Bursa Asia Merosot Jelang Akhir Pekan

Bursa Asia melemah pada perdagangan saham Jumat pekan ini didorong investor memilih aset investasi aman.

oleh Agustina Melani diperbarui 10 Jun 2016, 08:45 WIB
Diterbitkan 10 Jun 2016, 08:45 WIB
20150710-Pasar Saham Nikkei-Jepang3
Beberapa orang tercermin dalam papan yang menampilkan indeks pasar saham terbesar di Tokyo, Jepang, Jumat, (10/7/2015). Meskipun Nikkei mengalami kenaikan pada Jumat pagi, tetapi tertutupi oleh penurunan tajam di Fast Retailing Co. (REUTERS/Thomas Peter)

Liputan6.com, Tokyo - Bursa saham Asia melemah pada perdagangan saham Jumat pekan ini seiring pelaku pasar memilih investasi relatif aman. Hal itu seiring referendum yang dapat mendorong Inggris keluar dari Uni Eropa.

Indeks saham MSCI Asia Pasifik di luar Jepang turun 0,2 persen. Sementara itu, indeks saham Jepang Nikkei tergelincir 0,4 persen.

Bursa saham Amerika Serikat pun koreksi pada perdagangan saham Kamis waktu setempat. Indeks saham S&P 500 turun 0,17 persen ke level 2.115,48.

Imbal hasil obligasi global sentuh level terendah. Surat utang atau obligasi Jerman tenor 10 tahun sentuh level terendah 0,024 persen. Sedangkan imbal hasil obligasi Inggris bertenor 10 tahun di level 1.224 persen.


Mata uang safe haven pun mencetak untung seiring pelaku pasar memburu alternatif investasi lebih aman. Langkah itu dilakukan seiring Inggris akan melakukan referendum pada 23 Juni.

"Pasar fokus terhadap potensi Brexit. Ada polling yang menyatakan kemungkinan Inggris akan meninggalkan Eropa. Anda pun tidak dapat membeli aset berisiko dengan kondisi seperti ini," ujar Tatsushi Maeno, Direktur PineBridge Investments seperti dikutip dari laman Reuters, Jumat (10/6/2016).

Di Jepang, imbal hasil obligasi pemerintah tenor 10 tahun tergelincir dengan minus 0,140 persen. Surat utang Amerika Serikat (AS) bertenor 10 tahun sentuh level terendah dalam 3,6 bulan menjadi 1,659 persen.

Harapan kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) pada Juli 2016 mempengaruhi laju obligasi. "Investor telah menunggu kenaikan suku bunga bank sentral AS, tetapi akhirnya menyerah, dan mulai beli," ujar Analis Nomura Securities, Tomoaki Shishido. (Ahm/Ndw)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya