IHSG Melambung 56,61 Poin Berkat Aksi Beli Investor Asing

Nilai tukar rupiah menguat dan aksi beli investor asing dukung penguatan laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

oleh Agustina Melani diperbarui 16 Nov 2018, 16:18 WIB
Diterbitkan 16 Nov 2018, 16:18 WIB
20170210- IHSG Ditutup Stagnan- Bursa Efek Indonesia-Jakarta- Angga Yuniar
Pengunjung melintasi layar pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (10/2). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bertahan di zona hijau pada perdagangan saham jelang akhir pekan ini. Aksi beli investor asing dukung penguatan IHSG.

Pada penutupan perdagangan saham, Jumat (16/11/2018), IHSG menguat 56,61 poin atau 0,95 persen ke posisi 6.012,35. Indeks saham LQ45 menanjak 1,37 persen ke posisi 959,15. Seluruh indeks saham acuan kompak menguat.

Sebanyak 233 saham menghijau sehingga mengangkat IHSG. Sedangkan 176 saham melemah dan 116 saham diam di tempat. Menjelang akhir pekan ini, IHSG sempat berada di level tertinggi 6.058,82 dan terendah 5.968,67.

Transaksi perdagangan saham cukup ramai. Total frekuensi perdagangan saham sekitar 426.818 kali dengan volume perdagangan saham 11,2 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 8,8 triliun. Investor asing beli saham Rp 1,67 triliun di pasar regular. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) berada di kisaran Rp 14.536.

10 sektor saham kompak menguat. Sektor saham infrastruktur menanjak 2,09 persen, dan bukukan penguatan terbesar. Disusul sektor saham industri dasar mendaki 1,7 persen dan sektor saham pertanian menguat 1,45 persen.

Saham-saham yang menguat antara lain saham POLA mendaki 68,89 persen ke posisi Rp 228 per saham, saham SOSS melonjak 25 persen ke posisi Rp 1.950 per saham, dan saham SURE menguat 24,68 persen ke posisi Rp 2.930 per saham.

Saham-saham yang melemah antara lain saham YULE merosot 31,05 persen ke posisi Rp 131 per saham, saham YPAS turun 23,91 persen ke posisi Rp 525 per saham, dan saham TAMU susut 11,11 persen ke posisi Rp 2.400 per saham.

Bursa saham Asia bervariasi. Indeks saham Hong Kong Hang Seng naik 0,31 persen, indeks saham Korea Selatan Kospi menguat 0,21 persen, indeks saham Shanghai menanjak 0,41 persen, indeks saham Singapura mendaki 0,95 persen.

Selain itu, indeks saham Thailand melemah 0,21 persen, indeks saham Jepang Nikkei susut 0,57 persen dan indeks saham Taiwan tergelincir 0,30 persen.

 

Sesi I, IHSG Menghijau

IHSG 30 Mei 2017 Ditutup Melemah 0,33 Persen
Seorang pria melintas di depan papan monitor di Mandiri Sekuritas, Jakarta, Selasa (30/5). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mampu melanjutkan penguatan pada sesi pertama perdagangan saham Jumat pekan ini. Aksi beli investor asing dan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mendukung penguatan IHSG.

Pada penutupan sesi pertama, Jumat (16/11/2018), IHSG menguat 85,52 poin atau 1,4 persen ke posisi 6.041,26. Indeks saham LQ45 mendaki 2 persen ke posisi 965,18. Seluruh indeks saham acuan kompak menguat.

Sebanyak 249 saham menanjak sehingga mengangkat IHSG ke zona hijau. 130 saham melemah dan 117 saham diam di tempat. Pada sesi pertama perdagangan saham, IHSG sempat berada di level tertinggi 6.058,82 dan terendah 5.968,67.

Transaksi perdagangan saham cukup ramai. Total frekuensi perdagangan saham 251.679 kali dengan volume perdagangan saham 5,8 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 4,6 triliun. Investor asing beli saham Rp 1,03 triliun di pasar regular. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) berada di posisi Rp 14.571.

Sebagian besar sektor saham menguat kecuali sektor saham aneka industri melemah 0,16 persen. Sektor saham infrastruktur menanjak 2,3 persen, dan catatkan penguatan terbesar. Disusul sektor saham keuangan menanjak 1,94 persen dan sektor saham pertanian mendaki 1,88 persen.

Saham-saham yang membukukan penguatan antara lain saham POLA menanjak 68,89 persen ke posisi Rp 228 per saham, saham SOSS mendaki 25 persen ke posisi Rp 1.950 per saham, dan saham SURE melonjak 24,68 persen ke posisi Rp 2.930 per saham.

Sedangkan saham-saham yang melemah antara lain saham YPAS merosot 23,91 persen ke posisi Rp 525 per saham, saham AKPI melemah 18,89 persen ke posisi Rp 730 per saham, dan saham RELI susut 17,86 persen ke posisi Rp 230 per saham.

Bursa saham Asia pun bervariasi. Indeks saham Hong Kong Hang Seng naik 0,17 persen, indeks saham Korea Selatan Kospi menguat 0,35 persen, indeks saham Thailand menanjak 0,35 persen, indeks saham Shanghai mendaki 0,76 persen, dan indeks saham Singapura menguat 0,99 persen. Sedangkan indeks saham Jepang Nikkei melemah 0,33 persen dan indeks saham Taiwan merosot 0,50 persen.

VP Sales and Distribution PT Ashmore Assets Management Indonesia, Angganata Sebastian menuturkan, keputusan Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan atau 7 day repo rate menjadi enam persen direspons positif oleh pelaku pasar termasuk investor asing.

 Langkah BI tersebut memang mengejutkan. Namun, salah satu alasan BI menaikkan suku bunga acuan tersebut untuk menekan defisit transaksi berjalan. Selain itu, agar membuat portofolio investasi domestik lebih menarik untuk mengantisipasi kenaikan suku bunga global ke depan. Demikian mengutip laporan Ashmore.

Meski mengejutkan, langkah tersebut dinilai perlu dilakukan agar membuat sistem keuangan terutama pergerakan rupiah menjadi stabil. Di sisi lain, kenaikan suku bunga dapat pengaruhi pertumbuhan kredit tapi bisa diimbangi dengan pertumbuhan pinjaman konsumsi.

“BI juga memanfaatkan momentum seiring aliran dana investor asing yang sudah masuk ke pasar keuangan Indonesia mencapai USD 1,76 miliar month to date (MTD). Konsensus sekarang menyatakan kalau tidak ada kenaikan suku bunga lagi pada Desember 2018,” tulis Ashmore.

Anggatana menambahkan, aliran dana investor asing yang serbu pasar saham Indonesia juga mengangkat IHSG. Hal itu seiring valuasi saham sudah murah, dan porsi investor asing sudah sangat kecil. Ditambah hasil kinerja keuangan perusahaan yang bagus.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), transaksi saham oleh investor asing hanya Rp 664,4 triliun sepanjang 2018 dibandingkan investor asing domestik mencapai Rp 1.101 triliun.

Selain itu, sentimen global dengan meredanya perang dagang antara Amerika Serikat dan China juga menjadi katalis positif. “Mungkin meredanya ketegangan global membuat investor kembali risk on,” kata dia.

Angganata menuturkan, tahun politik juga tidak akan terlalu pengaruhi laju IHSG. Hal ini karena ada dua calon presiden dan wakil presiden. “Seharusnya itu lebih ada kepastian. Selain itu, IHSG selalu reli pada tahun politik,” ujar dia.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya