Buka Perdagangan di Wall Street, Menko Luhut Harap Perusahaan Domestik Makin Diperhitungkan

Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi (Marves) Luhut Binsar Pandjaitan menceritakan pengalaman tak terlupakan saat buka perdagangan di wall street.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 22 Sep 2022, 15:41 WIB
Diterbitkan 22 Sep 2022, 15:41 WIB
Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi (Marves) Luhut Binsar Pandjaitan membuka perdagangan di Bursa Efek New York (Foto: tangkapan layar/New York Stock Exchange)
Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi (Marves) Luhut Binsar Pandjaitan membuka perdagangan di Bursa Efek New York (Foto: tangkapan layar/New York Stock Exchange)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi (Marves) Luhut Binsar Pandjaitan membuka perdagangan saham di New York Stock Exchange (NYSE) atau Bursa Efek New York pada Rabu, 21 September 2022.

Menko Luhut pun menceritakan pengalaman tersebut melalui akun Instagram yang sudah terverifikasi @luhut.pandjaitan. Ia bersama Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat Rosan Roeslani dan Komisaris BEI Pandu Sjahrir, dan delegasi lainnya saat pembukaan perdagangan di wall street. Saat membuka perdagangan di wall street tersebut sebagai pengalaman tak terlupakan Menko Luhut.

“Kemarin, adalah pengalaman yang tak terlupakan bagi saya di sela-sela kunjungan kerja ke Amerika Serikat selama beberapa hari. Untuk pertama kalinya saya berkesempatan menekan bel New York Stock Exchange (NYSE) tepat pada pukul 09.30 waktu New York bersama dengan Duta Besar untuk Amerika Serikat dan para delegasi,” tulis dia.

Menko Luhut mengatakan, sosok yang biasa membuka perdagangan di bursa saham acuan global tersebut dari eksekutif perusahaan dan selebritas.

“Biasanya mereka yang berdiri di atas podium penekanan bel ini adalah sosok eksekutif perusahaan atau bahkan selebriti ternama dunia, tapi kali ini kesempatan itu diberikan kepada seorang mantan prajurit lulusan lembah tidar yang mendapatkan kehormatan luar biasa,” tulis dia.

Ia menyampaikan, penekanan bel menandai dimulainya transaksi “stock market” dunia dengan nilai sekitar USD 20 miliar atau sekitar Rp 300,24 triliun (asumsi kurs Rp 15.012 per dolar AS) dalam setiap hari perdagangannya.

“Penekanan bel ini juga disaksikan setidaknya 170 juta pasang mata di seluruh dunia. Seremonial yang digelar tepat menghadap ke lantai perdagangan utama “big board” ini rutin diadakan oleh NYSE setidaknya sejak 1995,” tulis Menko Luhut.

 

Harapan Menko Luhut

Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan. (Dok Kemenko Marves)
Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan. (Dok Kemenko Marves)

Menko Luhut menambahkan, selebrasi ini dilakukan untuk mengajak banyak perusahaan agar berlomba-lomba mencatatkan saham di NYSE, atau sekadar merayakan hari jadi perusahaan dan mempromosikan produk barunya.

“Tentunya dengan imbalan bahwa mereka akan diliput langsung oleh berbagai stasiun televisi yang langganan meliput secara langsung “the Opening Bell”, begitulah mereka menyebutnya di sana,” ia menambahkan.

Adapun Luhut menuturkan, nilai jual acara ini diperkirakan mencapai USD 2,5 juta atau sekitar Rp 37,53 miliar (asumsi kurs Rp 15.012 per dolar AS) per tahun atau bahkan lebih.

“Secara historis, momen ini adalah ikon pembukaan dan penutupan perdagangan yang luar biasa sekaligus juga menjadi pengalaman yang amat berkesan bagi saya pribadi,” tulis dia.

Ia pun berharap masyarakat Indonesia ikut merasakan kebanggaan seiring pada Rabu, 21 September 2022 dapat melihat bendera merah putih berkibar di sudut-sudut NYSE dan juga halaman depan kantor mereka yang megah.

“Semoga momentum ini menjadi tonggak kebangkitan perekonomian bangs aini, di mana ke depannya akan banyak perusahaan Indonesia semakin diperhitungkan di pasar global, tulis dia.

Penutupan Wall Street pada 21 September 2022

Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street anjlok pada perdagangan Rabu, 22 September 2022 di tengah perdagangan yang bergejolak. Wall street merosot setelah the Federal Reserve menaikkan suku bunga 75 basis poin dan memperkirakan kenaikan suku bunga yang lebih besar ke depan dalam perjuangannya untuk meredam inflasi.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones turun 522,45 poin atau 1,7 persen ke posisi 30.183,78. Indeks S&P 500 tergelincir 1,71 persen ke posisi 3.789,93. Indeks Nasdaq merosot 1,79 persen ke posisi 11.220,19.

Dengan indeks S&P 500 yang melemah pada penutupan perdagangan Rabu pekan ini sehingga membuat indeks acuan itu turun lebih dari 10 persen dalam sebulan terakhir. Selain itu, indeks itu turun 21 persen dari level tertinggi dalam 52 minggu. Bahkan sebelum keputusan suku bunga, harga saham di tengah kebijakan agresif the Federal Reserve yang dapat mengarahkan ekonomi ke dalam resesi.

Saham bergejolak seiring pelaku pasar menguraikan keputusan suku bunga dan komentar terbaru dari pimpinan bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) Jerome Powell. Pada level tertingginya, indeks Dow Jones naik lebih dari 314 poin.

 

Sentimen The Fed

Pasar Saham AS atau Wall Street.Unsplash/Aditya Vyas
Pasar Saham AS atau Wall Street.Unsplash/Aditya Vyas

Adapun the Fed menaikkan suku bunga acuan 75 basis poin yang diperkirakan lebih luas. The Fed juga perkirakan apa yang disebut terminal rate mencapai 4,6 persen untuk melawan inflasi AS yang terus tinggi. Itulah tingkat suku bunga ketika bank sentral akan akhiri pengetatannya..

Bank sentral AS juga mengindikasikan rencana tetap agresif dengan menaikkan suku bunga menjadi 4,4 persen pada 2023.

“Pada akhirnya ada saatnya Anda harus berusaha keras dan dengan kenaikan suku bunga 75 basis poin berturut-turut dalam tiga kali selama empat bulan terakhir, pelaku pasar harus melihat untuk  berlindung dari badai yang akan datang,” ujar Senior Investment Strategist Allianz Investment Management, Charlie Ripley dikutip dari CNBC, Kamis (22/9/2022).

Di sisi lain, imbal hasil obligasi AS tenor dua tahun mencapai level tertinggi dalam sejak 2007 ke posisi 4,1 persen. Imbal hasil tenor 10 tahun melonjak menjadi 3,6 persen pada Rabu waktu setempat.

Semua sektor utama indeks S&P 500 berada di wilayah negatif. Koreksi sektor saham dipimpin oleh konsumsi, layanan komunikasi, material dan saham pertumbuhan. Saham perjalanan dan hiburan juga terpukul bersama dengan saham teknologi antara lain Apple, Amazon dan Meta.

Penutupan Wall Street pada 20 September 2022

(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)
(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melemah pada perdagangan Selasa, 20 September 2022 seiring aksi jual yang meningkat. Di sisi lain, investor juga bersiap untuk kenaikan suku bunga besar lainnya dari bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) yang dirilis Rabu pekan ini.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones turun 313,45 poin atau 1,01 persen ke posisi 30.706,23. Indeks S&P 500 susut 1,13 persen ke posisi 3.855,93. Indeks Nasdaq melemah 0,95 persen menjadi 11.425,05.

The Federal Open Markets Committee (FOMC) memulai pertemuan kebijakan dua hari pada Selasa, 20 September 2022. The Fed diperkirakan mengumumkan kenaikan suku bunga 0,75 persen. Wall street alami koreksi dalam beberapa pekan terakhir seiring komentar dari ketua the Federal Reserve (the Fed). Selain itu, laporan inflasi Agustus 2022 yang tiba-tiba memanas menyebabkan pelaku pasar bersiap untuk tingkat bunga tinggi hingga inflasi mereda.

Suku bunga tinggi menekan saham. Sementara itu, imbal hasil obligasi AS bertenor dua tahun melonjak 3,99 persen, level tertinggi sejak 2007. Imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun mencapai 3,6 persen.

“Pergerakan yang lebih tinggi untuk imbal hasil obligasi 10 tahun kemungkinan berkontribusi mendorong gejolak di pasar saham pada Selasa pekan ini,” ujar Jack Ablin dari Cresset Capital dikutip dari CNBC, Rabu (21/9/2022).

Ia menambahkan, investor telah mencerna kenaikan 75 basis poin tetapi mungkin ada beberapa kekhawatiran retorika yang masih sangat hawkish.

Pelaku pasar mengawasi proyeksi the Fed dari pertemuan pekan ini untuk mengukur seberapa banyak suku bunga lebih lanjut dapat naik dan apa artinya bagi perekonomian.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya