Waspada, Gula dan Pengawet Berlebih jadi Penghambat Tumbuh Kembang Anak

Gula yang terkandung dalam makanan olahan dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan.

oleh Arya Prakasa diperbarui 19 Agu 2024, 04:00 WIB
Diterbitkan 19 Agu 2024, 04:00 WIB
talkshow gizi, bandung
Talkshow membahas mengenai gizi dan mental anak-anak di Kota Bandung.

Liputan6.com, Bandung - Saat ini anak-anak Indonesia tengah menghadapi krisis kesehatan yang cukup serius karena tingginya konsumsi gula yang menyebabkan diabetes dan gagal ginjal. Bahkan, gangguan mental pada anak juga kini semakin meningkat.

Founder dan Chairman Edelweiss Healthcare Group, Syauqi Robbani mengatakan, gula yang terkandung dalam makanan olahan, dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, mulai dari kerusakan gigi, diabetes, gagal ginjal, hingga dampak jangka panjang yang lebih parah terhadap kesehatan secara keseluruhan.

"Kami prihatin dengan kondisi gizi anak-anak di Indonesia saat ini, banyak anak-anak yang masih gemar mengkonsumsi makanan tidak sehat. Salah satunya yang berasal dari makanan olahan yang mengandung banyak gula dan pengawet. Ini jadi salah satu concern kami di layanan tumbuh kembang anak di Edelweiss Children Center,” kata Syauqi di Bandung, Sabtu (17/8/2024).

Dia mengatakan, berdasarkan penelitian Beecher, dkk (2021), konsumsi gula yang berlebih juga dapat menghambat pembelajaran dan memori. Dan asupan harian minuman manis selama masa remaja dikaitkan dengan memburuknya kinerja belajar dan memori otak selama masa dewasa, selain itu berpengaruh juga pada perilaku impulsif dan hiperaktif.

"Dengan kondisi yang ada saat ini, kami merasa perlu menghadirkan fasilitas yang bisa memberikan perawatan dan edukasi yang tepat bagi anak-anak serta orang tua mereka. Harapannya dengan mengurangi asupan gula, kita bisa membantu generasi muda Indonesia fokus belajar, memperbaiki memori, dan mencapai potensi terbaik mereka," kata Syauqi.

Menurutnya, Dilansir dari The Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS) yang bekerjasama dengan Universitas Gadjah Mada, sebanyak 2,45 juta remaja Indonesia didiagnosis mengalami gangguan jiwa selama 12 bulan terakhir, pada tahun 2021. Faktor seperti kekerasan di rumah, tekanan akademis, dan kurangnya dukungan emosional berkontribusi pada masalah ini.

"Di Edelweiss Children Center ini, kami tidak hanya menangani masalah kesehatan fisik, tetapi juga mental, karena kesehatan mental anak sama pentingnya dengan kesehatan tubuh mereka," ucap dia.

Simak Video Pilihan Ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya