Penuh Pesan Moral, Berikut 11 Dongeng dan Cerita Rakyat yang Bisa Dipilih untuk Anak

Berikut 11 cerita rakyat yang bisa dibacakan untuk anak.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 31 Agu 2022, 04:00 WIB
Diterbitkan 31 Agu 2022, 04:00 WIB
Ilustrasi Mendongeng
Ilustrasi mendongeng (dok. Pixabay.com/Tumisu/Putu Elmira)

Liputan6.com, Yogyakarta - Selain dapat melatih imajinasi dan kreativitas anak, membacakan cerita inspiratif pada anak juga mampu memperkuat bonding (ikatan emosional) orang tua dan anak. Salah satu bahan bacaan yang bisa dibacakan untuk anak adalah kisah-kisah dongeng atau cerita rakyat.

Banyak cerita rakyat dengan makna mendalam yang cocok untuk memperkuat ikatan emosional orangtua dan anak. Berikut 11 cerita rakyat yang bisa dibacakan untuk anak.

1. Lutung Kasarung

Lutung Kasarung yang berarti "Lutung yang Tersesat", merupakan cerita rakyat bergaya pantun yang mengisahkan legenda masyarakat Sunda. Dongeng anak ini menceritakan tentang perjalanan Sanghyang Guruminda dari Kahyangan yang diturunkan ke Buana Panca Tengah (Bumi) dalam wujud seekor lutung (sejenis monyet).

Selama di Bumi, sang lutung bertemu dengan putri Purbasari Ayuwangi yang diusir oleh saudaranya yang pendengki, Purbararang. Putri Purbararang pun mengadakan sayembara untuk perebutan tahta kerajaan, karena ia yakin Purbasari tidak dapat berbuat apa-apa.

Cerita rakyat ini mengandung nilai-nilai moral, yaitu agar tidak menjadi seseorang yang memiliki sifat suka memandang rendah orang lain. Sebaliknya, cerita rakyat ini mengajarkan untuk memiliki sifat pemaaf dan tidak pendendam.

2. Kancil dan Buaya

Cerita rakyat "Kancil dan Buaya" tentu sudah tidak asing didengar. Dongeng ini bercerita tentang seekor kancil cerdas yang ingin menyeberangi sungai.

Sayangnya, jembatan yang ada di sungai tersebut rusak, sehingga kancil pun tidak bisa menyeberang. Namun, ia tak kehilangan akal.

Dengan akal cerdiknya, Kancil berhasil menyeberangi sungai dengan cara membohongi buaya. Kancil membuat para buaya berjejer sehingga ia bisa menyeberangi sungai tersebut.

Selain seru, cerita rakyat ini memiliki pesan moral yang baik untuk si kecil, yakni pesan moral untuk tidak berbohong. Pasalnya, pada akhir cerita digambarkan tentang betapa buruknya berbohong.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

Telaga Warna

3. Legenda Asal-Usul Danau Telaga Warna

Cerita rakyat yang satu ini menceritakan Raja Prabu Suwartalaya dan permaisurinya, Ratu Purbamanah. Raja dan ratu ini sangat bijaksana sehingga kerjaan yang dipimpin makmur dan tenteram.

Namun, pasangan ini tidak kunjung memiliki anak dan disarankan untuk mengadopsi atau mengangkat anak. Namun, raja dan ratu tidak menginginkannya.

Mereka pun terus berdoa, hingga suatu hari pasangan kerajaan ini berhasil memiliki anak yang sangat disayangi. Semua permintaan anak tersebut dikabulkan, hingga ia tumbuh besar menjadi anak yang manja.

Cerita rakyat Danau Telaga Warna memiliki pesan moral untuk para orangtua agar dapat mengasuh dan merawat anak dengan baik. Sehingga, tidak membentuk kepribadian anak yang manja.

4. Malin Kundang

Malin Kundang juga menjadi salah satu rekomendasi cerita rakyat anak Indonesia klasik yang dapat menjadi referensi bacaan bersama Si Kecil. Malin Kundang merupakan anak dari seorang janda bernama Mande Rubayah.

Malin merupakan anak yang rajin dan penurut. Namun suatu ketika, Malin meminta izin sang ibu untuk pergi ke kota.

Awalnya, sang ibu tidak mengizinkan Malin, tetapi karena Malin ingin mengubah nasib menjadi lebih baik, ibu Mande akhirnya mengizinkan. Setelah bertahun-tahun lamanya merantau, Malin pun berhasil menjadi pria sukses dan kaya raya.

Bersama istrinya, Malin mengunjungi tempat tinggal sang ibu, tetapi ia tidak mengakui keberadaan ibunya di depan istrinya yang telah meludahi Mande. Malin pun dikutuk oleh Ibu Mande menjadi batu.

Cerita rakyat ini mengajarkan bahwa seorang anak jangan pernah menjadi anak durhaka dengan melupakan sang ibu meskipun sudah menjadi sosok yang sukses.

 

Gajah Baik Hati

5. Gajah yang Baik Hati

Selain Kancil dan Buaya, cerita fabel lain yang bisa dijadikan referensi bacaan adalah cerita "Gajah yang Baik Hati". Gajah yang Baik Hati berkisah tentang seekor gajah bertubuh besar dan gemuk yang gemar menolong teman-temannya sesama hewan.

Ia membantu siapa pun tanpa pandang bulu, termasuk harimau. Jika ia sedang berkeliling dan mendengar ada yang sedang kesusahan, ia tidak akan segan membantunya.

Cerita rakyat ini memiliki pesan moral yang baik, yaitu mengajarkan kita untuk selalu bersikap baik kepada siapa saja.

6. Legenda Batu Batangkup

Legenda Batu Batangkup menceritakan kisah seorang janda bernama Mak Minah yang hidup bersama ketiga anaknya yang nakal, pemalas, dan jarang mendengar ucapan orangtuanya. Mak Minah selalu menyiapkan makanan dan mencari uang untuk biaya hidup sehari-hari.

Ia melakukan semua pekerjaannya sendiri tanpa dibantu anak-anaknya. Suatu ketika, Mak Minah sedang sakit dan badannya lemas.

Ia meminta tolong ketiga anaknya untuk memasak, tetapi ketiga anaknya tetap saja tidak mau mendengarkan ibunya. Esoknya, Mak Minah pergi ke tepian sungai dekat gubuknya dan menemukan batu yang bisa berbicara dengan manusia dan dapat membuka dan menutup seperti kerang.

Merasa lelah dengan ketiga anaknya yang nakal dan pemalas, Mak Minah pun meminta batu tersebut untuk menelannya. Rekomendasi cerita rakyat yang satu ini mengandung nilai-nilai moral bahwa seorang anak janganlah memiliki sifat pemalas, nakal, dan suka membantah nasihat orangtua.

 

Kura-Kura Sombong

7. Kura-Kura yang Sombong

Alkisah, ada seekor kura-kura sombong dan merasa dirinya lebih pantas terbang dibandingkan berenang di perairan. Ia menganggap dirinya pantas terbang karena jengkel memiliki tempurung keras yang membuat tubuhnya terasa berat.

Kura-kura ini kesal melihat kawan-kawannya yang sudah puas dengan berenang. Saat melihat burung yang bebas terbang di langit, kejengkelannya kian bertambah.

Suatu hari, kura-kura memaksa seekor angsa untuk membantunya terbang. Si angsa pun setuju dan mengusulkan agar si kura-kura berpegangan pada sebatang kayu yang akan diangkatnya.

Karena tangan kura-kura agak lemah, ia menggunakan mulutnya yang lebih kuat. Sang kura-kura pun akhirnya bisa terbang dan merasa bangga.

Melihat teman-temannya yang tengah berenang, ia ingin menyombongkan diri. Ia lupa bahwa mulutnya harus terus dipakai untuk menggigit kayu. Ia pun terjatuh dengan keras. Beruntung, sang kura-kura selamat berkat tempurung yang sempat ia benci.

Cerita ini mengajarkan anak untuk tidak bersikap sombong dan selalu bersyukur dengan apa yang sudah dimiliki.

8. Cermin Ajaib

Dahulu kala, ada seorang raja bernama Granada yang sedang mencari istri. Ia pun menggelar sebuah sayembara, yakni barang siapa ingin menjadi istrinya, maka harus melihat ke dalam cermin ajaib yang mampu menunjukkan kebaikan dan keburukannya semasa hidup.

Para wanita yang awalnya bersemangat ingin menjadi ratu langsung patah semangat mendengar persyaratan tersebut. Mereka khawatir dan malu jika nanti banyak orang yang akan mengetahui sifat buruk mereka.

Namun, ada satu wanita yang berani mengajukan diri. Ia adalah seorang penggembala yang datang dari keluarga menengah ke bawah.

Sang perempuan ini datang bukan karena ia merasa tak pernah berbuat dosa. Namun menurutnya, semua orang pasti pernah berbuat kesalahan.

Ia berpikir, selama mau memperbaiki diri, semuanya bisa dimaafkan. Sehingga, tanpa ragu dan takut, ia melihat ke dalam cermin tersebut.

Setelah itu, raja mengatakan bahwa cermin itu sebenarnya hanyalah cermin biasa. Raja hanya ingin menguji kepercayaan diri para wanita yang ada di sana.

Mengetahui kepercayaan diri sang perempuan gembala tersebut, mereka pun menikah dan hidup bahagia selamanya dengan menerima kelebihan dan kekurangan masing-masing.

 

Telur Emas

9. Telur Emas

Diceritakan, ada seekor angsa yang dapat mengeluarkan sebutir telur emas setiap hari. Angsa itu dimiliki seorang petani dan istrinya.

Mereka bisa hidup nyaman dan berkecukupan berkat telur tersebut. Kenyamanan ini berlangsung cukup lama hingga suatu hari terbersit ide di benak petani tersebut.

Si petani berpikir, kenapa harus mendapatkan satu telur per hari jika bisa mengambil semuanya sekaligus dan jadi kaya raya?

Istrinya ternyata setuju dengan ide tersebut. Pasangan suami istri ini lalu menyembelih si angsa dan membelah perutnya.

Alangkah terkejutnya mereka ketika melihat perut tersebut hanya berisi daging dan darah. Tak ada telur sama sekali, apalagi emas.

Namun sayang, semuanya sudah terlambat. Mereka pun menangis sejadi-jadinya karena tidak ada lagi sumber penghasilan tetap yang bisa mereka andalkan.

Akhirnya, keluarga petani ini harus bekerja keras untuk menyambung hidup di esok hari. Cerita ini mengajarkan anak agar tidak bersikap serakah dan semena-mena.

10. Terdampar di Pulau

Suatu hari, seorang pria mengalami kecelakaan kapal dan terdampar di sebuah pulau tak berpenghuni. Ia terus berdoa agar Tuhan menyelamatkannya.

Setiap hari ia memandang laut lepas menanti pertolongan. Hari demi hari berlalu, yang diharapkan tak kunjung datang.

Demi bertahan hidup, ia pun mencari makanan di hutan dan berusaha membangun gubuk seadanya. Tak lama setelah gubug selesai dibangun, pria itu pergi mencari makan.

Alangkah terkejutnya ia saat kembali, kobaran api melalap gubug tersebut hingga habis tak tersisa. Ia pun kecewa dan putus asa.

Ia sempat merasa marah karena mengira Tuhan tak lagi memedulikannya. Ia lelah menangis dan akhirnya jatuh tertidur di atas pasir.

Keesokan harinya, ia terbangun mendengar suara kapal yang mendekat. Ia pun lega bercampur heran bagaimana orang-orang itu bisa menemukannya padahal ia sudah lama pasrah dan tak mengharapkan pertolongan datang.

Ternyata, orang-orang itu melihat kepulan asap dari gubug yang terbakar kemarin. Pria tersebut pun tersadar, ternyata yang disangkanya bencana justru merupakan berkah yang diberikan Tuhan.

 

Gembala dan Serigala

11. Bocah Penggembala dan Serigala

Terakhir ada cerita rakyat yang menceritakan "Bocah Penggembala dan Serigala". Pada zaman dahulu kala, hiduplah seorang anak penggembala di suatu desa.

Setiap hari, ia bertugas menggembalakan domba-domba milik tuannya di dekat hutan. Karena terus melakukan kegiatan yang sama, ia pun merasa bosan.

Suatu ketika, terbesit di pikirannya untuk mengerjai orang-orang desa sebagai hiburan. Ia pun berlari menuju desa sambil berteriak ketakutan, “Ada serigala! Ada serigala!”

Sesuai dugaannya, masyarakat setempat berlari menuju tepi hutan untuk mengusir serigala tersebut. Namun, sesampainya di sana, tak ada serigala sama sekali dan yang ada justru sosok si anak pengembala yang tertawa terbahak-bahak.

Mereka pun sadar kalau mereka sudah tertipu. Beberapa hari kemudian, anak itu kembali berteriak-teriak minta pertolongan.

Lagi-lagi, penduduk desa berlari ke tepi hutan. Namun, mereka ternyata tertipu untuk kedua kalinya.

Mereka pulang dengan bersungut-sungut akibat ulah anak tersebut. Hingga suatu hari menjelang sore, tiba-tiba saja serigala sungguhan muncul dari dalam hutan.

Si anak pun berteriak ketakutan minta bantuan. Namun kali ini, penduduk desa tak mau percaya padanya karena sudah dibohongi dua kali.

Serigala itu pun dengan leluasa membunuh dan menyantap domba-domba yang ada di sana. Sementara anak itu hanya bisa melihat dari kejauhan dan bingung memikirkan apa yang harus ia katakan pada sang tuan.

Cerita rakyat ini menjadi pelajaran tentang dampak dari berbohong.

 

Penulis: Resla Aknaita Chak

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya