Bursa Asia Melemah Dipicu Kekhawatiran Gelombang Kedua Pandemi

Kekhawatiran tentang gelombang kedua pandemi Virus Corona menjadi penggerak bursa Asia.

oleh Nurmayanti diperbarui 12 Jun 2020, 08:30 WIB
Diterbitkan 12 Jun 2020, 08:30 WIB
Pasar Saham di Asia Turun Imbas Wabah Virus Corona
Seorang pria melihat layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Liputan6.com, Jakarta Pasar saham di Asia Pasifik turun di tengah kekhawatiran kebangkitan gelombang kedua pandemi virus corona.

Indeks Kospi Korea Selatan memimpin kerugian di antara pasar utama di kawasan itu. Indeks anjlok 4,2 persen pada awal perdagangan. Indeks Kosdaq juga turun 4,41 persen.

Di Jepang, Nikkei 225 tergelincir 2,26 persen sementara indeks Topix turun 2,4 persen. Sementara itu, S & P / ASX 200 Australia turun 1,31 persen.

Secara keseluruhan, indeks MSCI Asia ex-Jepang diperdagangkan 1,02 persen lebih rendah.

Melansir laman CNBC, Jumat (12/6/2020), investor bereaksi terhadap penurunan wallstreet, yang mencatatkan penurunan terbesar satu hari sejak Maret.

Dow Jones Industrial Average anjlok 1.861,82 poin, atau 6,9 persen, menjadi ditutup pada 25.128,17. S&P 500 turun 5,9 persen menjadi 3.002,10. Sementara Nasdaq Composite turun 5,3 persen menjadi 9.492,73.

“Angka infeksi baru kemarin membawa jumlah total kasus Covid-19 di AS menjadi lebih dari dua juta, dengan sejumlah hotspot lokal di 18 negara mengalami peningkatan, termasuk Arizona, Florida, Texas, dan sebagian California. Dan secara global,  kasus baru 135.000 pada hari Rabu adalah penghitungan harian tertinggi hingga saat ini,” ujar Ray Attrill, Kepala Strategi Valuta Asing di National Australia Bank, dalam sebuah catatan.

Dia mengakui jika kekhawatiran tentang gelombang kedua pandemi Virus Corona menjadi penggerak bursa Asia.

"Apakah berita COVID-19 terbaru mengipasi kekhawatiran tentang penguncian baru dengan semua yang memerlukan aktivitas ekonomi, atau (dan mungkin lebih realistis, di AS setidaknya) periode perilaku konsumen yang lebih berhati-hati, tidak diragukan lagi merupakan faktor di balik penurunan tajam dalam stok, ”kata Attrill. 

Saksikan video di bawah ini:

Wall Street Masuk Perdagangan Harian Terburuk Sejak Maret

saham-wall-street-131104d.jpg
Wall Street

Wall Street atau Bursa Amerika Serikat (AS) terpuruk ke penurunan terbesar satu hari dalam tiga bulan. Pemicunya, pedagang yang semakin khawatir tentang jumlah kasus virus corona meningkat di beberapa negara bagian AS yang dibuka kembali dari lockdown.

Saham-saham yang telah melonjak baru-baru ini di tengah harapan pembukaan kembali kegiatan ekonomi bisa berjalan lancar, justru memimpin penurunan.

Melansir laman CNBC, Dow Jones Industrial Average anjlok 1.861,82 poin, atau 6,9 persen menjadi ditutup pada posisi 25.128,17. Indeks S&P 500 turun 5,9 persen menjadi 3.002,10, sementara Nasdaq Composite turun 5,3 persen berakhir di 9.492,73.

Rata-rata indeks mencatatkan penurunan harian terburuk sejak 16 Maret, ketika semua turun lebih dari 11 persen. S&P 500 juga mencatatkan penurunan beruntun tiga hari pertamanya sejak awal Maret.

"Anda melihat psikologi di pasar diuji kembali hari ini karena para pedagang mempertimbangkan uptick terbaru pasien rawat inap akibat Virus Corona dan pandangan suram dari bank sentral AS," kata Dan Deming, Direktur Pelaksana KKM Financial. "

Dia mengatakan jika kenyataan saat ini, kondisi ini akan bertahan lebih lama daripada yang mungkin diantisipasi pasar saham.

Investor mulai meninggalkan saham maskapai, operator pelayaran dan retailer usai memborongnya selama sebulan terakhir di tengah ekspektasi pemulihan ekonomi yang cepat.

Saham United Airlines, Delta, Amerika dan American and Southwest misalnya. Semua saham perusahaan itu turun lebih dari 11 persen.

Saham Carnival Corp dan Norwegian Cruise Line masing-masing turun setidaknya 15,3 persen. Saham Gap dan Kohl ditutup lebih rendah masing-masing sebesar 8,1 persen dan 11,2 persen.

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya