Garuda Indonesia Buka Suara Terkait Harga Sewa Pesawat yang Lebih Mahal

Garuda Indonesia menjelaskan kepada Bursa Efek Indonesia (BEI) terkait harga sewa pesawat yang lebih mahal dari harga normal.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 03 Nov 2021, 19:50 WIB
Diterbitkan 03 Nov 2021, 19:50 WIB
Pesawat Airbus A330 Garuda Indonesia
Pesawat Airbus A330 Garuda Indonesia mendarat di Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda di Blang Bintang, Provinsi Aceh pada 13 Juli 2021. (CHAIDEER MAHYUDDIN / AFP)

Liputan6.com, Jakarta - PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) buka suara terkait harga sewa pesawat yang lebih mahal dari harga normal. Hal ini rupanya disorot oleh banyak pihak lantaran disebut sebagai salah satu biang turbulensi di tubuh Garuda Indonesia.

Perseroan pun menjelaskan kepada Bursa Efek Indonesia (BEI) terkait harga sewa pesawat yang lebih mahal dari harga normal itu.

VP Corporate Secretary & Investor Relations Garuda Indonesia, Mitra Piranti menuturkan, harga sewa pesawat Perseroan didasarkan pada nilai sewa yang berlaku pada tahun pesawat tersebut diakuisisi, dengan mempertimbangkan jangka waktu sewa, tahun pembuatan, dan konfigurasi pesawat.

"Sehingga apabila harga sewa pesawat Perseroan dibandingkan dengan harga sewa yang berlaku di pasar atau market saat ini, pasti akan lebih tinggi untuk faktor pembanding yang sama," kata Mitra, dikutip dari keterbukaan informasi BEI, Rabu (3/11/2021).

Selain itu, Mitra menambahkan, harga sewa di pasar akan menurun seiring bertambahnya usia pesawat, kondisi pasar, dan kondisi teknis pesawat tersebut. Namun, saat dicecar Bursa, mana jenis pesawat yang memiliki biaya sewa lebih tinggi dari harga normal, Perseroan enggan berkomentar.

"Saat ini kami sedang melakukan renegosiasi sewa pesawat kepada lessor sebagai bagian dari upaya restrukturisasi Perseroan, termasuk menjajaki kemungkinan opsi skema sewa pesawat yang lebih ekonomis dengan memperhatikan kondisi referensi pasar,” tutur Mitra.

Menurut Mitra, pesawat yang dimiliki oleh Perseroan memiliki spesifikasi yang disesuaikan dengan perencanaan Perseroan saat pesawat diakuisisi. Sehingga diharapkan dapat mendorong peningkatan standar pelayanan sekaligus pemenuhan standar full-service pada lingkup global.

Sementara harga pasar adalah harga yang mengasumsikan pesawat diperoleh dengan spesifikasi standar pabrikan.

"Disamping itu, variasi metode akuisisi beberapa pesawat yang dilakukan oleh Perseroan pada saat itu turut mempengaruhi harga sewa secara keseluruhan,” ujar dia.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Harga Sewa Pesawat Boeing 777 Disebut Lebih Mahal

Desain masker baru pesawat Garuda Indonesia pada armada B737-800 NG
Desain masker baru pesawat Garuda Indonesia pada armada B737-800 NG (dok: GIA)

Untuk diketahui, maskapai pelat merah itu menyewa delapan jenis pesawat. Antara lain Boeing 777-300, Boeing 737-800, Boeing 737-8 Max, Airbus A330-200, Airbus A330-300, Airbus A330-900, CRJ1000 NextGen, dan ATR 72-600.

Salah satu yang menjadi perbincangan belakangan yaitu jenis Boeing 777-300. Sebelumnya, mantan Komisaris Garuda Indonesia, Peter Gontha meminta pertanggungjawaban dari Garuda Indonesia soal harga sewa pesawat Boeing 777 yang lebih besar dua kali lipat dari harga pasaran.

"Ini Boeing 777, harga sewa di pasar rata-rata USD 750.000 per bulan. Garuda mulai dari hari pertama bayar dua kali lipat? USD 1,4 juta per bulan. Uangnya kemana sih waktu diteken? Pingin tahu aja," tulis Peter Gontha, dikutip dari laman Instagram @petergontha.

Mantan Sekretaris Kementerian BUMN, Muhammad Said Didu menyebut, bahwa persoalan menimpa Garuda Indonesia dari masa ke masa masih sama, yakni masalah penyewaan pesawat dari lessor. Permasalahan itulah yang kemudian membuat beban keuangan Perseroan menjadi tertekan.

Dia mengatakan, permasalahan penyewaan pesawat Garuda Indonesia bukan sesuatu hal yang baru. Masalah itu sudah mencuat sejak zaman Pemerintahan Gus Dur, kemudian berlanjut di era Pemerintahan Megawati.

"Saya perlu jelaskan dulu Garuda sebenarnya berkali-kali menghadapi hal seperti ini dan selalu biang keroknya adalah penyewaan pesawat itu selalu. Jadi diperbaiki pada saat Presiden Gus Dur terus rusak lagi pada saat Pemerintahan Megawati 2003-2004," kata Said Didu dikutip dari akun Youtubenya MSD, Rabu, 3 November 2021.

"Jadi kita memang harus menduga bahwa ada mafia penyewaan pesawat ke Indonesia kita harus mulai curiga," Said Didu menambahkan.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya