Investasi Tesla di Indonesia Masuk Babak Baru, Bagaimana Efeknya terhadap ANTM dan INCO?

Pemerintah telah menerima proposal rencana investasi dari perusahaan mobil listrik asal Amerika Serikat, Tesla Inc.

oleh Dian Tami Kosasih diperbarui 07 Feb 2021, 12:00 WIB
Diterbitkan 07 Feb 2021, 12:00 WIB
Papan Nama Booth Tesla di Computex 2017. Liputan6.com/Mochamad Wahyu Hidayat
Papan Nama Booth Tesla di Computex 2017. Liputan6.com/Mochamad Wahyu Hidayat

Liputan6.com, Jakarta - Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kementerian Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves), Septian Hario Seto menyebut, pemerintah telah menerima proposal rencana investasi dari perusahaan mobil listrik asal Amerika Serikat, Tesla Inc.

Kabar ini tentu membuat dua emiten penghasil nikel di Indonesia, yakni PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) atau Antam dan PT Vale Indonesia Tbk (INCO) menjadi perhatian. Lalu bagaimana prediksi perkembangan saham keduanya?

Melihat hal tersebut, Direktur Anugerah Mega Investama, Hans Kwee menuturkan, hadirnya Tesla di Indonesia bisa menjadi sentimen positif bagi kedua emiten tersebut.

Meski demikian, Ia menyebut, prospek investasi baterai di Tanaha Air lebih memberikan sentimen positif dibandingkan pabrikan kendaraan listrik.

"Positif sentimennya untuk mereka, tapi saya melihat peluangnya lebih besar bila Indonesia membuat baterai, karena kita ini produksi timah dan nikel dan baterai itu menggunakan nikel, sehingga lebih menarik investor," ujar dia kepada Liputan6.com, ditulis Minggu (7/2/2021).

 

Ikuti cerita dalam foto ini https://story.merdeka.com/2303605/volume-5

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Tantangan

Tesla Perkenalkan Truk Pikap Listrik Canggih
CEO Tesla, Elon Musk, memperkenalkan Cybertruck di studio desain Tesla di Hawthorne, California (21/11/2019). Elon musk mengambil pasar truk pickup yang keras dengan kendaraan listrik terbarunya. (AP Photo/Ringo H.W. Chiu)

Hans juga menyebut, tantangan yang harus dihadapi pemerintah terkait kendaraan listrik masih sangat besar, terlebih dari sistem infrastruktur. Oleh karena itu, pihaknya yakin pembicaraan mengenai baterai listrik masih lebih tepat.

"Terkait dengan mobil listrik, masih banyak sekali tantangan jadi kalau mobil listrik bisa lebih murah mungkin bisa lebih menarik," ujarnya.

Selain itu, baterai yang mungkin di produksi di Indonesia juga bisa dimanfaatkan untuk hal lain, seperti kebutuhan panel solar cell untuk kebutuhan rumah tangga.

"Tetap menjadi sentimen positif, tapi saya lebih yakin baterai. Kalau mobil, Astra itu masih belum bisa disaingi sebenarnya," tutur dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya