Aksi Beli Sentuh Rp 2 Triliun, Investor Asing Buru Saham Emiten Bank

Sepanjang tahun berjalan 2022, aksi beli investor asing mencapai Rp 23,74 triliun.

oleh Agustina Melani diperbarui 17 Mar 2022, 04:31 WIB
Diterbitkan 17 Mar 2022, 04:31 WIB
FOTO: PPKM, IHSG Ditutup Menguat
Pialang memeriksa kacamata saat tengah mengecek Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Jakarta, Kamis (9/9/2021). IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore ditutup menguat 42,2 poin atau 0,7 persen ke posisi 6.068,22 dipicu aksi beli oleh investor asing. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Aksi beli investor asing tembus Rp 2,03 triliun pada perdagangan Rabu, 16 Maret 2022. Pada perdagangan Rabu pekan ini, investor asing cenderung memilih saham emiten bank.

Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (17/3/2022), investor asing beli saham mencapai Rp 2,03 triliun pada perdagangan Rabu, 16 Maret 2022. Dengan demikian, sepanjang tahun berjalan 2022, aksi beli investor asing mencapai Rp 23,74 triliun.

Selain itu, IHSG meroket 1,07 persen ke posisi 6.992,39. Posisi itu termasuk penutupan tertinggi sepanjang masa.

Indeks LQ45 menguat 1,23 persen ke posisi 1.013,60. Seluruh indeks acuan kompak menghijau. IHSG berada di level tertinggi 6.992,39 dan terendah 6.946,84. Sebanyak 315 saham menguat sehingga mengangkat IHSG. 215 saham melemah dan 152 saham diam di tempat.

Pada Rabu pekan ini, investor asing membeli saham emiten bank kapitalisasi besar. Investor asing membeli saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) senilai Rp 655,4 miliar. Diikuti aksi beli investor asing di saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) senilai Rp 372,5 miliar, saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) senilai Rp 208,3 miliar.

Selain itu, investor asing juga membeli saham PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) senilai Rp 141,8 miliar, dan PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) senilai Rp 111,3 miliar.

Selanjutnya aksi beli investor asing terjadi saham PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) senilai Rp 95,3 miliar,  PT Astra International Tbk (ASII) senilai Rp 55 miliar. Kemudian investor asing beli saham PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) senilai Rp 38 miliar.  Lalu PT XL Axiata Tbk (EXCL) senilai Rp 31 miliar, dan PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) senilai Rp 26,3 miliar.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

IHSG Sentuh Rekor Tertinggi Baru

Terjebak di Zona Merah, IHSG Ditutup Naik 3,34 Poin
Pekerja melintasi layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Rabu (16/5). Meski terjebak di zona merah, IHSG berhasil mengakhiri perdagangan di level 5.841. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali tembus rekor tertinggi baru pada penutupan perdagangan, Rabu, 16 Maret 2022.

Mengutip data RTI, IHSG melambung 1,07 persen ke posisi 6.992,39. Posisi tersebut termasuk penutupan tertinggi sepanjang masa. Indeks LQ45 menguat 1,23 persen ke posisi 1.013,60. Seluruh indeks acuan kompak menghijau. Pada Rabu pekan ini, IHSG berada di level tertinggi 6.992,39 dan terendah 6.946,84. Sebanyak 315 saham menguat sehingga mengangkat IHSG. 215 saham melemah dan 152 saham diam di tempat.

Total frekuensi perdagangan 1.327.788 kali dengan volume perdagangan 22 miliar saham. Nilai transaksi harian Rp 15,3 triliun. Investor asing beli saham Rp 2,3 triliun di seluruh pasar. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran Rp 14.282.

Secara sektoral, sebagian besar sektor saham menghijau. Indeks sektor saham IDXenergy naik 2,1 persen dan bukukan penguatan terbesar. Diikuti indeks sektor saham IDXbasic menanjak 1,11 persen dan indeks sektor saham nonsiklikal melambung 1,72 persen.

Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan,  IHSG menguat ke posisi 6.992 pada perdagangan Rabu, 16 Maret 2022. Hal ini sejalan dengan pergerakan bursa saham Amerika Serikat (AS) dan Asia yang kompak menguat.

“Hal ini dipengaruhi oleh turunnya harga minyak dunia yang tentu saja akan mengurangi tekanan inflasi di Amerika Serikat. Kemudian dari sisi lain memang investor masih menanti rilis suku bunga the Fed yang diperkirakan paling tidak minimal naik 25 basis poin,” kata dia saat dihubungi Liputan6.com.

Selain itu, ia menuturkan, aliran asing juga masih besar. “Kami perkirakan hal ini dipengaruhi oleh fundamental ekonomi Indonesia yang cukup solid, dapat dicermati rilis data ekonomi seperti neraca perdagangan surplus dan ekspor Indonesia dari sisi tambang juga cukup besar proporsinya,” kata dia,

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya