Wall Street Perkasa di Tengah Kekhawatiran Potensi Resesi

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones melonjak 641,47 poin atau 2,15 persen menjadi 30.530,25.

oleh Agustina Melani diperbarui 23 Jun 2022, 09:04 WIB
Diterbitkan 22 Jun 2022, 06:46 WIB
(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)
(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada perdagangan Selasa, 21 Juni 2022. Hal ini seiring investor menilai bank sentral AS atau the Federal Reserve lebih agresif dan meningkatnya peluang resesi.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones melonjak 641,47 poin atau 2,15 persen menjadi 30.530,25. Indeks S&P 500 menguat 2,45 persen menjadi 3.764,79. Indeks Nasdaq bertambah 2,51 persen menjadi 11.069,30. Adapun wall street libur pada Senin, 20 Juni 2022 untuk merayakan Juneteenth.

Pergerakan wall street ikuti koreksi pekan lalu dengan indeks S&P 500 mencatat mingguan terburuk sejak 2020. Banyak investor khawatir kenaikan di tengah meningkatnya kekhawatiran resesi mungkin berumur pendek, meski yang lain memperkirakan saham mungkin jenuh jual setelah harga lebih akurat terkait tekanan inflasi.

“Pertanyaan yang luar biasa adalah apakah ini hanya sebuah bouncing atau bottom,” ujar Chief Investment Strategist CFRA Research Sam Stovall dikutip dari CNBC, Rabu (22/6/2022).

Stoval prediksi indeks S&P 500 dapat kembali melemah ke posisi 3.200 sebelum pulih, atau penurunan lebih dari 30 persen dari rekor tertingginya.

Pantulan besar semacam ini sudah biasa selama pasar bearish. Indeks S&P 500 telah melonjak lebih dari 2 persen pada 10 kesempatan lain sejak penurunan ini dimulai pada awal Januari sehingga membuat saham lebih rendah.

Sejumlah investor kenaikan ini menjadi salah satu yang menandai pergantian terutama tanpa berita dan katalis yang jelas mendorongnya.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Gerak Saham di Wall Street

(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)
(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)

Sektor saham energi merupakan sektor dengan kinerja terbaik di indeks S&P 500. Sektor saham energi menguat 5,1 persen seiring kenaikan harga minyak.

Harga minyak mentah berjangka Brent menguat 0,46 persen ke posisi USD 114,65 per barel. Harga minyak West Texas Intermediate (WTI), patokan minyak AS naik hampir 1 persen menjadi USD 110,65 per barel.

Saham Diamondback Energy melambung 8,2 persen dan Exxon Mobil naik 6,2 persen. Saham Schlumberger dan Philips66 naik sekitar 6 persen. Saham Halliburton bertambah 5,9 persen.

Saham teknologi kapitalisasi besar juga memimpin kenaikan. Saham Alphabet induk Google melonjak 4,1 persen. Saham Apple naik sekitar 3,3 persen dan Amazon menguat 2,3 persen.

Saham chip membukukan keuntungan dengan saham Nvidia naik 4,3 persen. Saham KLA melonjak 4,9 persen dan Advanced Micro Devices menguat 2,7 persen.

Di tempat lain, harga saham Kellog bertambah hampir dua persen setelah perusahaan mengatakan akan membagikan tiga perusahaan terpisah.

Imbal Hasil Obligasi AS

Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)

Sementara itu, imbal hasil obligasi treasury AS bertenor 10 tahun menguat. Rata-rata saham utama alami penurunan ke-10 dalam 11 minggu terakhir di tengah kekhawatiran bank sentral akan menaikkan suku bunga secara agresif untuk menjinakkan inflasi dengan risiko menyebabkan penurunan ekonomi.

Indeks S&P 500 susut 5,8 persen pekan lalu untuk kerugian mingguan terbesar sejak Maret 2020. Pekan lalu, indeks Dow Jones merosot di bawah 30.000 untuk pertama kalinya sejak Januari 2022, susut 4,8 persen untuk periode tersebut. Indeks Nasdaq merosot 4,8 persen.

Penurunan tajam dalam saham menandakan pelemahan lebih lanjut di tengah kepercayaan investor terhadap prospek ekonomi dan kemampuan the Federal Reserve untuk menavigasi soft landing. Investor terus mengukur kesehatan ekonomi.

"Meningkatnya ketakutan akan perlambatan pertumbuhan global muncul dan dalam pandangan kami akan mulai menggantikan inflasi sebagai fokus utama bagi investor karena kami melihat apakah kekhawatiran ini dibenarkan atau tidak,” tulis David Sneddon dari Credit Suisse dalam sebuah laporan Selasa pekan ini.

Ia menambahkan, dari perspektif teknikal, pihaknya mulai melihat gambaran yang memburuk untuk komoditas dan terutama logam industri sejalan dengan kekhawatiran ini.

Ketua the Federal Reserve Jerome Powell akan bersaksi di depan Kongres pada Rabu dan Kamis pekan ini. Kehadirannya muncul setelah kenaikan suku bunga baru-baru ini sebesar 0,75 persen, peningkatan suku bunga terbesar sejak 1994.

 

Penutupan Wall Street Jumat 17 Juni 2022

Pasar Saham AS atau Wall Street.Unsplash/Aditya Vyas
Pasar Saham AS atau Wall Street.Unsplash/Aditya Vyas

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street bervariasi pada perdagangan Jumat, 17 Juni 2022. Selama sepekan, rata-rata indeks acuan melemah dengan indeks S&P 500 mencatat pekan terburuk sejak 2020.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones tergelincir 38,29 poin atau 0,13 persen menjadi 29.888,78. Indeks S&P 500 menguat 0,22 persen ke posisi 3.674,84. Indeks Nasdaq melonjak 1,43 persen ke posisi 10.798,35.

Saham bergejolak selama perdagangan Jumat pekan ini. Hal ini seiring investor semakin khawatir terhadap potensi perlambatan ekonomi. Beberapa bagian penting dari data ekonomi antara lain penjualan ritel Mei 2022 hingga perumahan baru. Selain itu, the Federal Reserve (the Fed) juga menaikkan suku bunga acuan paling agresif sejak 1994.

Pada pekan ini, indeks S&P 500 melemah 5,8 persen dengan 11 sektor saham berakhir 15 persen di bawah level tertinggi baru-baru ini. Selain itu, indeks Dow Jones ditutup di bawah angka 30.000 setelah turun di bawah level itu pada Kamis pekan ini untuk pertama kalinya sejak Januari 2021. Indeks Dow Jones merosot 4,8 persen. Indeks Nasdaq tergelincir 4,8 persen.

"Jelas bahwa masih ada beberapa volatilitas dan itu adalah situasi yang akan bersama kami untuk sementara waktu mengingat meningkatnya ketidakpastian,” ujar Analis Oxford Economics, John Canavan seperti dilansir dari CNBC, Sabtu (18/6/2022).

Ia menambahkan, pergerakan pasar yang ekstrem pada pekan ini seperti mencari menemukan tempat untuk menetap.

Pada Jumat pekan ini, pasar mengalami “quadruple witching”. Hal ini mengacu pada berakhirnya masa berlaku indeks saham berjangka, saham tunggal, opsi saham dan indeks opsi saham secara bersamaa. Ini biasanya mengarah pada lonjakan volume perdagangan membuat perdagangan volatilitas perdagangan.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya