Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Asia Pasifik melemah pada perdagangan saham Jumat pagi, (30/4/2021). Hal ini seiring investor berhati-hati menjelang akhir pekan.
Di Australia, indeks saham ASX 200 melemah 0,62 persen. Sebagian besar sektor saham tertekan. Sektor saham energi dan material masing-masing turun 1,4 persen dan 1,12 persen. Selain itu, indeks saham sektor keuangan susut 0,35 persen.
Baca Juga
Bursa saham Jepang juga melemah. Indeks saham Nikkei 225 susut 0,05 persen, dan indeks saham Topix tergelincir.
Advertisement
Pada perdagangan saham di wall street, indeks saham acuan utama AS menguat. Aktivitas ekonomi di Amerika Serikat meningkat dalam tiga bulan pertama 2021 seiring produk domestik bruto (PDB) naik 6,4 persen secara tahunan, tetapi turun sedikit dari harapan.
"Momentum ekonomi AS yang kuat memiliki implikasi positif bagi ekonomi global,” ujar Ekonom Senior Commonwealth Bank of Australia, Kim Mundy dalam catatannya dilansir dari CNBC, Jumat, (30/4/2021).
Mundy menambahkan, ekonomi global akan mendapatkan keuntungan seiring impor AS yang lebih tinggi. "Kombinasi suku bunga rendah, ekonomi AS yang membaik dan ekonomi global yang membaik adalah resep bagi dolar AS untuk melanjutkan tren penurunan," ujar Mundy.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Indeks Dolar AS
Indeks dolar AS berada di posisi 90,61. Angka ini turun dari posisi 91,2 pada awal pekan. Yen Jepang diperdagangkan di kisaran 108,94 per dolar AS.
Sementara itu, harga minyak melemah pada jam perdagangan di Asia. Harga minyak Amerika Serikat turun 0,51 persen ke posisi USD 64,68. Harga minyak berjangka Brent susut 0,38 persen ke posisi USD 68,30 per barel. Akan tetapi, harga minyak yang diperdagangkan pada level yang tidak terlihat sejak Maret.
"Harga minyak mentah menguat karena tanda-tanda kekuatan lebih lanjut dalam permintaan terus muncul. Munculnya beberapa kota dari lockdown memicu keyakinan akan permintaan yang lebih kuat jelang musim panas di AS,” tulis analis ANZ dalam catatannya.
Analis ANZ menambahkan, gelombang kedua infeksi COVID-19 di India membayangi optimism di Amerika Serikat dan Eropa.
Advertisement