Liputan6.com, Jakarta - Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) cenderung tertekan sepanjang perdagangan saham Kamis sore pekan ini. Hal itu dipicu dari aksi jual pelaku pasar seiring merespons negatif dari bursa saham global yang tertekan ditambah nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menembus kisaran 14.600.
Pada penutupan perdagangan saham Rabu (23/9/2015), IHSG merosot 99,61 poin (2,29 persen) ke level 4.244,42. Indeks saham LQ45 melemah 3,02 persen ke level 707,86. Seluruh indeks saham acuan tertekan sepanjang Kamis pekan ini.Ada sebanyak 208 saham melemah sehingga menyeret IHSG ke zona merah.
Baca Juga
Akan tetapi, 64 saham menghijau dan 69 saham lainnya diam di tempat.Transaksi perdagangan saham tidak terlalu ramai. Total frekuensi perdagangan saham sekitar 184.300 kali dengan volume perdagangan saham 6,99 miliar saham. Nilai transaksi harian saham sekitar Rp 4,8 triliun.
Advertisement
Pada perdagangan saham Kamis pekan ini, IHSG berada di level tertinggi 4.308,97 dan terendah 4.239,13. Secara sektoral, sebagian besar sektor saham melemah kecuali sektor saham tambang naik 0,26 persen. Sektor saham aneka industri turun 4,11 persen, dan memimpin pelemahan sektor saham pada Kamis pekan ini.
Disusul sektor saham keuangan tergelincir 3,25 persen dan sektor saham manufaktur melemah 2,95 persen.Berdasarkan data RTI, investor asing melakukan aksi jual sekitar Rp 700 miliar. Sementara itu, pemodal lokal melakukan aksi beli sekitar Rp 600 miliar.
Bursa saham Asia juga cenderung tertekan hari ini. Indeks saham Hong Kong Hang Seng melemah 2,26 persen ke level 21.302,91, disusul indeks saham Singapura melemah 0,51 persen ke level 2.853,81. Sementara itu, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berada di kisaran 14.652.
Kepala Riset PT NH Korindo Securities Reza Priyambada menuturkan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS telah membebani gerak IHSG. Ditambah sentimen negatif dari Asian Development Bank (ADB) yang memangkas pertumbuhan ekonomi dari 5,5 persen menjadi 4,9 persen.
"Pelaku pasar menantikan sentimen positif tetapi hanya ada sentimen negatif sehingga pelaku pasar melakukan aksi jual," ujar Reza saat dihubungi Liputan6.com.
Ia mengatakan, sentimen global terutama dari kekhawatiran perlambatan ekonomi China juga menekan IHSG.
Ada pun saham-saham yang menggerakkan indeks saham dan sebagai penguat antara lain saham ANTM naik 6,69 persen ke level Rp 510 per saham, saham INCO mendaki 6,25 persen ke level Rp 1.870 per saham, dan saham CSAP menguat 4,99 persen ke level Rp 400 per saham.Sedangkan saham-saham yang menekan indeks saham terutama saham berkapitalisasi besar.
Saham ASII turun 5,17 persen ke level Rp 5.500 per saham, saham BBCA melemah 2,26 persen ke level Rp 11.875 per saham, dan saham BBRI merosot 5,88 persen ke level Rp 8.800 per saham. (Ahm/Gdn)