16 Perusahaan Investasi di Indonesia Saat Pandemi COVID-19

BKPM mencatat nilai investasi yang mampu didapatkan dari 16 perusahaan tersebut mencapai USD 7,15 miliar yang dilakukan saat pandemi COVID-19.

oleh Dian Tami Kosasih diperbarui 21 Jan 2021, 18:45 WIB
Diterbitkan 21 Jan 2021, 18:44 WIB
Bahlil Lahadalia
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menegaskan terdapat 16 perusahaan investasi pada 2020. Hal itu terjadi di tengah pertumbuhan ekonomi yang turun saat pandemi COVID-19.

"Dulu tahun 2018-2019 itu tidak ada satupun perusahaan yang mau relokasi ketika terjadi perang dagang China dan Amerika. Tapi di tahun 2020 meskipun pandemi covid kita mampu merealisasi kurang lebih 16 perusahaan," kata dia, dalam acara 11thKompas CEO Forum, Kamis (21/1/2021).

Dalam pemaparannya, Bahlil menyebut, nilai investasi yang mampu didapatkan dari 16 perusahaan tersebut mencapai USD 7,15 miliar dan mampu menarik 68.600 tenaga kerja.

"Ini sudah jalan ya, sebagian sudah konstruksi, sebagian lagi sudah produksi," ujarnya.

Selain 16 perusahaan, Bahlil juga menyebut terdapat 14 perusahaan yang memiliki intensi relokasi atau diversifikasi ke Indonesia, serta 122 perusahaan potensial dari berbagai sumber.

Dari 14 perusahaan tersebut, rencana investasi yang akan digelontorkan mencapai USD 19,68 miliar dengan penyerapan tenaga kerja mencapai 59.750 orang. Sedangkan untuk 122 perusahaan lainnya, diharapkan mampu menarik 156.430 pekerja dan investasi mencapai USD 40,5 miliar.

"Sekarang lagi promosikan kawasan industri Batang. Izinnya semua diurus oleh BKPM. Pokoknya siapa yang mau masuk cukup bawa modal dan teknologi dan carikan pasarnya," tutur Bahlil.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Empat Perusahaan Siap Investasi di Indonesia

Bahlil Lahadalia
Kepala BKPM Bahlil Lahadalia (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Sebelumnya, Kepala Badan Koordinator Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menegaskan,  pihaknya siap memperluas ekosistem nikel dari hulu ke hilir seiring melihat perkembangan kendaraan listrik.

"Pada persoalan tambang, kita sekarangn untuk tambang nikel tak hanya fokus pada ekspor ore-nya, tapi mendorong untuk membangun industri dari hulu sampai hilir," ujar dia di acara 11thKompas CEO Forum, Kamis, 21 Januari 2021.

Selain investasi yang besar,  Bahlil juga mengaku industri ini mampu menyerap banyak tenaga kerja. Perusahaan pertama yang akan berinvestasi ialah LG Energy Solution Ltd dengan nilai investasi sebesar USD 9,8 miliar karena membangun industri baterai terintegrasi.

Selanjutnya terdapat Contemporary Amperex Technology Co. Limited atau CATL dengan nilai investasi mencapai USD 5,2 miliar karena berencana membangun industri baterai terintegrasi dengan nilai foreign direct investment (FDI).

"Sudah ada dua perusahaan yang teken kontrak. Yaitu CATL dengan nilai investasi USD 5,2 miliar dan LG dengan nilai USD 9,8 (miliar-red). Khusus LG, mereka akan bangun baterai sampai dengan mobil, karena mereka kerja sama dengan Hyundai," ujar dia.

Tak hanya dua perusahaan tersebut, Bahlil juga menyebut ada rencana investasi dari Badische Anilin-und Soda-Fabrik atau BASF meski belum tertera jelas nilai investasi yang akan digelontorkan.

Di Indonesia, perusahaan akan  membangun industri precursor dan katod. Selanjutnya terdapat, Tesla, Inc. Sama dengan BASF, perusahaan mobil listrik asal Amerika Serikat tersebut masih belum mengungkapkan nilai investasinya di Indonesia. Meski demikian, perusahaan dinilai siap membuat ekosistem industri mobil listrik di Tanah Air.

"Ini yang bisa mengubah presepsi dunia kepada negara kita," kata Bahlil.

 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya