Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) evaluasi terhadap indeks IDX ESG Leaders dengan saham PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel masuk dalam daftar anggota baru indeks IDX ESG Leaders yang akan mulai berlaku pada 21 September 2022.
Indeks IDX ESG Leaders adalah indeks yang mengukur kinerja harga dari saham-saham yang memiliki penilaian Environmental, Social, dan Governance (ESG) yang baik dan tidak terlibat pada kontroversi secara signifikan, memiliki likuiditas transaksi serta kinerja keuangan yang baik. Penilaian ESG dan analisis kontroversi dilakukan oleh Sustainalytics.
Baca Juga
Masuknya MTEL dalam daftar saham penghuni IDX ESG Leaders semakin mengokohkan visi misi perusahaan dalam pelestarian lingkungan, kepedulian sosial dan tata kelola yang baik (GCG). Direktur Investasi Mitratel Hendra Purnama menuturkan, kiprah perusahaan selama ini telah membuktikan visi dan misinya dalam menerapkan prinsip ESG.
Advertisement
“Di bidang lingkungan, MTEL memiliki lebih dari 615 tower off grid dengan sumber listrik menggunakan panel tenaga surya. Lebih jauh saat ini MTEL juga telah membangun lokasi riset dan pengembangan solar panel sebagai sumber listrik untuk lokasi site on grid di 2 lokasi yaitu di Desa Sisalam, Wanasari, Brebes, Jawa Tengah dan di Bukit Tengah, Bali,” ungkap Hendra di Jakarta, Jumat, 16 September 2022, dikutip dari keterangan tertulis, Senin (19/9/2022).
Hendra mengatakan, Mitratel juga memberikan bantuan dan dukungan selama pandemi Covid-19 diantaranya Program Sarapan dan Sembako gratis dan bantuan ventilator ke rumah sakit.
“Langkah ini kami lakukan sebagai bentuk kepedulian perusahaan untuk selalu berbagi dengan sesama, dan kami bisa tumbuh bersama masyarakat,” kata Hendra Purnama.
Tata Kelola Perusahaan
Dari sisi tata kelola perusahaan, Hendra menyatakan perusahaan telah meraih Sertifikasi ISO 31000 Risk Management, Sertifikasi ISO 45001 Occupational Health and Safety dan SMK3.
“Saat ini kami sedang dalam proses evaluasi untuk meraih sertifikasi ISO 9001:2008 tentang sistem manajemen mutu/kualitas dan ISO 27000 tentang sistem manajemen keamanan informasi,” tutur dia.
Indeks IDX ESG Leaders dibangun berdasarkan penilaian risiko ESG yang mengukur sejauh mana penerapan ESG dilakukan oleh perusahaan tercatat berdasarkan eksposur risiko di masing-masing bidang usaha.
BEI bekerjasama dengan Sustainalytics, lembaga independen terkemuka yang bergerak dalam bidang penelitian ESG dan tata kelola perusahaan, dalam penyediaan data ESG. Data ESG yang disediakan berupa penilaian risiko ESG dan analisis kontroversi yang akan menjadi dasar dalam penetapan konstituen Indeks IDX ESG Leaders.
Advertisement
Alasan Mitratel Mulai Jajakan Skema Bisnis ke Operator Telekomunikasi
Sebelumnya, PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel menawarkan skema bisnis yang atraktif untuk seluruh operator telekomunikasi.
Direktur Utama Mitratel, Theodorus Ardi Hartoko atau akrab disapa Teddy mengatakan skema bisnis tersebut berupa tower leasing, connectivity dan power yang bisa ditawarkan kepada operator telekomunikasi dengan skema bundling dan total solution.
"Dengan begitu operator telekomunikasi hanya perlu menentukan tower yang diinginkan dan kami akan menyiapkan semua sarana penunjangnya. Hal ini diharapkan dapat memudahkan operator untuk meningkatkan layanannya kepada masyarakat di seluruh Indonesia," kata Teddy dalam keterangan resmi, ditulis Kamis (11/8/2022).
Mitratel saat ini memiliki menara Mitratel sampai 31 Juli 2022 menjadi lebih dari 34.800, usai akuisisi 6.000 menara Telkomsel beberapa waktu lalu. Jumlah itu desebut menjadi yang terbesar di Asia Tenggara. Pengalihan kepemilikan menara itu memberikan dampak potensi yang sangat besar kepada operator telekomunikasi untuk memperkuat dan memperluas layanannya.
"Tower-tower tersebut sebelumnya eksklusif hanya untuk Telkomsel dan sekarang dapat dimanfaatkan oleh semua operator dan skema bisnis yang sangat menarik" ujar Teddy.
Target Perseroan
Setelah akuisisi menara, Teddy mengatakan, Mitratel akan meningkatkan tenancy ratio secara agresif dan perluasan layanan termasuk portfolio bisnis pendukung (tower ecosystem) agar dapat menciptakan nilai yang lebih besar bagi pelanggan.
Mitratel berinisiatif untuk mengimplementasikan marketing analytics dalam aktivitas pemasaran dan penjualan, memanfaatkan solusi small cell untuk 5G, serta memperkuat kemitraan dengan pemilik lahan. Pada akhirnya hal ini akan mendorong Mitratel sebagai tower provider pilihan utama pelanggan.
Bukan hanya karena ketersediaan tower di setiap titik kebutuhan pelanggan tetapi juga karena memberikan nilai lebih dalam mendukung bisnis pelanggan dan juga lingkungan sekitar menara.
"Dengan semakin luas jangkauan dari layanan operator yang memanfaatkan tower Mitratel, maka akan memacu pemanfaatannya untuk menggerakkan perekonomian nasional, termasuk pengembangan start up dan sektor usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di seluruh Indonesia," pungkas Teddy.
Advertisement
Revisi Belanja Modal
Sebelumnya, PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel menambah belanja modal (capital expenditure/capex) pada 2022. Perseroan mencanangkan belanja modal hingga Rp 14 triliun, sejalan dengan revisi target kinerja sampai akhir 2022.
"Capex meningkat karena akuisisi tower yang tadinya ditarget 3.000 jadi 6.000. Sehingga capex-nya meningkat dari sekitar Rp 10 triliun jadi Rp 14 triliun," ungkap Direktur Investasi Mitratel, Hendra Purnama dalam temu media di Jakarta, Selasa (2/8/2022).
Sampai dengan Juli 2022, Hendra mengatakan realisasi belanja modal sudah mencapai sekitar Rp 12 triliun. Termasuk untuk mendanai akuisisi 6.000 tower Telkomsel baru-baru ini senilai Rp 10,28 triliun. Sementara sisanya sekitar Rp 2 triliun akan dialokasikan untuk penambahan tower secara organik.
Perseroan juga merevisi target pendapatan sampai akhir tahun dari semula di kisaran 10-11 persen menjadi 12 persen. EBITDA dari yang semula 13 persen juga direvisi menjadi 15 persen. Pada paruh pertama tahun ini, perseroan berhasil membukukan laba sebesar Rp 891,54 miliar. Laba tersebut naik 27,23 persen dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar Rp 700,74 miliar.
Raihan itu sejalan dengan kenaikan pendapatan sebesar 15,48 persen menjadi Rp 3,27 triliun pada semester I 2022 dari Rp 3,27 triliun pada semester I 2021.
Mayoritas kontribusi pendapatan berasal dari pendapatan sewa menara yang mengalami pertumbuhan sebesar 13,5 persen, dari Rp 2,93 triliun menjadi Rp 3,33 triliun. Kontribusi lainnya berasal dari tower-related business yang meningkat 35,4 persen menjadi Rp 399 miliar.