Sebanyak 49.536 Petani di Sulteng Berstatus Miskin Ekstrem, Bagaimana Strategi Pengentasannya?

Sepanjang tahun 2023 tercatat puluhan ribu petani di Sulawesi Tengah masih mengalami kemiskinan ekstrem.

oleh Heri Susanto diperbarui 06 Jan 2024, 08:00 WIB
Diterbitkan 06 Jan 2024, 08:00 WIB
Petani di Morowali
Petani di Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah sedang menggarap lahan sawahnya. (Foto: Heri Susanto/Liputan6.com)

Liputan6.com, Kota Palu Kemiskinan hingga tahun 2023 masih menjadi momok Sulawesi Tengah, termasuk di sektor pertanian. 

Berdasarkan Data Penyasaran Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem (P3KE), provinsi yang sohor dengan pertambangan itu masih memiliki jumlah petani berkategori miskin ekstrem sebanyak 49.536 Kepala Keluarga (KK) dari jumlah total 371.127 KK petani yang berstatus miskin.

Sebaran petani miskin ekstrem itu ada di semua kabupaten di Sulawesi Tengah dengan jumlah terbesar terdapat di Kabupaten Parigi Moutong sebanyak 10.894 KK.

Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Sulteng, Nelson Metubun mengakui pengentasan kemiskinan di sektor pertanian itu menjadi salah satu fokus pihaknya di tahun 2024. 

Pasalnya dari puluhan ribu petani miskin tersebut di tahun 2023 intervensi pemberdayaan yang dilakukan baru menjangkau sebanyak 2.050 petani.

"Intervensinya dengan bantuan senilai Rp3,7 juta per KK petani baik dalam bentuk benih, pupuk, dan peralatan. Itu kami lakukan bertahap untuk semua kabupaten," kata Nelson, Jumat (5/2/2024).

Nelson menyebut SDM yang minim serta sulitnya akses keperalatan pertanian menjadi salah satu sebab terjadinya kemiskinan ekstrem petani. Karenanya pemberdayaan dengan pendampingan juga menjadi fokus di tahun 2024 sebagai upaya pengentasan kemiskinan.

Kemiskinan ekstrem sendiri adalah suatu kondisi yang dialami individu maupun keluarga yang tidak dapat memenuhi kebutuhan primernya, termasuk makanan, air minum bersih, fasilitas sanitasi, kesehatan, tempat tinggal, pendidikan, dan informasi.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya