Bahana TCW Catat Dana Kelolaan Reksa Dana Rp 43,69 Triliun pada 2021

Sepanjang 2021, 20 produk reksa dana terbaru telah Bahana TCW luncurkan untuk diversifikasi produk investasi pelaku pasar.

oleh Liputan6.com diperbarui 17 Jan 2022, 17:05 WIB
Diterbitkan 17 Jan 2022, 17:05 WIB
20170210- IHSG Ditutup Stagnan- Bursa Efek Indonesia-Jakarta- Angga Yuniar
Suasana pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (10/2). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Dana kelolaan (Asset Under Management/AUM) produk reksa dana mencapai Rp 43,69 triliun pada akhir 2021. Namun, jika dihitung bersama reksa dana penyertaan terbatatas (RDPT), total dana kelolaan Bahana TCW Investment Management menjadi Rp 50,31 triliun  sehingga membawa Bahana TCW berada di posisi dua besar manajer investasi dengan dana kelolaan terbesar di Indonesia

Sepanjang 2021, 20 produk reksa dana terbaru telah Bahana TCW luncurkan untuk diversifikasi produk investasi  pelaku pasar.

Dengan rincian 13 produk reksa dana terproteksi, tiga reksa dana pendapatan tetap, satu reksa dana pasar uang, satu reksa dana saham offshore dan dua produk alternatif KIK EBA. Produk tersebut juga sekaligus bentuk komitmen demi memberikan kemudahan akses investasi bagi masyarakat.

Bahana TCW menambah dua Agen Penjual Reksa Dana (APERD) dan enam Gerai. Per 2021, produk reksa dana telah perusahaan distribusikan melalui 12 Bank, 16 APERD Non-Bank dan  21 Gerai.

Presiden Direktur Bahana TCW, Rukmi Purborini mengatakan, pihaknya apresiasi atas kepercayaan dan dukungan nasabah serta stakeholders yang senantiasa mendorong Bahana TCW untuk terus mengembangkan kinerja investasi selama 2021 yang penuh tantangan.

Bahana TCW juga berkomitmen untuk terus memberikan inovasi dan solusi investasi melalui layanan pengelolaan produk-produk reksa dana dan kontrak pengelolaan dana.

Selama 16 tahun terakhir atau sejak 2005 hingga November 2021, Bahana TCW membukukan pertumbuhan rata-rata per tahun (CAGR) atas dana kelolaan sebesar 19,37 persen.

Rukmi menuturkan, Bahana TCW pun berpegang teguh untuk terus fokus dalam memberikan solusi investasi di tengah tantangan dengan berlandaskan pada azas kehati-hatian dan berorientasi pada profitabilitas.

"Di tahun ini, kami menerima apresiasi positif dengan meraih sembilan penghargaan dari dalam maupun luar negeri dengan predikat kinerja performa investasi, servis dan solusi manajemen investasi yang komprehensif. Hal ini menjadi pendorong bagi kami untuk terus meningkatkan kinerja melalui inovasi di sisi produk dan layanan investasi bagi masyarakat Indonesia," ujar Rukmi, dikutip dari keterangan resmi, Senin (17/1/2022).

 

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Proyeksi Ekonomi 2022

FOTO: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia di Kuartal III 2020 Masih Minus
Pemandangan deretan gedung dan permukiman di Jakarta, Rabu (1/10/2020). Meski pertumbuhan ekonomi masih di level negatif, Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara menyebut setidaknya ada perbaikan di kuartal III 2020. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Memasuki 2022, pemulihan perekonomian dunia diperkirakan terus berlanjut bersamaan dengan tingginya inflasi global. Namun, dengan perbaikan rantai pasokan, inflasi berpotensi untuk perlahan mereda.

Normalisasi inflasi berpeluang lebih cepat terjadi di negara berkembang yang telah terlebih dahulu menaikan suku bunga sejak 2021. Di lain sisi, Bank sentral Amerika serikat (The Fed) baru akan menaikan suku bunganya di pertengahan 2022 setelah menyelesaikan proses pengurangan pembelian asetnya (tapering).

Bank Indonesia berpotensi mulai menaikkan suku bunga pada semester kedua 2022 sebanyak dua kali (2x25bps) untuk mengantisipasi kenaikan inflasi domestik.

Sementara, alat kebijakan bank sentral lainnya akan tetap terjaga akomodatif untuk mendukung pemulihan kredit dan ekonomi. Inflasi diperkirakan meningkat ke kisaran 3 persen, sejalan dengan kembalinya daya beli masyarakat dan kenaikan harga energi seperti listrik dan BBM.

Kontribusi Swasta

FOTO: Indonesia Dipastikan Alami Resesi
Suasana arus lalu lintas di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Kamis (5/11/2020). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekonomi Indonesia pada kuartal III-2020 minus 3,49 persen, Indonesia dipastikan resesi karena pertumbuhan ekonomi dua kali mengalami minus. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Pemulihan ekonomi 2022 akan lebih didorong oleh peran sektor swasta, menggantikan pemerintah yang mulai mengurangi belanjanya. Bahana TCW mengekspektasikan rupiah terjaga stabil seiring dengan reformasi struktural melalui UU Cipta Kerja yang berpotensi menarik investasi asing ke Indonesia.

Bahana TCW menyambut 2022 dengan optimisme pemulihan ekonomi pasca pandemi. Reksa dana saham diproyeksi menjadi instrumen paling menarik selain reksa dana pasar uang yang akan kembali memberikan imbal hasil yang menarik seiring kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia. Sedangkan reksa dana pendapatan tetap (obligasi) diperkirakan memberikan return single digit.

Perseroan memproyeksikan pada 2022 fundamental makro akan lebih baik dan sentimen eksternal yang terus memperkuat perekonomian nasional, diharapkan dapat menjaga kondusifitas investasi di Indonesia.

"Didorong oleh optimisme ini, kami juga berkomitmen untuk tetap fokus berinovasi melalui produk, layanan dan sistem kami agar dapat terus menghadirkan produk-produk investasi dikelola dengan baik dan berorientasi pada profitabilitas yang baik pula," ungkap Rukmi.

 

Reporter: Ayesha Puri

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya