Wall Street Bervariasi di Tengah Kebijakan The Fed Bakal Agresif

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones naik 153,3 poin atau 0,4 persen menjadi 34.861,24.

oleh Agustina Melani diperbarui 26 Mar 2022, 06:36 WIB
Diterbitkan 26 Mar 2022, 06:36 WIB
Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Spesialis Michael Mara (kiri) dan Stephen Naughton berunding saat bekerja di New York Stock Exchange, AS, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020) sore waktu setempat setelah WHO menyebut virus corona COVID-19 sebagai pandemi. (AP Photo/Richard Drew)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street bervariasi pada perdagangan Jumat, 25 Maret 2022. Indeks S&P 500 naik pada perdagangan Jumat pekan ini sehingga mendorong penguatan selama sepekan di tengah investor mempertimbangkan kenaikan suku bunga dan perang di Ukraina.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones naik 153,3 poin atau 0,4 persen menjadi 34.861,24. Indeks S&P 500 menguat 0,5 persen menjadi 4.543,06. Indeks Nasdaq tergelincir sekitar 0,2 persen menjadi 14.169,30.

Rata-rata tiga indeks acuan mencatat kenaikan mingguan berturut-turut. Indeks Dow Jones naik 0,3 persen, indeks S&P 500 menguat 1,8 persen dan indeks Nasdaq reli hampir dua persen pada pekan ini.

Indeks S&P 500 menguat sekitar 3,9 persen pada Maret sehingga menghapus penurunan sejak Rusia invasi Ukraina akhir bulan lalu. Di sisi lain, kenaikan wall street juga telah terjadi bahkan ketika perang di Ukraina berlanjut dan suku bunga melonjak. Adapun bank sentral AS akan menaikkan suku bunga beberapa kali lagi pada 2022.

“Saham menguat meski the Fed hawkish dan kekhawatiran stagflasi, karena banyak yang percaya tidak ada alternatif selain saham,” ujar Chief Investment Officer UBS Global Wealth Management, Mark Haefele, dilansir dari CNBC, Sabtu (26/3/2022).

Suku bunga acuan bertenor 10 tahun pada Jumat, 25 Maret 2022 menyentuh posisi tertinggi baru 2,5 persen. Hal ini seiring investor menilai sikluas kenaikan suku bunga yang lebih agresif.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Gerak Saham di Wall Street

Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)

Saham keuangan menguat pada Jumat pekan ini seiring imbal hasil bertenor 10 tahun melonjak. Saham Bank of America dan Wells Fargo masing-masing naik 1,5 persen dan 2,4 persen.

Pada sisi negatifnya, saham teknologi melemah sehingga membebani indeks Nasdaq. Saham Zoom turun 3,2 persen dan DocuSign tergelincir 3,9 persen dan mencatat penurunan terburuk di indeks Nasdaq.

Pada awal pekan ini, ketua bank sentral AS atau the Federal Reserve Jerome Powell berjanji untuk mengambil langkah tegas terhadap inflasi. Pernyataan itu muncul setelah the Fed menaikkan suku bunga untuk pertama kalinya sejak 2018. The Fed akan kembali menaikkan suku bunga dari enam pertemuan yang tersisa pada 2022.

Selain itu, Powell mencatat kenaikan suku bunga dapat berubah dari 25 basis poin menjadi 50 basis poin (bps) jika perlu.

Komentar Powell tersebut mendorong wall street menaikkan harapan kenaikan suku bunga. Goldman Sachs hingga Bank of America memprediksi kenaikan suku bunga 50 basis poin dalam pertemuan the Fed ke depan.

Data Ekonomi AS

(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)
(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)

Sementara itu, investor melihat tanda-tanda yang menjanjikan ekonomi dapat berjalan kuat bahkan ketika suku bunga telah naik di tengah harapan the Fed yang lebih agresif.

Di sisi lain, klaim pengangguran pertama kali mencapai level terendah sejak 1969. Pada Kamis pekan ini. Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan tanda terbaru dari pasar tenaga kerja AS yang tangguh.Ekonom prediksi laporan pekerjaan Maret 2022 pada pekan depan menunjukkan kekuatan yang sama.

"Imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun meningkat pada saat yang sama kepercayaan pada pertumbuhan tidak runtuh. Ini menembus pasar dan mengangkat saham sedikit karena itu adalah perhatian langsung dari dampak perang di Ukraina,” ujar Chief Investment Strategist BMO Wealth Management, Yung-Yu Ma.

Traders pun mengawasi Eropa saat perang Ukraina-Rusia berlanjut. Pada Jumat pekan ini, Uni Eropa mencapai kesepakatan gas dengan AS dalam upaya untuk mengurangi ketergantungannuya pada energi Rusia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya