Jerome Powell Kembali Dicalonkan Jadi Ketua The Fed, Investor Lega

Jerome Powell telah masuk daftar nominasi sebagai ketua the Fed sejak 2017 atas rekomendasi Presiden Donald Trump.

oleh Liputan6.com diperbarui 23 Nov 2021, 13:59 WIB
Diterbitkan 23 Nov 2021, 13:59 WIB
Gubernur BI Perry Warjiyo berdiskusi dengan Ketua Dewan Pengurus Bank Sentral AS (Chairman of the Federal Reserve), Jerome Powell, di sela-sela pertemuan tahunan IMF-Bank Dunia, di Bali (13/10/2018). (Ilyas/Liputan6.com)
Gubernur BI Perry Warjiyo berdiskusi dengan Ketua Dewan Pengurus Bank Sentral AS (Chairman of the Federal Reserve), Jerome Powell, di sela-sela pertemuan tahunan IMF-Bank Dunia, di Bali (13/10/2018). (Ilyas/Liputan6.com)

Liputan6.com, New York - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden kembali memandatkan Jerome Powell sebagai ketua FederaL Reserve (the Fed). Hal itu meyakinkan investor terhadap sejumlah prediksi mengingat bank sentral AS bersiap menaikkan suku bunga dan memperlambat laju pembelian obligasi.

Keputusan ini sejalan dengan harapan para investor. Jerome Powell telah masuk daftar nominasi sebagai ketua the Fed sejak 2017 atas rekomendasi Presiden Donald Trump. 

Banyak investor mengharapkan Biden akan mencalonkan Jerome Powell kembali guna mengemban amanah empat tahun lagi.

Pada Senin, 22 November 2021,Biden menominasikan powell untuk masa jabatan kedua dengan Lael Brainard. Pendamping Powell merupakan anggota the Fed adalah kandidat terkuat sebagai wakil ketua. Biden juga memiliki tiga kursi kosong the Fed, termasuk wakil ketua untuk pengawasan. Dia berencana memilihnya pada awal Desember.

Masa jabatan Powel akan berakhir pada Februari 2022. Selama menjabat Powell terbukti dapat membawa aset berisiko ke arah positif. Indeks S&P melonjak 69,7 persen sejak pengangkatannya pada 5 Februari 2018.

Bahkan mencapai rekor tertinggi dengan sentimen pandemi COVID-19. Langkah-langkah yang diluncurkan the Fed merupakan tanggapan atas pandemi COVID-19 yang melanda global.

"Saya merasa sangat lega. Dia (Powell) memiliki tangan yang stabil, saya pikir orang-orang menyukainya secara umum kebijakan yang dia buat sejak COVID-19 pertama kali menjalar di ekonomi global,” ujar President Chase Investment Counsel di Virginia Peter Tuz, dikutip dari  laman Channel News Asia, Selasa (23/11/2021)

Tuz menambahkan, Powell disukai oleh dua belah pihak yaitu investor dan pemerintah AS karena kebijakan yang dikeluarkan cukup memperkuat ekonomi AS sehingga cukup stabil.

Jerome Powell selalu jadi favorit sebagai kandidat ketua the Fed, tetapi dia dipandang kurang memberikan gebrakan. Terutama setelah peluang di pasar turun imbas ktirik tajam terhadap penampilannya dari Demokrat dan skandal perdagangan saham di antara pejabat the Fed.

Situs taruhan daring Predictt memberi peluang 79 persen kepada Powell untuk konfirmasi dari Senat AS pada Senin pagi, 22 November 2021.

Nilai peluang ini menyusut tajam yang sebelumnya mencapai 90 persen pada Minggu, 12 September 2021. Sementara peluang Gubernur Federal Reserve Lael Brainard sebagai kandidat wakil ketua meningkat 23 persen. Pada September, peluangnya hanya 6 persen saja.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Investor Cermati Pemimpin the Fed

Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)

Pemimpin bank sentral AS sangat penting bagi pasar. Keputusan Biden dalam menentukan ketua the Fed sangat penting karena berhubungan dengan pengurangan pembelian obligasi bulanan senilai USD 120 miliar atau Rp 1.701, 9 triliun (asumsi kurs Rp 14.257 per dolar AS).

Hal ini bersamaan dengan lonjakan inflasi besar sepanjang sejarah akibat rantai pasokan global terganggu oleh pandemi COVID-19. Awal November, the Fed merilis jadwal pembelian asetnya.

"Pasar akan menganggap ini sebagai tanda kelegaan. Brainard yang mengambil peran sebagai wakil ketua setidaknya memberi semacam tekanan pada Powell untuk tidak bergerak terlalu cepat dengan menaikkan suku bunga,” tutur senior portfolio manager di Dakota Wealth Management Robert Pavlik.

Brainard pun pernah menjadi nominasi dewan Fed atas saran dari Presiden Barack Obama pada 2004. Dia dipandang memiliki sifatnya dovish atau bertolak belakang dengan Powell sehingga bisa melengkapi satu sama lain.

Salah satunya adalah guna mempertahankan kebijakan moneter super, kebijakan dalam upaya pemulihan pekerjaan usai pandemi COVID-19.

Jelang pengumuman, pasar memperhitungkan beberapa risiko Brainard meningkat dan berita tentang Powell lainnya. Lantas menyebabkan pasar pendapatan tetap menilai, Fed akan melakukan pengetatan.

Wakil Powell

Pasar Saham AS atau Wall Street.Unsplash/Aditya Vyas
Pasar Saham AS atau Wall Street.Unsplash/Aditya Vyas

"Saat saham bank naik yang mana Brainard dipandang lebih dovish pada moneter dan kebijakan," tulis analis di TD Securities.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS bergerak terbalik terhadap harga yakni naik di tengah berita pencalonan Powell. Obligasi bertenor dua dan lima tahun mencapai level tertinggi sejak awal 2020. Dolar memperpanjang kenaikan terhadap beberapa mata uang dan indeks S&P 500 meroket tetapi terbalik menyusut pada akhir hari.

Futures on the federal funds rate yang melacak ekspektasi suku bunga jangka pendek. Suku bunga telah sepenuhnya dihargai dalam pengetatan seperempat poin pada Juni mendatang dan akan naik dari lebih dari 90 persen sebelum pengumuman Biden.

“AS sementara dalam lingkungan inflasi yang tinggi dengan perbedaan antara Powell dan Brainard berada di nilai dasarnya nihil. Mungkin orang berargumen percepatan lancip atau berpotensi lebih tinggi pada Desember di bawah Powell,” ungkap analis di NatWest.

 

Reporter: Ayesha Puri

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya