Rusia Serbu Ukraina, Pasar Keuangan Indonesia Bakal Bertahan

Indonesia dinilai mampu bertahan hadapi ketegangan geopolitik antara Rusia dan Ukraina.

oleh Agustina Melani diperbarui 25 Feb 2022, 08:38 WIB
Diterbitkan 25 Feb 2022, 08:38 WIB
Awal 2019 IHSG
Pengunjung melintas dekat layar monitor pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (2/1). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada pembukaan perdagangan saham 2019 menguat 10,4 poin atau 0,16% ke 6.204. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia dinilai mampu bertahan di tengah goncangan dari memanasnya konflik Rusia dan Ukraina. Ketegangan Rusia dan Ukraina ini akan mendongkrak harga komodias yang dapat menguntungkan Indonesia.

PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) menyampaikan pandangan mengenai dampak ketegangan antara Ukraina dan Rusia terhadap pasar keuangan global dan Indonesia. Hal ini setelah Kamis, 24 Februari 2022, Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan operasi militer di Ukraina Timur.

Tiga hari sebelumnya, Putin mengakui dua wilayah separatis, Donetsk dan Luhansk sebagai negara merdeka. Tindakan itu telah direspons dengan sanksi baru dari negara-negara barat terhadap bank dan elit Rusia.

Chief Economist dan Investment Strategist Manulife Aset Manajemen Indonesia, Katarina Setiawan menuturkan, pasar langsung menunjukkan reaksi negatif. Indeks pasar keuangan di berbagai negara menunjukkan penurunan. Harga minyak dan emas mengalami kenaikan.

Hal ini terjadi karena Rusia merupakan salah satu pengekspor energi, produk eprtanian dan logam terbesar di dunia. Peningkatan ketegangan diprediksi memicu kenaikan harga energi dan berbagai komoditas serta nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) yang akan berdampak pada peningkatan inflasi.

“Efek domino dari peningkatan inflasi di tengah tingginya angka inflasi global akhir-akhir ini yaitu memicu terjadinya kenaikan imbal hasil US Treasury yang akan berdampak terhadap pasar keuangan dunia,” kata dia dalam catatannya, Jumat (25/2/2022).

Ia menambahkan,  berdasarkan pengalaman sebelumnya, dampak perang terhadap perekonomian akan berbeda-beda. 

Beberapa faktor yang mempengaruhi besar kecilnya dampak perang terhadap pasar, yaitu negara yang terlibat dalam peperangan, skala dan periode perang, serta kondisi perekonomian negara-negara yang terlibat dan kawasan konflik.

Sebagai contoh, perang dunia kedua (PD II) memiliki dampak yang jauh lebih besar dibandingkan perang di Siria pada 2017.  Sebab, PD II melibatkan banyak negara dan berlangsung dalam periode yang panjang.  

"Dibandingkan perang dunia kedua, ketegangan antara Rusia dengan Ukraina lebih terbatas dari segi wilayah, sehingga dampaknya diprediksi akan relatif terbatas.  Biasanya, dampak terhadap pasar finansial akan lebih singkat dibandingkan dampak terhadap perekonomian," kata dia.

Katarina menuturkan, ketika Korea Utara melakukan invasi ke Korea Selatan selama tiga tahun, sejak 25 Juni 1950 hingga 27 Juli 1953, dalam 23 hari pasar keuangan global turun sampai ke titik terendah, tetapi kemudian kembali pulih dalam 82 hari.

 

Dampak terhadap Asia dan Indonesia

FOTO: IMF Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Suasana gedung perkantoran di Jakarta, Sabtu (17/10/2020). International Monetary Fund (IMF) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2020 menjadi minus 1,5 persen pada Oktober, lebih rendah dari proyeksi sebelumnya pada Juni sebesar minus 0,3 persen. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Mengenai dampak ketegangan Rusia dan Ukraina terhadap Asia dan Indonesia, Katarina menuturkan, kawasan Asia memiliki tingkat inflasi yang jauh lebih rendah dibandingkan Amerika Serikat. 

Sehingga, inflasi masih akan tetap berada dalam kisaran yang terkendali di tengah dampak kenaikan harga energi dan berbagai komoditas. 

"Perekonomian dan pasar finansial Indonesia akan relatif lebih terinsulasi dari dampak konflik Rusia dan Ukraina.  Inflasi Indonesia yang masih relatif rendah, pada kisaran 2,18 persen, diperkirakan akan tetap terjaga di bawah 4 persen - yang merupakan rentang atas acuan Bank Indonesia," tutur dia.

Selain itu, sebagai negara produsen dan eksportir energi, komoditas, dan logam terkemuka di dunia, Indonesia juga diuntungkan dari kenaikan harga produk-produk tersebut.    

"Fundamental perekonomian Indonesia yang kuat, antara lain ditunjukkan dengan surplus neraca transaksi berjalan, peningkatan cadangan devisa, nilai tukar rupiah yang stabil, dan perbaikan pertumbuhan ekonomi, membuat Indonesia lebih resilien menghadapi goncangan jangka pendek dari ketegangan geopolitik ini," kata Katarina.

 

Portofolio Diversfikasi

FOTO: PPKM Diperpanjang, IHSG Melemah Pada Sesi Pertama
Karyawan berjalan di depan layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (22/1/2021). Indeks acuan bursa nasional tersebut turun 96 poin atau 1,5 persen ke 6.317,864. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Kembali melihat sejarah, bank sentral biasanya menahan diri dari menaikkan suku bunga secara berlebihan selama periode perang, dan lebih memilih untuk mengendalikan inflasi dengan gabungan cara-cara lain. The Fed akan tetap data-dependent dalam mengambil keputusan.

Di tengah kondisi pasar yang fluktuatif, investor disarankan untuk melakukan diversifikasi portofolio pada produk-produk reksa dana yang dikelola secara aktif. 

"Situasi masih sangat cair dan risiko geopolitik dapat mendominasi sentimen pasar dalam jangka pendek," ujar dia.

Katarina menuturkan,  portofolio yang terdiversifikasi dan dikelola secara aktif dapat menjadi pilihan untuk melindungi investasi dari inflasi serta volatilitas yang tinggi yang dipicu ketegangan geopolitik dalam jangka pendek.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya