Liputan6.com, Jakarta - Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah pada sesi pertama perdagangan saham awal pekan ini. Aksi jual investor asing cukup besar berdampak negatif ke IHSG.
Pada penutupan sesi pertama perdagangan saham, Senin (14/11/2016), IHSG melemah 137,71 poin atau 2,63 persen ke level 5.094,25. Indeks saham LQ45 susut 3,06 persen ke level 851,39. Seluruh indeks saham acuan tertekan.
Ada sebanyak 253 saham melemah sehingga menyorot IHSG ke zona merah. Sedangkan 47 saham menguat dan 68 saham lainnya diam di tempat. Pada awal pekan ini, IHSG sempat berada di level tertinggi 5.196,78 dan terendah 5.043,35.
Nilai transaksi harian saham juga cukup ramai. Volume perdagangan saham sekitar 6,3 miliar saham. Nilai transaksi harian saham sekitar Rp 5,37 triliun. Total frekuensi perdagangan saham sekitar 228.322 kali. Aksi jual investor asing sekitar Rp 1,2 triliun.
Baca Juga
Saham-saham yang menguat antara lain saham BWPT naik 14,29 persen ke level Rp 224 per saham, saham JGLE melonjak 24,44 persen ke level Rp 336 per saham, dan saham DNET melambung 14,56 persen ke level Rp 1.180 per saham.
Saham-saham yang tertekan antara lain saham TLKM melemah 5,56 persen ke level Rp 3.740 per saham, saham SMGR merosot 4,52 persen ke level Rp 8.450 per saham, dan saham BSDE tergelincir 6,28 persen ke level Rp 1.790 per saham.
Secara sektoral, 10 sektor saham tertekan. Sektor saham infrastruktur melemah 4,06 persen ke level 1.007, sektor saham keuangan tergelincir 3,49 persen ke level 752, dan sektor saham properti susut 3,6 persen ke level 519.
Di bursa Asia, sebagian besar indeks saham melemah. Indeks saham Jepang Nikkei naik 1,62 persen ke level 17.657,04, indeks saham Shanghai menguat 0,35 persen ke level 3.207,12. Selain itu, indeks saham Hong Kong Hang Seng melemah 1,17 persen ke level 22.267,2, indeks saham Singapura melemah 0,86 persen ke level 2.790,38 dan indeks saham Taiwan merosot 0,12 persen ke level 8.946.
Analis PT Investa Saran Mandiri, Hans Kwee menuturkan, tekanan IHSG masih berlanjut lantaran nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat masih tertekan. Tekanan rupiah terjadi didorong dolar AS menguat.
"Kebijakan Donald Trump fokus meningkatkan infrastruktur, dan mendorong inflasi dalam negeri sehingga memperkuat ekonomi AS membuat kemungkinan suku bunga bank sentral AS naik. Akhirnya dolar AS menguat dan rupiah melemah," jelas Hans saat dihubungi Liputan6.com, Senin (14/11/2016).
Selain itu, Hans menuturkan kebijakan Donald Trump yang menarik dana-dana dari luar negeri kembali ke AS dapat mendorong pembalikan dana dari emerging market.
Melihat kondisi itu, Hans menuturkan, IHSG akan coba level support di 5.000. Ia pun menyarankan agar investor menunggu dulu hingga pasar saham stabil. Adapun hingga akhir tahun, ia perkirakan, IHSG berada di kisaran 5.200. "Pengampunan pajak atau tax amnesty akan menjadi penopang IHSG," kata Hans.
Advertisement