Gara-Gara Kekeringan, Krisis Air Bersih di NTB Diprediksi Sampai Desember 2024

Krisis air bersih akibat dampak musim kemarau yang melanda sejumlah daerah di wilayah NTB diprediksi masih akan terjadi hingga Desember 2024.

oleh Tim Regional diperbarui 26 Sep 2024, 13:10 WIB
Diterbitkan 26 Sep 2024, 13:10 WIB
Ilustrasi musim kemarau, panas
Ilustrasi musim kemarau, panas. (Photo by Brett Sayles: https://www.pexels.com/photo/landscape-photograph-of-skies-912364/)

 

Liputan6.com, Mataram - Krisis air bersih akibat dampak kekeringan musim kemarau yang melanda sejumlah daerah di wilayah NTB diprediksi masih akan terjadi hingga Desember 2024. Hal itu diungkapkan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Nusa Tenggara Barat.

"Untuk ketersediaan air minum/air bersih kemungkinan sampai Desember kita masih kekurangan," kata Kepala BPBD NTB Ahmadi, Rabu (25/9/2024).

Ia mengakui meski hujan sudah mulai terjadi di akhir September, namun untuk beberapa daerah khususnya yang berada di kawasan selatan Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa tetap masih kekurangan air alias krisis air bersih.

"Walaupun curah hujan tinggi belum tentu juga di kawasan selatan Pulau Lombok dan Sumbawa itu air langsung mengalir karena air itu butuh waktu resapan," ujarnya.

Berdasarkan data BPBD NTB, sampai dengan saat ini jumlah warga yang terdampak kekeringan mencapai 500 ribu jiwa lebih yang tersebar di 77 kecamatan. Sementara dari 10 kabupaten/kota, terdapat sembilan yang sudah menetapkan status siaga darurat kekeringan.

Selain menyebabkan kesulitan air bersih terdapat 10 hektare lahan pertanian juga terdampak kekeringan akibat musim kemarau.

"Saat ini dalam posisi puncak-puncaknya musim kering," katanya.

Untuk mengatasi kekurangan air bersih ini, BPBD NTB, terus melakukan distribusi air bersih ke wilayah-wilayah terdampak. Membangun sumur-sumur bor di sejumlah titik. Sumur bor ini diperoleh dari bantuan pemerintah pusat melalui BNPB, termasuk rencana modifikasi cuaca untuk menurunkan hujan.

"Wilayah Lombok selatan itu sumur bor tidak bisa karena tidak ada cekungan air tanah. Cara yang kita lakukan dengan mendistribusikan air, kalau pun pasang sumur bos itu tidak disana," terang Ahmadi.

 

Kebutuhan Membeli Air

Alokasi anggaran untuk membeli air dan operasional ini, BPBD NTB mendapatkan bantuan dana dari BNPB sebesar Rp300 juta, sedangkan di APBD NTB Rp700 juta.

"Ini kita gunakan untuk membeli kebutuhan air dan operasional mobil tangki. Dengan uang itu kita pakai untuk 2.000 tangki air," katanya.

Sebelumnya, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi potensi kekeringan di NTB bakal meluas karena puncak musim kemarau masih berlangsung pada September 2024.

Pada dasarian II September 2024 (11-20 September) potensi hujan di wilayah NTB sangat rendah. Potensi hujan dengan intensitas ringan hingga sedang terjadi di sebagian kecil wilayah NTB.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya