Liputan6.com, Cilacap - Diceritakan bahwa suatu ketika para saudagar muslim pergi ke negeri Syam untuk berdagang. Sebelum berangkat, Abu Bakar Ash Shidiq mendatangi Rasulullah SAW untuk memohon restu dan izin untuk mengajak dua orang sahabat, yakni Nu’aiman dan Suwaibith bin Harmalah.
"Ya Rasulallah! Saya izin akan mengajak dua sahabat ikut berdagang ke Negeri Syam, yakni Nu'aiman dan Suwaibith bin Harmalah," kata Abu Bakar, yang kemudian diizinkan oleh Rasulullah SAW.
Setelah sampai di Negeri Syam, Suwaibith bin Harmalah ditugaskan menjaga perbekalan, karena dikenal sebagai orang yang sangat amanah. Saat Abu Bakar sedang pergi berniaga, dan Suwaibith menjaga makanan, datanglah Nu'aiman kepada Suwaibith di waktu siang dan mengatakan bahwa dirinya telah lapar.
Advertisement
Advertisement
Baca Juga
"Wahai Suwaibith, aku sudah sangat lapar, maka berikanlah saya sepotong roti untuk saya makan saat ini", ujar Nu’aiman. Akan tetapi, permintaan Nu’aiman ditolak oleh Suwaibith, karena dirinya belum mendapat izin dari Abu Bakar.
Mendengar jawaban Suwaibith, Nu'aiman langsung mengancamnya, "Berikan aku sepotong roti itu atau kau akan aku beri pelajaran,".
Mendengar ancaman Nu’aiman, rupanya Suwaibith merasa ciut nyalinya, sebab jangankan dirinya, Nabi SAW juga pernah dikerjai. Namun tetap saja, Suwaibith tetap bersikukuh menjaga amanah dari Abu Bakar dan tidak memberikan sepotong roti itu kepada Nu'aiman.
Kesal dengan perlakuan Suwaibith, Nu'aiman bergegas pergi ke pasar, lalu berusaha untuk mencari tempat yang menjual hamba sahaya alias budak.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Menjual Suwaibith sebagai Hamba Sahaya
Lantas ia langsung menanyakan satu per satu harga hamba sahaya tersebut yang ternyata berkisar dari harga 100 hingga 300 dirham.
Kemudian, ia mengatakan kepada penjual hamba sahaya itu, "Aku juga punya hamba sahaya, namun hanya saya jual 20 dirham, murah kan?" katanya.
Mendengar pernyataan Nu'aiman, penjual tersebut tak percaya karena harganya yang sangat murah. Lebih lanjut, Nu'aiman menjelaskan bahwa hamba sahaya yang dimilikinya itu murah karena memiliki aib, di mana ia tak akan mengaku sebagai hamba sahaya dan menyebut dirinya sebagai orang merdeka.
Akhirnya semua orang berbondong-bondong untuk membeli hamba sahaya yang ditawarkan oleh Nu'aiman. Nu'aiman menunjuk kepada hamba sahaya yang akan dijual yang tiada lain adalah Suwaibith.
Setelah Nu'aiman menerima uang 20 dirham tersebut, pembeli kemudian membawa Suwaibith. Saking kagetnya, Suwaibith berteriak, "Aku bukan hamba sahaya. Kalian salah menangkap aku. Aku orang merdeka!
"Namun teriakan Suwaibith itu tidak ditanggapi oleh sekumpulan orang tersebut dan tetap menangkapnya sembari berkata: "Kami sudah tahu kekuranganmu!" Sembari membawa Suwaibith dan menjualnya ke pasar.
Advertisement
Selalu Bikin Rasulullah Tertawa
Nu’aiman merasa nyaman sebab kini telah memegang uang yang banyak. Ia menggunakannya untuk membeli makanan, minuman, hingga hadiah untuk Rasulullah SAW.
Tak lama, Abu Bakar pun pulang dari berniaga. Beliau kebingungan karena tak menemukan Suwaibith di tempatnya. Beliau cari kemana-mana tidak juga ketemu. Abu Bakar bertanya kepada Nu’aiman, “Ya Nu’aiman, kemana perginya sahabatmu, Suwaibith?” Dengan entengnya, Nu’aiman menjawab, “Sudah saya jual, wahai Abu Bakar.”
Mengetahui hal tersebut, lantas Abu Bakar tertawa dan menanyakan apa yang sebenarnya terjadi. Nu’aiman pun menceritakan semuanya secara detail perihal kekesalannya kepada Suwaibith yang akhirnya ia memutuskan untuk menjualnya.
Abu Bakar langsung bergegas ke pasar dan membeli kembali Suwaibith, hingga ia bebas kembali sebagai orang merdeka. Sepulangnya mereka ke Madinah, kejadian ini diceritakan kepada Rasulullah SAW.
Mendengar cerita Abu Bakar tersbut, Nabi Muhammad SAW tertawa sejadi-jadinya hingga gigi geraham beliau tampak di depan para sahabat.
Setahun berlalu, saking terkesannya dengan kejadian tersebut, yang dirasa aneh dan lucu, di saat tamu-tamu yang datang kepada Rasulullah SAW, beliau selalu menceritakan kisah Nu’aiman tersebut.
Penulis: Khazim Mahrur