Liputan6.com, Yogyakarta - Masyarakat Indonesia memiliki berbagai tradisi unik dalam memperingati Isra Miraj. Hal ini tak lepas dari upaya masyarakat untuk terus mengingat peristiwa penting dalam sejarah Islam ini.
Adapun peringatan Isra Kiraj tahun ini jatuh pada 8 Februari 2024. Untuk memperingati Isra Miraj, beberapa wilayah di Indonesia menggelar tradisi masing-masing.
Mengutip dari berbagai sumber, berikut beberapa tradisi Isra Miraj yang unik di Indonesia:
Advertisement
Baca Juga
1. Ambengan
Ambengan adalah tradisi masyarakat Jawa Tengah dan Jawa Timur untuk menyambut Isra Miraj. Nama tradisi yang berupa makan bersama ini memiliki arti wadah dengan ukuran tanggung dalam bahasa Jawa.
Sesuai namanya, pada ambeng atau wadah yang tersedia akan diletakkan nasi dan lauk. Umumnya, masyarakat menggunakan lauk hasil panen, seperti mi goreng, ayam, telur, kentang, dan lainnya.
Makanan tersebut kemudian dibawa ke masjid atau langar untuk kemudian dinikmati bersama setelah sholat Maghrib. Sebelum disantap, kiai akan membacakan doa terlebih dulu.
2. Khatam Kitab Arjo
Masyarakat di Desa Wonohoyo, Temanggung, biasanya memperingati Isra Miraj dengan tradisi khatam kitab arjo. Tradisi yang dilakukan selepas salat Isya ini diawali dengan tahlil singkat dan dilanjutkan dengan membaca kitab Arja, yakni kitab tentang perjalanan Nabi Muhammad SAW hingga terjadinya Isra Miraj yang ditulis dalam bahasa Jawa karya KH Ahmad Rifai Al-Jawi.
Â
Nganggung
3. Nganggung
Nganggung adalah tradisi di Desa Kampung Bukit, Kecamatan Toboali, Bangka Belitung. Hampir mirip seperti ambengan, tradisi ini juga dilakukan dengan cara membawa makanan dari rumah masing-masing untuk dimakan bersama.
Bedanya, dalam tradisi ini masyakat membawa makanan menggunakan rantang. Adapun makanan yang dibawa biasanya terdiri dari aneka kue, buah-buahan, hingga nasi dan lauk pauk.
4. Nyadran
Nyadran adalah tradisi berdoa kepada leluhur yang biasanya dilakukan masyarakat Siwarak, Gunungpati, Semarang. Masyarakat berbondong-bondong berkunjung ke makam-makam leluhur dan berdoa.
Selanjutnya, mereka mengadakan pengajian di Masjid Baitul Muslimin Siwarak. Menariknya, acara ini juga dihiasi dengan keseruan karnaval.
5. Rejeban Peksi Buraq
Tradisi rejeban peksi buraq sudah dilakukan selama ratusan tahun. Nama tradisi di Yogyakarta ini berasal dari nama burung yang menjadi kendaraan Nabi Muhammad saat melakukan perjalanan ke langit ketujuh, Buraq.
Dalam tradisi ini, masyarakat membuat dua jenis buraq dari kulit jeruk bali. Selanjutnya buraq tersebut dipasang di atas gunungan buah-buahan.
Gunungan dibawa oleh abdi dalem Kaji Selusin menuju serambi Masjid Gede Kauman. Nantinya, gunungan buah tersebut dibagikan kepada jemaah masjid setelah pengajian.
Â
Penulis: Resla
Advertisement