Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) telah mengantongi sejumlah emiten yang siap IPO dalam waktu dekat. Dalam pipeline IPO teranyar BEI, terdapat dua perusahaan sektor teknologi yang berencana mencatatkan sahamnya di bursa.
Pada saat bersamaan, berembus kabar salah satu e-commerce milik Grup Djarum, Blibli disebut segera melantai di bursa. Sayangnya, perusahaan enggan mengomentari kabar tersebut.
Baca Juga
"Mohon maaf sekali kami tidak bisa berkomentar mengenai rumor atau spekulasi mengenai hal tersebut,” ungkap VP of Public Relations Blibli, Yolanda Nainggolan saat dikonfirmasi Liputan6.com, Selasa (7/6/2022).
Advertisement
Sementara, Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menilai tahun ini bukan waktu yang menguntungkan bagi perusahaan teknologi utamanya e-commerce untuk debut. Dia menuturkan, pasar sektor teknologi atau startup masih diterpa sejumlah sentimen negatif.
"Kalau mau IPO di 2022 atau 2023 awal itu sepertinya kondisinya belum berpihak pada pendanaan startup di IPO. Sekarang sedang terjadi winter atau musim dingin di sektor startup, sehingga banyak investor yang relatif skeptis," kata Bhima.
Selain itu, investor mencermati persaingan yang terlalu ketat pada sektor tersebut yang bermuara pada ‘the winner takes all’. Artinya, hanya pemain teratas yang dinilai menarik bagi investor. Sehingga yang tidak termasuk dalam pemain teratas, dinilai memiliki prospek yang kurang menjanjikan.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Sentimen Lainnya
Investor juga kemungkinan mempertimbangkan nasib perusahaan e commerce sebelumnya yang mencatatkan penurunan kinerja saham usai IPO.
"Momentum sekarang kurang pas karena juga terjadi kenaikan suku bunga di berbagai negara. Jadi persepsi investor lebih berhati-hati terhadap saham teknologi,” imbuh Bhima.
Di sisi lain, transisi dari pandemi covid-19 menuju endemi dinilai juga akan mengubah pola konsumsi masyarakat. Mobilitas yang kian longgar juga berpotensi mengembalikan konsumen pada pola belanja secara offline. Artinya, jumlah pengguna ecommerce kemungkinan juga akan mengalami perubahan.
"Kemarin pas pandemi adalah kesempatan untuk IPO. Tapi ketika pandemi reda, masyarakat kembali melakukan transaksi fisik, membuat user di beberapa e-commerce yang tidak termasuk tiga besar papan atas melakukan pengurangan pembelian barang. Jadi usernya menurun cukup signifikan,” ujar Bhima.
Adapun tiga besar e-commerce yang dicatat Bhima antara lain GoTo, Shopee, dan Lazada. Dari sisi operasional, Bhima menilai sektor e-commerce tengah berdarah-darah seiring tren bakar uang melalui berbagai promo dan diskon. Sementara investor perlu memastikan kapan perusahaan bisa mencatatkan laba.
Advertisement
Tantangan
"Kalau terus bakar uang investor juga akan meragukan kemampuan startup ecommerce untuk mengembalikan dana atau pengembalian dana investasi dalam jangka waktu singkat. Sekarang investor lebih tertarik bukan lihat valuasi, tapi kemampuan untuk meningkatkan laba,"
"Jadi ada konteks yang kurang pas momentumnya. Tangannya besar. Nanti tergantng berapa harga yang akan ditawarkan saat IPO," kata dia.
Senada, Kepala Center of Innovation and Digital Economy Indef, Nailul Huda menilai Blibli memiliki tantangan yang besar untuk IPO di saat sekarang. Selain terdapat tren kenaikan suku bunga, ekosistem Blibli juga terbilang masih kecil.
"Harus bisa baca situasi pasar. Karena menurut saya ekosistemnya terlalu kecil. Dia di sini harus melihat harga IPO yang wajarnya berapa, kemudian pasarnya masih bergairah ke bisnis teknologi apa enggak,” kata dia.
43 Perusahaan Jalani Proses IPO
Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) mengantongi 43 perusahaan dalam proses pencatatan saham di BEI hingga 6 Juni 2022. Total dana yang akan dihimpun dari 43 perusahaan itu Rp 14,1 triliun.
“Sampai dengan 6 Juni 2022, terdapat 43 perusahaan yang berada dalam pipeline pencatatan saham BEI dengan total dana yang direncanakan sebesar Rp 14,1 triliun,” ujar Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna, kepada wartawan, Senin (6/6/2022).
Adapun rincian sektor perusahaan yang proses penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) antara lain:
-Tiga perusahaan dari sektor basic materials
-Tiga perusahaan dari sektor industrials
-Empat perusahaan dari sektor transportasi dan logistik
-Sembilan perusahaan dari sektor konsumer non siklikal
-Delapan perusahaan dari sektor konsumer siklikal
-Dua perusahaan dari sektor teknologi
-Dua perusahaan dari sektor healthcare
-Tiga perusahaan dari sektor energi
-Empat perusahaan dari sektor properti dan real estate
-Lima dari sektor infrastruktur
Sederet Aksi Korporasi Emiten Pelat Merah pada 2022
Advertisement