Bursa Asia Menguat Terdorong Sentimen Harga Minyak

Penguatan Bursa Asia juga terdorong penguatan saham-saham di sektor energi karena kenaikan harga minyak.

oleh Arthur Gideon diperbarui 08 Jun 2016, 08:40 WIB
Diterbitkan 08 Jun 2016, 08:40 WIB
20150710-Pasar Saham Nikkei-Jepang2
Sejumlah orang tercermin dalam papan yang menampilkan indeks saham di Tokyo, Jepang, Jumat, (10/7/ 2015). Harga saham Nikkei mengalami perubahan mengikuti gejolak pasar Tiongkok. (REUTERS/Thomas Peter)

Liputan6.com, Jakarta Bursa Asia menguat mendekati level tertinggi dalam enam pekan ini pada perdagangan Rabu kepan ini. Kenaikan bursa Asia terdorong oleh prospek yang cerah akan harga minyak dan juga harapan bahwa Bank Sentral Amerika Serikat (AS) belum akan menaikkan suku bunga dalam beberapa bulan mendatang setelah data tenaga kerja AS mengecewakan.

Mengutip Reuters, Rabu (8/6/2016), Indeks MSCI Asia Pasifik di luar Jepang menguat tipis setelah pada penutupan sebelumnya mendekati level tertinggi dalam enam pekan ini. Indeks Nikkei Jepang juga dibuka menguat tipis.

Di bursa AS, Indeks S&P 500 naik 0,13 persen atau 2,72 poin menuju 2.112,13. SedangkanDowJonesIndustrialAverange (DJIA) juga menguat 17,95 poin atau 0,10 persen ke angka 17.938,28.

Indeks S&P 500 menguat terdorong penguatan adalah saham-saham di sektor energi. Lonjakan saham sektor energi terjadi karena harga minyak terus melonjak. Saham Exxon mobil naik 1,5 persen menjadi US$ 90,71 per saham.

Selain itu, kenaikan juga terdorong oleh sentimen bahwa suku bunga Bank Sentral AS kemungkinan besar belum akan naik dalam waktu dekat ini. Data tenaga kerja yang terbaru menunjukkan bahwa terjadi penurunan jumlah karyawan baru pada Mei kemarin.

"Tenaga kerja tidak meningkat bahkan justru cenderung mengalami penurunan. Hal tersebut menunjukkan tidak kenaikan produktivitas dan hal tersebut cukup mengkawatirkan," jelas analis HSBC Securities Shuji Shirota.

Selain itu, penguatan Bursa Asia juga terdorong penguatan saham-saham di sektor energi karena kenaikan harga minyak.  Harga minyak mentah di Amerika Serikat (AS), untuk pengiriman Juli, ditutup naik 67 sen atau 1,3 persen ke angka US$ 50,36 per barel di New York Mercantile Exchange. Merupakan penutupan tertinggi sejak 21 Juli tahun lalu.

Sedangkan untuk Minyak Brent, yang merupakan patokan harga global, naik 89 sen atau 1,8 persen ke angka US$ 51,44 per barel di ICE Futures Europe. Merupakan level tertinggi sejak 9 Oktober.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya