Liputan6.com, Samarinda - Pada 5 Februari 2025 silam, jagat media sosial dihebohkan dengan kemunculan satu individu orang utan di lahan tambang batu bara, di Kecamatan Bengalon, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur. Mirisnya lagi, aktivitas satwa dilindungi itu disaksikan banyak orang di tengah deru mesin alat berat.
Kementerian Kehutanan kemudian merilis upaya penyelamatan dan translokasi orang utan tersebut di media sosial. Proses evakuasi melibatkan tim dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Timur, PT Kaltim Prima Coal, dan Center for Orangutan Protection (COP). Prosesnya dimulai sejak 7 Februari hingga kemudian pada 12 Feberuari dilepasliarkan di Hutan Lindung Mesangat, Kabupaten Kutai Timur.
“Pada 11-12 Februari 2025, Tim WRU SKW II Tenggarong - Balai KSDA Kalimantan Timur, bekerja sama dengan Tim COP dan Tim Departemen Environment - Divisi HSES PT Kaltim Prima Coal, berhasil melakukan penyelamatan terhadap 1 individu orang utan jantan berusia kurang lebih 17 tahun, yang keberadaannya di sekitar area Operasional KPC, Simpang Perdau,” tulis pengumuman yang dipublikasikan di akun resmi Instagram Kementerian Kehutanan, Sabtu (15/2/2025).
Advertisement
Advertisement
Baca Juga
Proses translokasi orang utan tersebut diakui memang bermula dari video orang utan di lahan tambang batu bara milik PT Kaltim Prima Coal. Video tersebut kemudian viral karena orang utan sedang kebingungan di tengah aktivitas alat berat tambang batu bara.
Apalagi banyak unggahan yang memberi keterangan jika orang utan itu sedang kebingungan mencari rumahnya yang hancur akibat aktivitas tambang batu bara. Di video yang beredar luas itu juga tampak sejumlah warga menyaksikan orang utan berjalan dan berupaya mengabadikan momen tersebut.
Tim Wildlife Rescue Unit (WRU) Seksi Konservasi Wilayah (SKW) II BKSDA Kaltim kemudian berupaya mencari keberadaan kera besar tersebut. Berdasarkan keterangan warga, orang utan ini sering muncul di perkebunan sawit.
“Tim WRU SKW II Balai KSDA Kalimantan Timur langsung turun ke lapangan pada 7 Februari untuk melakukan pemantauan dan pengumpulan data,” tulis akun Kemenhut.
Pada tanggal 11 Februari, tulis akun itu, tim akhirnya mendapatkan informasi bahwa orangutan tersebut sedang di perkebunan warga. Upaya penyelamatan berhasil, dan orangutan yang dalam kondisi sehat itu berhasil diselamatkan di areal berhutan sekitar area Operasional tambang PT Kaltim Prima Coal. Proses penyelamatan berjalan lancar berkat kerja sama yang solid antara semua tim yang terlibat.
“Setelah dilakukan pemeriksaan kesehatan oleh Tim Medis, orangutan tersebut dilepasliarkan di Hutan Lindung Gunung Mesangat, Kutai Timur. Kegiatan peyelamatan dan pelepasliaran satwa ini merupakan bentuk komitmen dalam melindungi satwa liar, menjaga keseimbangan ekosistem, dan mengurangi konflik antara manusia dan satwa,” sambung postingan tersebut.
Translokasi Orang Utan
Center for Orangutan Protection (COP) menjadi organisasi nirlaba yang terlibat dalam penyelamatan dan translokasi orang utan di areal aktif pertambangan batu bara. Bersama BKSDA Kaltim, translokasi orang utan dilakukan untuk menyelamatkan satwa dilindungi.
Manajer Komunikasi COP, Wahyuni menjelaskan, translokasi orang utan merupakan bagian dari upaya penyelamatan satwa. Meski dipindahkan ke hutan yang merupakan habitatnya, orang utan hasil translokasi tetap mendapat pemantauan.
“Kami mendukung penuh penyelamatan orang utan dan siap memonitoring orangutan translokasi di Hutan Lindung Gunung Batu Mesangat, Kutai Timur,” kata Wahyuni melalui aplikasi pesan instan.
Lebih lanjut Wahyuni menjelaskan pihaknya tak hanya kali ini melakukan upaya translokasi. Sepanjang Bulan Januari 2025 saja sedikitnya 16 orang utan telah dipindahkan.
“Sejak Januari 2025 hingga saat ini, ada 16 orangutan translokasi. Semuanya kehilangan habitat,” imbuh Yuyun, sapaan akrabnya.
Advertisement
Puluhan Orang Utan Jalani Translokasi
Kemunculan orang utan di wilayah kerja tambang batu bara milik PT Kaltim Prima Coal memang sejak lama sering terjadi. Pada tahun 2025 saja yang belum dua bulan, sudah berulang kali akun publik media sosial yang mengunggah kemunculan tersebut.
Pada 12 Februari 2025 silam, liputan6.com mencoba mendatangi kawasan Simpang Perdau, Kecamatan Bengalon. Kawasan ini merupakan simpang tiga jalan poros yang menghubungkan Kabupaten Kutai Timur dengan Kabupaten Berau.
Di kawasan inilah orang utan sering muncul di konsesi pertambangan batu bara. Tak jarang juga di perkebunan dan pemukiman warga.
Di Warung 88, liputan6.com bertemu warga setempat bernama Gabriel. Dia mengakui sering melihat kemunculan orang utan di kawasan itu. Baik yang akhirnya jadi viral maupun yang tak terekam kamera.
“Itu hal biasa bagi warga di sini,” kata Gabriel yang memang suka minum kopi di warung tersebut.
Gabriel bercerita, sebulan terakhir dia menyaksikan puluhan orang utan dipindahkan. Meski tak tahu tujuannya ke mana, dia sering melihat kandang di atas mobil bak terbuka beserta orang utan mampir di Warung 88.
“Kadang mereka (tim translokasi orang utan) istirahat di sini usai mengambil orang utan dari areal pertambangan atau rumah penduduk,” kata Gabriel.
Dia sendiri tak memastikan jumlahnya berapa banyak orang utan yang sudah dipindah. Namun yang pasti jumlahnya tidak sedikit,
“Pokoknya banyak, sepertinya puluhan (orang utan),” ujarnya.
Gabriel pun sempat memotret orang utan tersebut menggunakan ponsel dan menunjukkannya kepada liputan6.com. Foto tersebut menunjukkan satu individu orang utan sedang mengintip dari balik kandang besi.
Manager Environmental PT Kaltim Prima Coal, Kiagus Nirwan menyebut translokasi orang utan dilakukan jika ada interaksi negatif satwa dengan manusia. Tentu saja proses tersebut dilakukan dengan persetujuan otoritas satwa.
“Proses Translokasi dapat dilakukan, pak, apabila ada Interaksi negatif antara satwa dan manusia. Tentunya dengan melakukan koordinasi dengan pihak yang memiliki otorisasi pengamanan satwa dalam hal ini BKSDA,” kata Nirwan.
Sejauh ini belum didapatkan informasi jumlah individu orang utan yang menjalani proses translokasi orang utan. Center for Orangutan Protection (COP) sendiri baru menyebut 16 individu orang utan jalani proses ini, namun belum diketahui asal orang utan tersebut.
