Liputan6.com, Jakarta - PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) berupaya untuk mempertahankan posisi sebagai perusahaan infrastruktur telekomunikasi independen terkemuka di Indonesia.
Melihat kebutuhan jaringan semakin krusial utamanya saat pandemi, yang mendorong tren digitalisasi yang signifikan, Perseroan berencana untuk menambah pembangunan tower. Namun, Wakil Direktur Utama PT Sarana Menara Nusantara Tbk, Adam Gifari mengatakan Perseroan belum bisa memastikan berapa kebutuhan tower pada masa mendatang.
Baca Juga
"Sulit untuk kami memastikan tahun depan itu berapa tower, karena apa yang kita lakukan itu by order dari operator,” kata Adam dalam paparan publik Sarana Menara Nusantara, Senin (20/12/2021).
Advertisement
Sebagai gambaran, Adam menyebutkan pada 2020 dan 2021, meskipun kebutuhan telekomunikasi tinggi, tetapi kebutuhan kolokasi lebih mendominasi dibandingkan permintaaan untuk tower baru.
"Itu tidak bisa kami tebak,"imbuhnya.
Hingga 30 September 2021, Protelindo telah memiliki dan mengoperasikan sekitar 21,639 lokasi menara telekomunikasi dengan lebih dari 40.456 penyewa di Indonesia, terutama di area Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua.
"Tapi biasanya kami bangun tower baru 500-800 per tahun,” kata Adam.
Di sisi lain, kegiatan penambahan tower baru maupun kolokasi akan mempengaruhi belanja modal perseroan tahun depan. Artinya, jika kebutuhan kolokasi yang mendominasi, belanja modal diperkirakan lebih kecil.
Sebaliknya, jika kebutuhan tower baru lebih besar, belanja modal yang diperlukan lebih besar. Namun lagi-lagi Adam belum bisa menyebutkan berapa belanja modal atau capital expenditure (capex) yang disiapkan untuk tahun depan.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Gerak Saham TOWR
Pada penutupan perdagangan Senin, 20 Desember 2021, saham TOWR naik 2,24 persen ke posisi Rp 1.140 per saham. Saham TOWR naik lima poin ke posisi Rp 1.120 per saham.
Saham TOWR berada di level tertinggi Rp 1.140 dan terendah Rp 1.105 per saham. Total frekuensi perdagangan 3.266 kali dengan volume perdagangan 564.430. Nilai transaksi Rp 63,6 miliar.
Advertisement