Liputan6.com, Jakarta - Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) cenderung melemah pada perdagangan saham Selasa pekan ini. Tekanan IHSG ini terjadi di tengah pengumuman suku bunga acuan tetap di 5,75 persen dan nilai tukar rupiah kembali ke posisi 15.200 per dolar AS.
Pada penutupan perdagangan saham, Selasa (23/10/2018), IHSG merosot 42,54 poin atau 0,73 persen ke posisi 5.797,89. Indeks saham LQ45 susut 0,81 persen ke posisi 910,88. Sebagian besar indeks saham acuan tertekan.
Sebanyak 260 saham melemah sehingga menekan IHSG. 137 saham menguat dan 112 saham diam di tempat. Pada perdagangan Selasa pekan ini, IHSG sempat berada di level tertinggi 5.848,04 dan terendah 5.797,33.
Advertisement
Baca Juga
Transaksi harian saham tidak begitu ramai. Total frekuensi perdagangan saham 355.492 kali dengan volume perdagangan 7,7 miliar saham. Nilai transaksi Rp 5,5 triliun. Investor asing jual saham Rp 137,05 miliar di pasar regular. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) berada di kisaran Rp 15.206.
Sebagian besar sektor saham tertekan kecuali sektor saham aneka industri naik 0,84 persen. Sektor saham infrastruktur merosot 2,01 persen, dan catatkan penurunan terbesar. Disusul sektor saham tambang melemah 1,4 persen dan sektor saham pertanian merosot 0,99 persen.
Saham-saham yang menguat antara lain saham MPRO menguat 24,84 persen ke posisi Rp 392 per saham, saham MLPT mendaki 20,81 persen ke posisi Rp 900 per saham, dan saham MFMI menguat 20 persen ke posisi Rp 840 per saham.
Sedangkan saham-saham yang tertekan antara lain saham IBFN merosot 25 persen ke posisi Rp 300 per saham, saham AMAG tergelincir 24,58 persen ke posisi Rp 270 per saham, dan saham TRIO turun 18,58 persen ke posisi Rp 184 per saham.
Bursa saham Asia sebagian besar tertekan. Indeks saham Hong Kong Hang Seng merosot 3,08 persen, indeks saham Korea Selatan Kospi turun 2,57 persen, indeks saham Jepang Nikkei terpangkas 2,67 persen.
Selain itu, indeks saham Shanghai turun 2,26 persen, indeks saham Singapura menguat 1,52 persen dan indeks saham Taiwan melemah 2 persen.
Analis PT Binaarta Sekuritas, Nafan Aji menuturkan, IHSG masih bertahan di zona negatif seiring respons sentimen negatif dari eksternal. Hal ini terkait dengan ketidakpastian global.
"Misalnya sentimen kenaikan suku bunga the Fed, kisruh politik di Italia yang guncang ekonomi Uni Eropa,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com.
Ia menuturkan, Amerika Serikat (AS) juga keluar dari Intermediate- Range Nuclear Forces Treaty dan renggangnya hubungan antara AS dengan Arab Saudi terkait pembunuhan jurnalis Washington Post Jamal Khashoggi. Oleh sebab itu, ia menuturkan penetapan suku bunga acuan bertujuan untuk kurangi tekanan IHSG dan rupiah.
IHSG Menguat pada Awal Sesi Perdagangan
Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mampu melanjutkan penguatan di awal perdagangan Selasa ini. Investor masih akan memantau perkembangan rilis data emiten kuartal III sepanjang bulan Oktober ini.
Pada pra pembukaan perdagangan saham, Selasa (23/10/2018), IHSG sempat melemah tipis 1,74 poin atau 0,03 persen ke posisi 5.838,69. Pada pukul 09.00 WIB, ISHG menanjak 1,44 poin atau 0,02 persen ke posisi 5.841,73.
Indeks saham LQ45 naik 0,03 persen ke posisi 918,63. Sebagian besar indeks saham acuan kompak mendaki.
Sebanyak 177 saham menguat sehingga mengangkat IHSG ke zona hijau. Selain itu 72 saham melemah dan 105 saham diam di tempat. Pada sesi I, IHSG sempat berada di level tertinggi 5.848,04 dan terendah 5.837,04.
Total frekuensi perdagangan saham sekitar 21.319 juta saham dengan nilai transaksi harian saham Rp 679 miliar. Investor asing jual saham Rp 372 miliar di pasar regular. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) berada di kisaran Rp 15.202.
Sektor saham kontruksi memimpin penguatan pada awal perdagangan. Sektor saham kontruksi menguat 0,37 persen. Disusul sektor saham infrastruktur menanjak 0,20 persen dan sektor saham keuangan mendaki 0,30 persen.
Saham-saham yang catatkan penguatan antara lain saham RELI menguat 17,54 persen ke posisi Rp 268 per saham, saham PBSA menanjak 13,04 persen ke posisi Rp 780 per saham, dan saham MPRO melonjak 8,92 persen ke posisi Rp 342 per saham.
Sedangkan saham-saham yang tertekan antara lain saham INCF melemah 7,02 persen ke posisi Rp 106 per saham, saham BCAP merosot 5,03 persen ke posisi Rp 151 per saham, dan saham UNIC tergelincir 3,56 persen ke posisi Rp 3.790 per saham.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement