Liputan6.com, New York - Wall Street menguat pada penutupan perdagangan Senin (Selasa pagi waktu Jakarta), seiring indeks utama rebound dari kinerja mingguan terburuknya dalam dua tahun.
Melansir laman CNBC, indeks Dow Jones ditutup naik 410,37 poin ke level 24,601.27. DowDuPont dan Apple menjadi saham dengan performa terbaik di Dow, masing-masing naik 3,4 persen dan 4 persen.
Sementara indeks S&P 500 menguat 1,4 persen berakhir ke posisi 2.656, dengan bahan bangunan dan teknologi informasi menjadi sektor dengan kinerja terbaik. Sedangkan Nasdaq naik 1,6 persen menjadi 6.981,96.
Advertisement
Pada perdagangan kali ini, Saham Amazon, Bank of America dan Apple yang turun tajam pekan lalu, semua naik setidaknya 2,5 persen.
JJ Kinahan, kepala strategi pasar di TD Ameritrade, mengatakan pasar mencoba untuk menemukan titik keseimbangan setelah melemah pekan lalu. "Ada lebih banyak ketidakstabilan di masa depan. Hal-hal ini memerlukan waktu beberapa minggu untuk menyelesaikannya," kata dia.
Indeks Dow dan S & P 500 kembali menguat 5,2 persen usai pada pekan lalu mencatat penurunan mingguan terburuk sejak Januari 2016. Sementara komposit Nasdaq turun 5,1 persen, menandai penurunan terbesar satu minggu sejak Februari 2016.Â
Indeks utama ditutup ke posisi tinggi minggu lalu, dengan Dow naik 330 poin pada hari Jumat sementara S & P 500 dan Nasdaq menguat lebih dari 1,4 persen.
Indeks Dow 30 ditutup lebih dari 1.000 poin lebih rendah dua kali pada pekan lalu. Meski kemudian naik lebih dari 300 poin dalam dua hari perdagangan lainnya.
Sementara itu, indeks S & P 500Â mencatat pergerakan lebih besar dari 1 persen dalam empat dari lima hari perdagangan minggu lalu.
"Ini terlihat seperti fase korektif," kata Katie Stockton, Pendiri Fairlead. Dia mencatat, bagaimanapun, dibutuhkan beberapa minggu lagi sampai koreksi ini berakhir.
Wall Street Bikin IHSG Tertekan Selama Sepekan
Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) alami koreksi selama sepekan. Hal itu didorong saham berkapitalisasi besar seiring melemahnya bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street.
Mengutip laporan PT Ashmore Assets Management Indonesia, seperti ditulis Sabtu (10/2/2018), IHSG turun 1,86 persen selama sepekan menjadi 6.505,52. Penurunan IHSG didorong saham-saham berkapitalisasi besar terutama masuk saham LQ45. Saham kapitalisasi besar turun 1,28 persen selama sepekan. Tekanan IHSG juga tak lepas dari koreksi tajam yang terjadi di wall stree.
Tekanan IHSG juga ditambah tergelincirnya saham-saham berkapitalisasi kecil yang susut 3,87 persen. Penurunan itu pertama kali terbesar yang dialami saham-saham kapitalisasi kecil. Investor asing juga melakukan aksi jual sekitar US$ 327 juta di pasar saham.
Sementara itu, pasar obligasi juga melemah. Imbal hasil obligasi pemerintah bertenor 10 tahun turun menjadi 6,4 persen. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat sempat sentuh 13.628. Investor asing juga melakukan aksi jual mencapai US$ 183 juta di pasar obligasi.
Baca Juga
Vice President Sales and Marketing Distribution, PT Ashmore Assets Management Indonesia, Lydia Toisuta menuturkan, ada sejumlah faktor pengaruhi pasar saham Indonesia. Pertama, lembaga pemeringkat Japan Credit Rating Agency menaikkan peringkat surat utang Indonesia dari BBB- menjadi BBB dengan prospek berubah menjadi stabil.
Ada sejumlah faktor mempengaruhi perubahan peringkat Indonesia tersebut. Pertama, ada peningkatan iklim investasi. Kedua, sektor infrastruktur juga mendapatkan momentum di bawah pemerintahan Joko Widodo (Jokowi). Ketiga, utang luar negeri terutama swasta relatif terjaga. "Indonesia juga mampu bertahan terhadap goncangan global," ujar Lydia.
Lydia menambahkan pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) juga pengaruhi pasar. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sentuh level terendah dalam 20 bulan sehingga membuat Bank Indonesia (BI) intervensi untuk stabilkan pasar. Rupiah sentuh level 13.650 per dolar AS.
Selain itu, Indonesia mencatatkan pertumbuhan ekonomi 5,2 persen pada kuartal IV 2017 sehingga kontribusi ekonomi Indonesia menjadi 5,1 persen pada 2017. Faktor investor turut kontribusi cukup penting bagi pertumbuhan ekonomi namun konsumsi swasta masih rendah. Selain itu, faktor domestik juga mampu bertahan pada kuartal IV 2017.
Lydia menuturkan, pasar saham Indonesia terkoreksi juga kena imbas dari wall street. Bursa saham AS melemah 10 persen dari level tertinggi di tengah kuatnya kinerja laba perusahaan dan data ekonomi. Sementara itu, imbal hasil surat berharga AS bertenor 10 tahun naik menjadi 2,88 persen.
Melemahnya bursa saham AS atau wall street juga di tengah kekhawatiran pelaku pasar terhadap rencana kenaikan suku bunga bank sentral AS atau the Federal Reserve. Data ekonomi kuat menjadi pertimbangan bank sentral AS menaikkan suku bunga. Data ekonomi AS positif itu ditunjukkan dari data tenaga kerja sektor non pertanian bertambah 200 ribu dari perkiraan 180 ribu. Sedangkan tingkat pengangguran berada di level terendah 4,1 persen.
Selain itu, rata-rata gaji per jam juga naik menjadi 2,9 persen secara year on year (YoY) dari perkiraan 2,6 persen. Imbal hasil surat berharga pun naik menjadi 2,84 persen usai rilis data ekonomi AS.
Â
Advertisement