di sekitar Jawa mengalami penghangatan. Penghangatan suhu permukaan laut sebetulnya terjadi di sebagian besar wilayah Indonesia," tukas Erma.

Faktor ketiga yang menciptakan dukungan bagi suplai kelembapan yang berlimpah, lanjut Erma, yaitu pertemuan antara massa udara kering di bagian timur (Jawa Timur, Nusa Tenggara dan sekitarnya) dan udara basah di bagian barat (Jawa Barat-Sumatra) sehingga membentuk front hangat yang dapat memaksa udara naik pada malam hari.

Erma menambahkan udara lembap di bagian barat ini juga terjadi karena pengaruh IOD negatif yang menciptakan suhu permukaan laut lebih hangat di kawasan Samudra Hindia barat Pulau Sumatra.

"Gabungan ketiga faktor tersebut yaitu konvergensi, pemanasan suhu permukaan laut, dan front udara hangat, telah menumbuhkan awan konvektif secara cepat pada malam hari hingga tengah malam. Sehingga menyebabkan hujan lebat pada tengah malam hingga dinihari di sebagian besar Jawa bagian barat," sebut Erma.

Berdasarkan prediksi angin dan hujan selama beberapa bulan mendatang, wilayah kelembapan tinggi yang saat ini terkonsentrasi di sektor barat daya (Jawa-Sumatra) ini akan mengalami pergerakan zonal ke arah timur secara gradual sehingga pada bulan November-Desember 2021 mendatang konsentrasi kelembapan tertinggi akan berada di bagian tenggara dan timur Indonesia. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya