Influencer Saham Menjamur, Bursa Wanti-Wanti Investor Pemula

Investor yang mudah tergiur rekomendasi influencer umumnya dinilai tidak memiliki latar belakang ekonomi dan enggan mempelajarinya.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 23 Feb 2022, 18:33 WIB
Diterbitkan 23 Feb 2022, 18:33 WIB
Pembukaan-Saham
Pengunjung tengah melintasi layar pergerakan saham di BEI, Jakarta, Senin (13/2). Pembukaan perdagangan bursa hari ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat menguat 0,57% atau 30,45 poin ke level 5.402,44. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Maraknya influencer di pasar modal rupanya cukup meresahkan pelaku pasar. Lantaran, tak sedikit investor yang justru terjerembab lantaran mengikuti seruan atau rekomendasi influencer dalam keputusan investasinya.

Kepala Kantor Bursa Efek Indonesia (BEI) perwakilan Jakarta, Marco Poetra Kawet mengatakan, investor yang mudah tergiur rekomendasi influencer umumnya tidak memiliki latar belakang ekonomi dan enggan mempelajarinya. Sehingga mereka mengambil jalan pintas untuk mengikuti rekomendasi influencer.

"Mereka, pihak yang eligible untuk memberikan rekomendasi adalah yang memiliki izin. Sekuritas itu adalah pihak yang sebetulnya memiliki izin untuk memberikan rekomendasi. Itupun disclaimer on, artinya pihak manapun tidak bisa memberikan rekomendasi mentah-mentah. termasuk influencer," kata Marco dalam edukasi wartawan, Rabu (23/2/2022).

Untuk itu, BEI sejak 2018 telah merangkul influencer atau tokoh kenamaan tanah air dengan banyak pengikut, untuk dibekali seluk beluk transaksi yang benar di bursa. Harapannya, pengikut dari influencer tersebut bisa mengikuti langkah investasi yang tepat.

"Jadi kita merangkul. Kita sudah lakukan koordinasi dengan mereka. Kita berikan edukasi supaya mereka tahu do and don’t yang harus mereka lakukan," kata Marco.

Selain kurang memahami cara kerja pasar modal, Marco mengatakan, investor yang terjebak rekomendasi influencer umumnya takut dinilai ketinggalan zaman, atau fear of missing out (FOMO).

Sehingga cenderung selalu mengikuti apa yang sedang populer di pasar modal. Penyebabnya, banjir informasi yang mendorong orang untuk semakin tidak sabar untuk terjun.

"Mereka menjadi investor karena lebih takut dibilang ketinggalan zaman. Bahasa kerennya FOMO. Karena mereka adalah korban media sosial yang which is mereka bisa saja bukan yang memiliki latar belakang ekonomi,” beber Marco.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Penutupan IHSG pada 23 Februari 2022

Perdagangan Awal Pekan IHSG Ditutup di Zona Merah
Pekerja tengah melintas di layar pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (18/11/2019). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup pada zona merah pada perdagangan saham awal pekan ini IHSG ditutup melemah 5,72 poin atau 0,09 persen ke posisi 6.122,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali menyentuh rekor tertinggi sepanjang masa pada perdagangan saham Rabu, 23 Februari 2022.

Pada penutupan perdagangan, IHSG melonjak 0,85 persen ke posisi 6.920,05. Indeks LQ45 menguat 1,17 persen ke posisi 985,08. Seluruh indeks acuan kompak menghijau. Pada Rabu pekan ini, IHSG sentuh posisi tertinggi 6.920,05 dan terendah 6.873,81. Sebanyak 251 saham menguat sehingga angkat IHSG. 275 saham melemah dan 161 saham diam di tempat.

Total frekuensi perdagangan 1.574.330 kali dengan volume perdagangan 23 miliar saham. Nilai transaksi harian Rp 13,3 triliun. Investor asing beli saham Rp 919,36 miliar. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 14.323. Sebagian besar sektor saham menguat.

Penguatan indeks sektor saham dipimpin oleh indeks sektor saham IDXinfrastruktur 2,05 persen. Diikuti indeks sektor saham IDXtechno melonjak 1,82 persen dan indeks sektor saham IDXenergy mendaki 1,19 persen.

Sementara itu, indeks sektor saham IDXtransportasi melemah 0,42 persen. Diikuti indeks sektor saham IDXsiklikal susut 0,29 persen dan indeks sektor saham IDXbasic merosot 0,04 persen.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya