Wall Street Menghijau Meski Sentimen Perang Dagang Mendominasi

Dow Jones Industrial Average naik 9,36 poin atau 0,04 persen menjadi ditutup pada 24.884,12.

oleh Arthur Gideon diperbarui 07 Mar 2018, 05:18 WIB
Diterbitkan 07 Mar 2018, 05:18 WIB
Perdagangan Saham dan Bursa
Ilustrasi Foto Perdagangan Saham dan Bursa (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Wall Street akhirnya parkir di zona hijau pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta) setelah sebelumnya berada di dua zona. Pelaku pasar masih cukup khawatir akan adanya perang dagang setelah Presiden Trump memaparkan akan menerapkan bea masuk tinggi pada impor baja dan aluminium.

Mengutip Reuters, Rabu (7/3/2018), Dow Jones Industrial Average naik 9,36 poin atau 0,04 persen menjadi ditutup pada 24.884,12. Untuk S&P 500 menguat 7,18 poin atau 0,26 persen menjadi 2.728,12. Sedangkan Nasdaq Composite bertambah 41,30 poin atau 0,56 persen menjadi 7.372,01.

Sebagian sektor pembentuk indeks S&P bergerak positif dengan penguatan tertinggi dibukukan oleh sektor industri dasar dengan kenaikan 1,1 persen karena sektor tersebut cukup tertengaruh akan adanya bea masuk impor baja dan aluminium.

Presiden Trump kembali menekankan rencana untuk meberlakukan tarif impor yang tinggi pada produk baja dan aluminimum meskipun mendapat tentangan dari banyak pihak. Salah satu yang tidak menyetujui usul tersebut adalah Pemimpin Senat Mitch McConnell.

Trump mengatakan bahwa perang dagang tidak akan begitu buruk bagi perekonomian Amerika Serikat (AS).

Memang para analis memperkirakan jika AS benar-benar memberlakukan bea masuk yang tinggi pada produk baja dan aluminium maka negara lain juga akan membalas dengan memberlakukan bea masuk yang tinggi juga untuk produk-produk lain sehingga perang dagang tak bisa dihindari.

"Saat ini pelaku pasar tidak ingin mendengarkan ketidakpastian. Mereka ingin mendengarkan sesuatu yang lain," jelas Chris Zaccarelli, Chief Investment Officer di Independent Advisor Alliance, Charlotte, North Carolina, AS.

"Sepertinya ketakutan akan perang dagang telah selesai dan saat ini pasar kembali naik setelah mengalami tekanan yang tinggi pada pekan lalu," tambah dia.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Bea Masuk

Ekspresi Donald Trump Saat Hadiri National Prayer Breakfast
Ekspresi Presiden AS Donald Trump saat memberikan pidato dalam acara National Prayer Breakfast atau Sarapan Doa Nasional di sebuah hotel di Washington DC (8/2). (AFP Photo/Mandel Ngan)

Sebelumnya, Presiden Trump menulis pesan di twitter usai mengumumkan rencana pengenaan tarif atas impor baja dan aluminium. Trump menilai kalau "perang dagang baik dan mudah untuk menang".

Pada pekan lalu, Trump mengatakan kalau AS akan menerapkan bea masuk sebesar 25 persen untuk baja impor dan 10 persen untuk aluminium. Langkah ini dilakukan untuk melindungi produsen AS. Akan tetapi, pejabat Gedung Putih juga akan menyampaikan rincian hal tersebut.

"Ketika sebuah negara (AS) kehilangan banyak miliaran dolar AS untuk perdagangan dengan hampir setiap negara yang melakukan bisnis dengannya, perang dagang bagus dan mudah untuk menang,"tulis Trump.

"Misalnya, ketika kita turun US$ 100 miliar dengan negara tertentu, dan mereka menjadi "cute" jangan berdagang lagi, kita menang besar, mudah," tambah dia.

Ketakutan akan perang dagang memicu aksi jual di bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street dan Asia, serta Eropa. Sentimen tersebut memukul saham produsen baja dan produsen yang memasok pasar AS.

Donald Trump percaya kalau pengenaan tarif akan melindungi AS terutama di sektor tenaga kerja. Akan tetapi, banyak ekonom mengatakan dampak kenaikan harga bagi pengguna baja dan aluminium antara lain industri otomotif dan minyak. Ini akan lebih banyak hancurkan pekerjaan ketimbang pembatasan impor.

Menteri Perdagangan Australia menuturkan, langkah-langkah itu berisiko memicu pembalasan dari negara lain. Ini menyebabkan biaya kerja.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya