Liputan6.com, Jakarta - Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) belum mau beranjak dari zona merah pada perdagangan saham Rabu pekan ini.Â
Neraca dagang defisit USD 2,5 miliar pada April dan  perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China menekan laju IHSG.
Pada penutupan perdagangan saham Rabu (15/5/2019), IHSG merosot 90,31 poin atau 1,49 persen ke posisi 5.980,88. Level ini termasuk rendah sejak November 2018.
Advertisement
Indeks saham LQ45 merosot 1,94 persen ke posisi 932,28. Seluruh indeks saham acuan kompak melemah.
Baca Juga
Sebanyak 287 saham melemah sehingga menyeret IHSG ke zona merah. 130 saham diam di tempat dan 115 saham menguat.
Pada perdagangan Rabu pekan ini, IHSG sempat berada di level tertinggi 6.107,44 dan terendah 5.980,88. Total frekuensi perdagangan saham sekitar 492.250 kali dengan volume perdagangan 15,7 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 8,7 triliun. Investor asing jual saham Rp 515,92 miliar di pasar regular.
Posisi dolar Amerika Serikat (AS) berada di kisaran Rp 14.460. Sebagian besar sektor saham tertekan kecuali sektor saham pertanian naik 0,09 persen. Sektor saham infrastruktur merosot 2,8 persen, dan catatkan penurunan terbesar. Disusul sektor saham industri dasar melemah 2,46 persen dan sektor saham manufaktur tergelincir 1,6 persen.
Saham-saham yang bukukan penguatan di tengah melemahnya IHSG antara lain saham POSA naik 24,87 persen ke posisi Rp 492 per saham, saham ETWA menguat 24,14 persen ke posisi Rp 72 dan saham MTPS melonjak 23,53 persen ke posisi Rp 945 per saham.
Sedangkan saham-saham yang melemah antara lain saham PORT turun 18,46 persen ke posisi Rp 530 per saham, saham SIMA merosot 15,62 persen ke posisi Rp 54 per saham, dan saham TKIM susut 10,98 persen ke posisi Rp 5.875 per saham.
Bursa saham Asia bervariasi. Indeks saham Hong Kong Hang Seng naik 0,52 persen, indeks saham Korea Selatan Kospi mendaki 0,53 persen, indeks saham Jepang Nikkei menguat 0,58 persen, indeks saham Shanghai menanjak 1,91 persen dan indeks saham Taiwan bertambah 0,39 persen.
Sementara itu, indeks saham Thailand turun 0,46 persen dan indeks saham Singapura susut 0,15 persen.
Analis PT Binaartha Sekuritas, Nafan Aji menuturkan, neraca dagang Indonesia pada April alami defisit USD 2,5 miliar. Padahal neraca dagang Indonesia pada Maret tercatat surplus USD 0,54 miliar. Oleh karena itu, berakibat pada pelemahan IHSG.
Padahal sebelumnya, IHSG menguat karena respons positif dari meredanya sentimen perang dagang antara AS dan China.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Neraca Dagang April Defisit USD 2,5 Miliar
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada April 2019 sebesar USD 2,50 miliar. Defisit dipicu defisit sektor migas dan non migas masing masing sebesar USD 1,49 miliar dan USD 1,01 miliar.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, defisit pada April tersebut merupakan terbesar sejak Juli 2013. Defisit yang hampir sama pernah terjadi pada Juli 2013 sebesar USD 2,33 miliar.
"Menurut data kami, yang sekarang ada, itu terbesar di Juli 2013 sekitar USD 2,33 miliar. Lalu April ini, sebesar USD 2,50 miliar," ujar Suhariyanto di Kantornya, Jakarta, Rabu 15 Mei 2019.
Adapun pada April ekspor Indonesia naik sebesar 10,8 persen menjadi USD 12,6 miliar sedangkan impor naik lebih tajam sekitar 12,25 persen menjadi USD 15,1 miliar jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Penyebab defisit neraca perdagangan tersebut utamanya, disebabkan oleh defisit migas sebesar 2,76 miliar. Sedangkan non migas mengalami surplus sebesar USD 0,2 miliar.
Â
Advertisement
Gerak IHSG pada Awal Perdagangan
Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) belum mampu bertahan di zona hijau pada sesi pertama perdagangan saham Rabu pekan ini. Pelemahan IHSG ini terjadi usai rilis data neraca perdagangan April 2019 yang defisit USD 2,5 miliar, terbesar sejak 2013.
Pada penutupan sesi pertama perdagangan, Rabu, 15 Mei 2019, IHSG merosot 61,35 poin atau 1,01 persen ke posisi 6.009,85. Level IHSG sentuh level terendah sejak 23 November 2018 di kisaran 6.006. Pada perdagangan Rabu pagi, IHSG sempat menguat 20 poin ke posisi 6.091.
Indeks saham LQ45 susut 1,35 persen ke posisi 937,95. Sebagian besar indeks saham acuan koreksi.
Sebanyak 248 saham melemah sehingga menyeret IHSG ke zona merah. 120 saham menguat dan 128 saham diam di tempat.
Pada sesi pertama, IHSG sempat berada di level tertinggi 6.107,44 dan terendah 6.005,27.
Transaksi perdagangan saham cukup ramai. Total frekuensi perdagangan saham 266.961 kali dengan volume perdagangan 8,7 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 4,3 triliun. Investor asing lepas saham Rp 64,01 miliar di pasar regular. Posisi dolar Amerika Serikat berada di kisaran Rp 14.445.
10 sektor saham kompak tertekan. Sektor saham aneka industri merosot 1,61 persen, dan bukukan penurunan terbesar. Disusul sektor saham konstruksi merosot 1,48 persen dan sektor saham manufaktur tergelincir 1,26 persen.
Saham-saham yang menguat di tengah pelemahan IHSG antara lain saham ETWA melonjak 25,86 persen ke posisi Rp 73, saham POSA menanjak 23,86 persen ke posisi Rp 488 per saham, dan saham MTPS menanjak 21,57 persen ke posisi Rp 930 per saham.
Sedangkan saham-saham yang melemah antara lain saham DUTI turun 13,26 persen ke posisi Rp 3.990 per saham, saham SMMT merosot 12,41 persen ke posisi Rp 127 per saham dan saham MASA tergelincir 9,52 persen ke posisi Rp 570 per saham.
Bursa saham Asia bervariasi. Indeks saham Hong Kong Hang Seng naik 0,89 persen, indeks saham Korea Selatan Kospi menguat 0,59 persen, indeks saham Jepang Nikkei 0,48 persen, indeks saham Thailand menanjak 0,03 persen, indeks saham Shanghai naik 1,5 persen, dan indeks saham Taiwan menguat 0,57 persen. Sedangkan indeks saham Singapura melemah 0,06 persen.