Departemen Keuangan AS Masih Bolehkan Perdagangan Migas dengan Rusia

Departemen Keuangan menggarisbawahi bahwa sanksi AS terhadap bank terbesar Rusia, termasuk VTB Bank, tidak berlaku untuk transaksi energi hingga 24 Juni 2022.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 05 Mar 2022, 19:09 WIB
Diterbitkan 05 Mar 2022, 18:00 WIB
Ilustrasi Harga Minyak Naik
Ilustrasi Harga Minyak Naik (Liputan6.com/Sangaji)

Liputan6.com, Jakarta Departemen Keuangan AS mengklarifikasi bahwa para pedagang dan bank Wall Street dapat terus membeli dan menjual minyak serta gas Rusia. Kendati ada sejumlah sanksi terhadap Rusia dan pemberi pinjaman terbesarnya.

Pernyataan itu muncul saat para pedagang dan bank khawatir akan melanggar undang-undang perdagangan AS saat para pemimpin dunia bersatu menentang tindakan Presiden Rusia, Vladimir Putin ke Ukraina.

Tetapi Departemen Keuangan menggarisbawahi bahwa sanksi AS terhadap bank terbesar Rusia, termasuk VTB Bank, tidak berlaku untuk transaksi energi hingga 24 Juni 2022.

Melansir CNBC, Sabtu (5/3/2022), Departemen juga meyakinkan investor bahwa perusahaan yang mengangkut komoditas energi Rusia untuk dijual ke AS juga termasuk pengecualian.

"Secara umum, kegiatan terkait energi, termasuk pembelian, penjualan, atau pengangkutan minyak, gas, atau produk terkait energi asal Rusia oleh orang AS atau non-AS, tetap diizinkan. Sektor energi ekonomi Federasi Rusia sendiri tidak dikenakan sanksi komprehensif,” kata Departemen Keuangan di situs webnya.

Pembaruan dari Departemen Keuangan yang memberlakukan sebagian besar sanksi dan tarif AS, muncul di tengah spekulasi luas bahwa AS dapat segera memilih untuk melarang impor energi Rusia, selain hukuman yang sudah diumumkan terhadap Kremlin.

Minyak kembali melonjak 7 persen pada Jumat karena tindakan Rusia ke Ukraina terus mengguncang pasar di New York dan Chicago.

Minyak mentah berjangka telah melonjak lebih dari 20 persen sejak Amerika Serikat dan sekutunya memberikan sanksi kepada Moskow akhir Februari antara gangguan penjualan dari Rusia dan ketidakpastian tentang berapa lama konflik berlangsung.

Harga minyak Brent berjangka naik USD 7,65, atau 6,9 persen, menjadi menetap di USD 118,11 per barel.

Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate AS naik USD 8,01, atau 7,4 persen, menjadi USD 115,68. Itu adalah penutupan tertinggi untuk Brent sejak Februari 2013 dan untuk WTI sejak September 2008.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Kurangi Konsumsi

Ilustrasi Harga Minyak Naik
Ilustrasi Harga Minyak Naik (Liputan6.com/Sangaji)

Lonjakan terbaru minyak juga menyusul komentar dari Gedung Putih yang memicu spekulasi bahwa larangan langsung terhadap impor energi Rusia dari AS akan segera terjadi.

Pejabat administrasi mengatakan ekonomi AS kemungkinan dapat menahan dampak larangan langsung terhadap impor minyak mentah Rusia jika bekerja dengan mitra internasionalnya.

"Kami berada dalam posisi yang sangat baik, dan apa yang kami ketahui dari ekonomi AS adalah kami tidak mengimpor banyak minyak Rusia," kata Cecilia Rouse, Ketua Dewan Penasihat Ekonomi Gedung Putih.

Untuk saat ini, Cecilia mengatakan pihaknya sedang mencari opsi yang dapat diambil untuk mengurangi konsumsi energi Rusia di AS. “Tapi yang paling penting adalah kita mempertahankan pasokan energi global yang stabil,” tandasnya.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya