Liputan6.com, Jakarta - Menjadi salah satu sektor yang mengalami peningkatan selama pandemi, sektor kesehatan menjadi perhatian karena masyarakat lebih memperhatikan kondisi tubuh di tengah penularan virus yang sebabkan COVID-19. Hal ini membuat penjualan alat kesehatan di Indonesia akan meningkat, khususnya produk herbal.
Presiden Direktur PT Mustika Ratu Tbk, Bingar Egidius Situmorang menyebut, pada 2025, penjualan produk herbal diprediksi mencapai Rp23 triliun.
Baca Juga
"Menurut Euromonitor penjualan produk herbal nasional di tahun 2025 akan mencapai Rp23 triliun. Sementara sales produk herbal nasional di tahun 2020 sudah mencapai Rp13,8 triliun," katanya secara virtual, Kamis (15/7/2021).
Advertisement
Peningkatan bisnis diakui Bingar terjadi karena kesadaran masyarakat untuk menjaga kesehatan tubuh dan mengkonsumsi bahan natural serta menerapkan gaya hidup yang sehat mulai tumbuh.
"Peluang bisnis kesehatan juga didukung oleh akselerasi pembelanjaan dan pembayaran digital yang tumbuh pesat dimana berlakuknya PSBB dan PPKM. Dengan ini semakin banyak masyarakat bearlih ke daring," tuturnya.
Meningkatnya penjualan secara online juga akan dimanfaatkan Mustika Ratu untuk menjangkau kaum milenial dan generasi Z.
"Walau dengan kekayaan obat yang saya sebutkan tadi, Indonesia menduduki peringkat 19 negara pengekspor biofarmaka di dunia, dengan market share 0,62 persen, sementara India di pertama dan China di peringkat kedua," tuturnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Permintaan Obat Herbal Meningkat
Sebelumnya, menjaga kesehatan saat pandemi menjadi salah satu perhatian masyarakat saat ini. Tak jarang, beragam multivitamin dan penambah imun tubuh diburu agar terhindar dari virus yang menyebabkan COVID-19.
Presiden Direktur Mustika Ratu, Bingar Egidius Situmorang menuturkan, peningkatan penjualan vitamin, multivitamin dan madu terjadi selama masa pandemi.
"Pasar domestik di masa pandemi membuat minat masyarakat membeli produk yang meningkatkan daya tahan tubuh naik. Produk yang paling banyak dicari ialah vitamin, multivitamin atau suplemen dan madu," ujar dia secara virtual, Kamis, 15 Juli 2021.
Bingar menyebut bila produk herbal banyak diminati karena menggunakan bahan baku natural dan tidak memiliki efek samping seperti obat pada umumnya.
"Ada peningkatan frekuensi untuk produk kesehatan dan pembelian produk herbal. Alasan utama yang mendorong peningkatan tersebut ialah bahan baku yang digunakan natural dan tak memiliki efek samping," ujarnya.
Tak hanya itu, Indonesia merupakan negara dengan beragam tanaman herbal. Hal ini membuat Indonesia berada diurutan kedua untuk kekayaan keanekaragaman hayati atau biodiversity. Indonesia menduduki peringkat kedua untuk biodiversity.
"Memiliki lebih dari 40 ribu species dengan 30 ribu tanaman yang mengandung khasiat obat. Dengan kekakayaan melimpah ini, lebih dari 90 persen bahan baku trandisonal bisa didapat di Indonesia," tuturnya.
Meski demikian, 90 persen bahan baku obat yang digunakan di Indonesia masih mengandalkan ekspor. "Sementara itu kurang lebih 90 persen bahan baku obat masih impor sehingga kita bergantung pada pihak asing untuk tata laksana dalam negeri," tegasnya.
Advertisement