IHSG Berpotensi Sentuh Level 7.500 pada 2022

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi sentuh 7.500 pada 2022. Namun, level support 6.449 dinilai perlu diwaspadai.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 30 Jan 2022, 21:50 WIB
Diterbitkan 30 Jan 2022, 21:50 WIB
FOTO: PPKM, IHSG Ditutup Menguat
Layar komputer menunjukkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Jakarta, Kamis (9/9/2021). IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore ditutup menguat 42,2 poin atau 0,7 persen ke posisi 6.068,22 dipicu aksi beli oleh investor asing. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Tren Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada 2022 diprediksi positif, bergerak di kisaran level 6.500-7.500. Prediksi IHSG itu akan didorong fundamental ekonomi yang cenderung menguat pada tahun pemulihan perekonomian nasional.

Profesor for Finance and Investment di IPMI International Business School Roy Sembel menuturkan, proyeksi pergerakan IHSG yang positif 2022, karena ekonomi yang mulai pulih setelah dilanda krisis dampak dari pandemi Covid-19 disokong beberapa indikator.

Hal itu antara lain tingkat inflasi sekitar 2 persen plus minus 1 persen, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat di kisaran 13.500-15.000. Benchmark rate sekitar 3 persen-4 persen serta gini index di rentang 0,384-0,387. Roy prediksi, IHSG menyentuh level 7.500 pada 2022. IHSG akan berada di kisaran 6.000-7.500.

Di sisi lain, ia menuturkan, kondisi ekonomi Indonesia memiliki beberapa keunggulan seperti suku bunga acuan yang relatif rendah di level 3,5 persen. GDP per kapita Indonesia pun sudah kembali di atas USD 4.000 atau sudah mulai pulih sejak 2021. Inflasi pun dipertahankan plus minus sekitar 2 persen.

Selain itu, pembangunan di bidang infrastruktur dan maritim yang terus berjalan menjaga roda ekonomi terus berputar. Ketika ekonomi bergerak, menurut dia, tingkat konsumsi kembali bertumbuh. Indonesia pun memiliki bonus demografi hingga 2035. Hal itu pun diperkuat regulasi Omnibus Law yang diharapkan terimplementasi dengan baik.

"Jadi ke depannya domestic stocks masih bagus untuk long term investment. Bagi yang suka trading atau short term investment boleh juga. IHSG diperkirakan bisa di level 7.500,” ujarnya optimistis.

Hal tersebut diungkapkan Roy dalam acara Investment Talk yang diselenggarakan D'ORIGIN Financial& Business Advisory bekerja sama dengan IGICO Advisory, Minggu (30/01/2022) secara daring dikutip dari keterangan tertulis.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Fundamental Ekonomi Bakal Positif pada 2022 Jadi Pendukung IHSG

FOTO: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia di Kuartal III 2020 Masih Minus
Pemandangan deretan gedung dan permukiman di Jakarta, Rabu (1/10/2020). Ekonomi Indonesia pada kuartal III 2020 membaik dari kuartal II 2020 lalu yang tumbuh minus 5,32 persen. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Dalam kesempatan yang sama, Aria Santoso, President Director of CSA Institute juga menuturkan analisisnya terkait pasar modal tahun ini. Dia berpendapat 2022 adalah tahun harapan karena fundamental makro maupun mikro menunjukan pergerakan positif.

Hal itu pun terdorong program vaksinasi pemerintah yang masif yang menumbuhkan optimisme, sehingga membuat sektor riil kembali bergerak.

Di sisi lain, optimisme terlihat di sektor keuangan yang merupakan penopang utama IHSG atau sektor terbesar yang menunjukan pergerakan positif.

Aria pun menyoroti sektor penopang lainnya yaitu energi yang terjadi upside yang bagus. Dia mengingatkan dalam masa pemulihan ekonomi akan terjadi kenaikan kebutuhan energi yang lebih besar.

"Pada [tren] 2022 tadi Prof Roy mengatakan akan ada potensi kenaikan yang cukup optimistis pada IHSG. Bahkan di atas level 7.000. Dan saya juga melihat hal itu, maka saya makin percaya diri IHSG bisa sampai 7.500 karena di dukung analisa ekonomi makro Prof Roy,” ujar dia.

Level Support IHSG yang Perlu Diwaspadai

FOTO: PPKM Diperpanjang, IHSG Melemah Pada Sesi Pertama
Karyawan melihat layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (22/1/2021). Pada hari ini, IHSG melemah pada penutupan sesi pertama menyusul perpanjangan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sementara itu, Director of PT Kurikulum Saham Indonesia Alex Sukandar mengingatkan ada support yang krusial untuk IHSG yaitu di level 6.449 sebagai divergen yang harus diwaspadai. Adapun untuk level resistensi dia menyebut di area sideways 6.750. Dan level tersebut menurutnya harus mendapat perhatian dari investor.

"Kalau level 6.449 ini jebol ada kemungkinan divergen terkonfirmasi. Dan itu tidak perlu ditakuti kita perlu melakukan paper asset diversification bisa ke reksadana, deposito atau forex komoditas,” ujar dia.

 Pada diskusi daring tersebut, Alex memaparkan, beberapa sektor yang mengalami penaikan awal tahun ini. Sektor energi naik 13 persen dan pada 2021 naik 49 persen.

Sektor transportasi naik 5,7 persen dan pada 2021 54 persen. Sektor keuangan kenaikannya 2,61 persen dan tahun lalu 6,64 persen. Untuk sektor kesehatan naik 1,36 persen sedangkan sepanjang 2021 naik 5,83 persen.

Pentingnya Literasi Keuangan

FOTO: PPKM Diperpanjang, IHSG Melemah Pada Sesi Pertama
Karyawan melihat layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (22/1/2021). Sebanyak 111 saham menguat, 372 tertekan, dan 124 lainnya flat. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sementara itu, dalam acara tersebut Arwani Pranajaya, Member of Haircut Committee KPEI mengingatkan agar investor ritel lebih cermat dan berhati-hati memilih instrumen investasi ketika memecah risiko seperti melakukan paper asset diversification.

Dengan semakin banyak produk investasi di pasar salah satu hal yang dapat diperhatikan adalah izin Otoritas Jasa Keuangan (OJK) kepada lembaga atau perusahaan pengelolan investasi masyarakat.

"Intinya ini berjung pada bagaimana meningkatkan literasi keuangan masyarakat kita. Tentunya acara ini juga saya yakin diadakan pun tak lepas dari tujuan baik tersebut untuk peningkatan literasi keuangan kita,” kata dia.

Hal tersebut bukan tanpa alasan. Arwani mengungkapkan inklusi keuangan terus meningkat. Dia menyebut angka nasabah ritel selalu menunjukan peningkatan cukup signifikan dari tahun ke tahun setidaknya sejak 2015. Hal itu perlu dibarengi dengan literasi agar masyarakat tidak salah jalan.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya