HSBC Tak Bakal Masukkan Bitcoin dalam Kelas Aset

Harga bitcoin bak roller coaster pada pekan lalu. CEO HSBC Noel Quinn pun angkat bicara mengenai bitcoin.

oleh Agustina Melani diperbarui 26 Mei 2021, 15:30 WIB
Diterbitkan 26 Mei 2021, 15:30 WIB
Ilustrasi Bitcoin. Liputan6.com/Mochamad Wahyu Hidayat
Ilustrasi Bitcoin. Liputan6.com/Mochamad Wahyu Hidayat

Liputan6.com, Jakarta - CEO HSBC  Noel Quinn tidak setuju dengan bitcoin. Ia pun mengatakan, pihaknya tidak memiliki rencana untuk meluncurkan transaksi perdagangan uang kripto.

"Itu memberikan volatilitas, kami tidak memasukkan bitcoin dalam kelas aset,” ujar Quinn, dalam wawancara dengan Reuters, dilansir dari CNN, ditulis Rabu (26/5/2021).

Quinn menambahkan, pihaknya tidak mempromosikan bitcoin sebagai kelas aset dalam wealth management.  "Untuk alasan serupa kami tidak terburu-buru ke stablecoin,” kata dia.

Namun, Quinn mengatakan, pihaknya percaya pada mata uang digital bank sentral (CBDC) yang sedang dikerjakan oleh beberapa negara termasuk Amerika Serikat dan China.

"CBDC dapat memfasilitas transaksi internasional dalam dompet elektronik dengan lebih sederhana, mengurangi biaya gesekan dan cenderung beroperasi secara transparan dan memiliki atribut nilai tersimpan kuat,” kata dia mengutip yahoo finance.

Harga bitcoin bank roller coaster. Mata uang virtual ini berlanjut menjadi sorotan seiring pergerakan harga yang bergejolak. Harga uang kripto turun lebih dari 30 persen pada Mei, dari posisi USD 58.000 menjadi di atas USD 39.000 per koin, hal itu berdasarkan CoinDesk. Namun, harga bitcoin masih naik lebih dari 30 persen sepanjang 2021.

Salah satu hal utama yang menjadi pemicu pergerakan harga uang kriptoyaitu Elon Musk. CEO Tesla ini sering kali menimbulkan kehebohan di antara investor setelah membagikan pandangannya tentang uang kripto. Beberapa juga mencoba menyaring cuitan Elon Musk untuk mendapatkan petunjuk tentang rencana investasi Tesla untuk bitcoin.

China juga mengguncang pasar dengan isyaratkan rencana lebih lanjut untuk mengekang industri tersebut. Pekan lalu, regulator keuangan dan perbankan China menginstruksikan lembaga keuangan dan perusahaan pembayaran untuk tidak berpartispasi dalam transaksi apa pun yang melibatkan mata uang kripto, dan menyediakan layanan terkait kepada klien mereka.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Tekanan China

Bitcoin - Image by Allan Lau from Pixabay
Bitcoin - Image by Allan Lau from Pixabay

Wakil Perdana Menteri Liu He juga mengatakan,pihaknya akan menekan aktivitas penambangan dan perdagangan bitcoin.

Pejabat di tempat lain juga menyatakan keprihatinannya baru-baru ini. Gubernur Bank of England Andrew Bailey memperingatkan kripto bisa berbahaya.

"Sangat mudah untuk terbawa oleh inovasi keuangan.Itulah mengapa saya skeptis tentang aset kripto, sejujurnya, karena mereka berbahaya dan ada antusiasme yang besar di luar sana,” ujar dia.

Di sisi lain, pada 2019, kurang dari dua tahun setelah CEO JPMorgan Jamie Dimon menolak bitcoin sebagai “penipuan”, banknya meluncurkan koin digitalnya sendiri.

Selain itu, Morgan Stanley juga telah mulai menawarkan kepada beberapa kliennya untuk investasi di bitcoin. Sementara Goldman Sachs baru-baru ini kembali meluncurkan transaksi perdagangan uang kriptonya.

Kepala Global Aset Digital Goldman Sachs, Matthew McDermot menuturkan, ada lebih banyak permintaan klien, sederhana dan murni. “Bitcoin sekarang dianggap sebagai aset yang dapat diinvestasikan. Tidak ada keraguan takut ketinggalan memainkan peran,,” ia menambahkan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya