Tradisi Bunyi Sirine Tua saat Hari Kemerdekaan di Yogyakarta

Menara Gauk Plengkung Gading dan Pasar Gedhe Bringharjo didirikan bersamaan dengan tempat lainnya pada 1930.

oleh Tifani diperbarui 16 Agu 2024, 18:23 WIB
Diterbitkan 16 Agu 2024, 18:16 WIB
Sirine Gaok
Menara Gauk Plengkung Gading dan Pasar Gedhe Bringharjo didirikan bersamaan dengan tempat lainnya pada 1930.

Liputan6.com, Yogyakarta - Ada berbagai tradisi unik yang digelar untuk memeriahkan peringatan Hari kemerdekaan Indonesia. Salah satunya tradisi menyalakan sirine di Yogyakarta.

Bukan sembarangan, sirine yang dinyalakan adalah sirine peninggalan Belanda yang kerap disebut sebagai sirine gaok. Istilah gaok berasal dari bahasa Jawa yang berarti lonceng atau sirene tradisional yang digunakan di masa lalu untuk memberi sinyal.

Dikutip dari laman Kemendikbud, ada enam sirine gaok yang tersebar di seluruh penjuru Kota Yogyakarta, mulai dari Pasar Gedhe Beringharjo, Hotel Tugu, Lempuyangan, Pakualaman, Plengkung Gading, dan Pabrik Aniem Serangan. Menara Gauk Plengkung Gading dan Pasar Gedhe Bringharjo didirikan bersamaan dengan tempat lainnya pada 1930.

Sayangnya, hanya tersisa beberapa sirine yang masih berfungsi hingga saat ini. Balai Pelestarian Cagar Budaya DIY mencatat, menara sirine ini dibangun menjelang meletusnya Perang Asia Pasifik.

Pemerintah Hindia Belanda di Yogyakarta mendirikan beberapa menara sirine ini sebagai tanda peringatan bahaya serangan udara. Pengoperasian sirine ini mulanya berada di bawah pengawasan LBD (Lucht Bescherming Dienst) atau Dinas Perlindungan Udara Belanda yang berpusat di Benteng Vredeburg.

Namun, kemudian suara sirine diidentikan dengan pelaksanaan peringatan Serangan Umum pada 1 Maret 1949. Saat ini, bunyi sirine gaok ini menjadi ciri khas setiap peraayaan 17 Agustus di Yogyakarta.

Suara sirine ini dibunyikan selama 1 menit pada saat Detik-Detik Proklamasi kemerdekaan pukul 10.00 WIB.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya