Wall Street Melemah Setelah Komentar Ketua The Fed Jerome Powell Terkait Inflasi

Pada penutupan perdagangan wall street, Senin, 21 Maret 2022 tiga indeks acuan melemah.

oleh Agustina Melani diperbarui 22 Mar 2022, 06:55 WIB
Diterbitkan 22 Mar 2022, 06:55 WIB
(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)
(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street bergejolak pada perdagangan Senin, 21 Maret 2022. Rata-rata indeks acuan mencapai posisi terendah pada awal pekan setelah ketua the Federal Reserve (the Fed) Jerome Powell membunyikan alarm tentang lonjakan inflasi dan berjanji akan mengambil tindakan keras.

Pada penutupan perdagangan wall street, tiga indeks acuan melemah. Indeks Dow Jones merosot 201,94 poin atau 0,6 persen ke posisi 34.552,99. Indeks S&P 500 sedikit turun berada di posisi 4.461,18. Indeks Nasdaq tergelincir 0,4 persen menjadi 13.838,46.

Powell menuturkan, inflasi terlalu tinggi dan berjanji mengambil langkah-langkah yang diperlukan mengendalikan harga. Dia mencatat kenaikan suku bunga bisa berubah dari 25 basis poin menjadi 50 basis poin yang lebih agresif jika perlu.

Komentar Powell di National Association for Business Economics datang kurang dari seminggu setelah the Fed menaikkan suku bunga untuk pertama kali sejak 2018.

Pekan lalu, rata-rata tiga indeks acuan mencatat pekan terbaik sejak November 2020, sebagian besar didorong oleh growth stocks.

"Reli dalam saham selama seminggu terkahir adalah salah satu paling tajam dalam catatan. Meski bisa naik sedikit lebih tinggi. Kami tetap yakin pasar masih tertekan dan kami akan menggunakan kekuatan ini untuk posisi lebih defensif,” ujar Michael Wilson dari Morgan Stanley dilansir dari CNBC, Selasa (22/3/2022).

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Saham Boeing Melemah

Pesawat China Eastern Airlines
Pesawat China Eastern Airlines. (AFP)

Saham Boeing turun 3,6 persen setelah pesawat penumpang Boeing 737 China Eastern Airlines jatuh. Penurunan saham Boeing membebani Dow Jones.

Sementara itu, kenaikan suku bunga tampaknya memukul saham teknologi. Hal ini seiring imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun naik lebih dari 0,15 poin menjadi 2,3 persen. Saham Meta Facebook melemah 2,3 persen dan Microsoft sedikit melemah.

Pada sisi positif, saham energi menguat pada awal pekan ini seiring kenaikan harga minyak. Saham Occidental Petroleum dan Marathon Oil masing-masing naik lebih dari 8 persen.

Harga minyak Brent naik lebih dari 7 persen hingga melampaui ke posisi USD 115 per barel. Hal ini seiring negara-negara Uni Eropa mempertimbangkan bergabung dengan Amerika Serikat (AS) dalam embargo minyak Rusia.

Investor Pantau Kondisi Geopolitik Rusia-Ukraina

Pasar Saham AS atau Wall Street.Unsplash/Aditya Vyas
Pasar Saham AS atau Wall Street.Unsplash/Aditya Vyas

Pelaku pasar juga memantau perang antara Rusia dan Ukraina. Presiden Ukraina Volodymr Zelenskyy memperingatkan jika pembicaraan damai dengan pemimpin Rusia Vladimir Putin gagal itu berarti dimulainya “perang dunia ketiga”.

Pejabat Ukraina dan Rusia beberapa kali bertemu untuk pembicaraan damai yang gagal mencapai konsesi utama. Ukraina juga telah menolak ultimatum untuk menyerahkan kota Mariupol kepada Rusia.

Investor juga evaluasi kenaikan kasus COVID-19 di Eropa yang berasal dari varian yang muncul. “Kami masih tidak percaya dasar yang berkelanjutan ada, mengingat pandangan kami situasi geopolitik tetap sangat cair, inflasi akan terus memanas, dan prospek pertumbuha melemah,” ujar Chris Senyek dari Wolfe Research dalam sebuah catatan.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya