Liputan6.com, Jakarta Kisah pelajar SMA di Jakarta Intercultural School ini bikin berdecak kagum. Carolene Adeline, siswi kelas XII JIS ini menemukan kecintaannya dalam bidang sosial, terutama membantu penyandang disabilitas yang membutuhkan kaki palsu.
Pada awal pandemi Covid-19, Carolene bersama dengan temannya yang bernama Rionaldo, memberikan bantuan kepada penyandang disabilitas. Ia melihat banyak penyandang disabilitas yang tidak bisa bekerja dan kesulitan mendapatkan pekerjaan pada masa itu.
Saat itu, ia memberikan bantuan berupa sembako untuk Nedi dan murid-muridnya. Nedi adalah penyandang polio yang mengajari para penyandang disabilitas lainnya memperbaiki gawai, sehingga mereka bisa hidup mandiri karena memiliki perekonomian yang lebih baik.
Advertisement
Carolene pun mendaftarkan diri untuk menjadi relawan di Yayasan Peduli Tuna Daksa. Yayasan ini membantu dan mengumpulkan donasi untuk pembuatan kaki prostetik atau kaki palsu untuk penyandang disabilitas yang kurang mampu.
Carolene terlibat langsung, mulai dari mengukur kaki yang sudah diamputasi, membuat prostetik, hingga proses percobaan kaki palsu tersebut.
Baca Juga
“Hal ini luar biasa untuk saya. Saya ingin terlibat banyak karena ingin bermanfaat untuk orang lain, setelah melakukan ini semua pun, saya menjadi lebih bersyukur,” ujar Carolene.
Ia ingin menampik anggapan generasi milenial yang tak acuh, oleh karena itu ia ingin membuktikan dunia akan lebih indah jika saling membantu. Carolene berhasil membuatkan kaki baru untuk seorang bapak penyandang disabilitas yang saat ini bekerja di perusahaan industri.
Impian Carolene masih panjang. Ia dan teman-teman merasa perlu memodifikasi prostetik menjadi bionic. Carolene melanjutkan riset untuk membuat kaki palsu dengan lutut yang fleksibel sehingga bisa digunakan untuk beribadah (salat).
“Jadi tidak ada masalah saat harus sujud, bagi penyandang disabilitas yang muslim,” ucapnya.
Namun, hal ini tentu tidak mudah. Persoalan biaya yang cukup tinggi menjadi kendala.
Kaki palsu bionic bisa mencapai Rp 25 juta. Memangbiaya itu cenderung lebih murah ketimbang di luar negeri. Namun, bagi penduduk Indonesia angka itu terbilang tinggi.
Carolene mulai melihat kemungkinan untuk mengembangkan banyak komponen untuk menciptakan visi misi serupa (kaki palsu yang fleksibel) namun dengan harga yang lebih murah.
Carolene berhasil menemukan dan membuat kaki palsu baru dengan harga yang lebih terjangkau. Ia menggandeng tim engineering PT Omron Manufacturing of Indonesia (Dwi Putra Effendi, Fathian Hafiz Aulia, Rizky Muhamad Ramadhan, dan Abraham Octama Halim) untuk pembuatan kaki palsu bionic.