Pefindo: Pelemahan Rupiah Masih Minim terhadap Korporasi

Ekonom Pefindo Suhindarto menilai, Bank Indonesia (BI) sudah mengeluarkan berbagai kebijakan untuk mengintervensi pasar serta untuk menjaga nilai tukar rupiah.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 26 Okt 2022, 11:12 WIB
Diterbitkan 26 Okt 2022, 11:12 WIB
FOTO: Akhir Tahun, Nilai Tukar Rupiah Ditutup Menguat
Karyawan menunjukkan uang dolar AS dan rupiah di Jakarta, Rabu (30/12/2020). Nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup menguat 80 poin atau 0,57 persen ke level Rp 14.050 per dolar AS. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menjelaskan saat ini pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat masih minim terhadap korporasi

Ekonom Pefindo Suhindarto menilai, Bank Indonesia (BI) sudah mengeluarkan berbagai kebijakan untuk mengintervensi pasar serta untuk menjaga agar nilai tukar Rupiah tidak sampai terdepresiasi cukup dalam.

"Sejauh ini kami melihat bahwa memang ada risiko cukup besar kertika nilai tukar terdepresiasi, memang kita melihat Bank Indonesia sendiri sudah mengeluarkan berbagai kebijakan untuk mengintervensi pasar dan juga untuk menjaga agar nilai tukar kita tidak sampai terdepresiasi cukup dalam lagi," kata Ekonom Pefindo Suhindarto dalam konferensi pers, ditulis Rabu (26/10/2022).

Menurut ia, sejauh ini risiko yang dihadapi dari sisi translasi nilai tukar diperkirakan masih lebih rendah.

"Sehingga saya pikir sejauh ini risiko yang dihadapi dari sisi tranlasi nilai tukar kami perkirakan masih lebih rendah, Rupiah kita sifatnya masih lebih involatil dibanding negara lainnya sehingga akami berpandangan stabilitas nilai tukar dijaga ini meniminalisir korporasi berhutang valas," kata dia.

Sementara itu, Kepala Divisi Pemeringkatan Nonjasa Keuangan I Pefindo Niken mengatakan, terdapat sejumlah emiten yang berusaha menurunkan hutang valas untuk meminimalkan risiko yang terjadi.

"Mungkin enggak semua emiten, ada beberapa emiten yang kami cover berusaha menurunkan hutang valas yang punya pendapatan rupiah, mereka berusaha menurunkan utang valas bisa meminimalkan risiko, ada beberapa yang masih tetap memiliki risiko utang valas," ujar Niken.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


BI: Rupiah Melemah Terus Bisa Sebabkan Imported Inflation

FOTO: Akhir Tahun, Nilai Tukar Rupiah Ditutup Menguat
Karyawan menunjukkan uang dolar AS dan rupiah di Jakarta, Rabu (30/12/2020). Nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup menguat 80 poin atau 0,57 persen ke level Rp 14.050 per dolar AS. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sebelumnya, nilai tukar Rupiah menguat dipicu isu bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (Fed), akan memperlambat kenaikan suku bunga acuan. Kurs rupiah pagi ini menguat 42 poin atau 0,27 persen ke posisi 15.590 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 15.632 per dolar AS. Bank Indonesia buka suara.

Deputi Gubernur BI Doni P. Joewono, mengatakan Bank Indonesia sebagai otoritas moneter akan tetap berada di pasar guna melakukan intervensi. Sebab, rupiah yang terus melemah akan menimbulkan imported inflation.

Sebagai informasi, Imported inflation adalah jenis inflasi akibat efek perubahan nilai tukar yang disebabkan oleh kenaikan harga barang impor dari luar negeri.

"Kami jaga stabilitas nilai tukar, kami selalu berada di pasar untuk intervensi. Kenapa? Karena nilai tukar sebabkan imported inflation. Ini coba kami jaga agar bahan-bahan impor tidak tinggi," kata Doni dalam Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan Sulawesi Selatan,” Senin (24/10/2022).

Lebih lanjut, Doni menyebut inflasi Indonesia saat ini terbilang cukup tinggi, namun Indonesia masih mampu tumbuh perekonomiannya. Terbukti pada kuartal II-2022 ekonomi tumbuh sebesar 5,44 persen, sedangkan di negara lain banyak yang tumbuh negatif bahkan menuju arah resesi.

“Ini suatu mukjizat, di negara lain ekonominya tidak tumbuh malah stagnasi sementara di Indonesia itu tumbuh. Nah, ini yang yang yang suatu mukjizat buat kita kan emang ekonomi Indonesia tuh didukung oleh konsumsi karena mobilitasnya udah bagus terus meningkat,” ujarnya.

 


Menjaga Kestabilan

Rupiah Stagnan Terhadap Dolar AS
Teller tengah menghitung mata uang dolar AS di penukaran uang di Jakarta, Rabu (10/7/2019). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup stagnan di perdagangan pasar spot hari ini di angka Rp 14.125. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Kendati begitu, dia berharap semua pihak harus bisa menjaga momentum pertumbuhan ini dengan cara menjaga inflasi. Misalnya, upaya Bank Indonesia dalam menurunkan inflasi yaitu menaikkan suku bunga bank 50 basis poin.

“Nah ini kita sebut sebagai front loaded, forward looking, dan Pre-emptive untuk menurunkan ekspektasi yang 7 persen, karena itu kan ekspektasi. Jadi, kita berusaha untuk menurunkan ekspektasi itu ke bawah,” ujarnya.

Upaya lainnya, Bank Indonesia juga turut menjaga kestabilan nilai tukar. Karena jika tidak dijaga, maka nilai tukar itu mengakibatkan imported inflation.

“Inilah yang salah satunya coba kita jaga, supaya bahan-bahan impor kita juga tidak tinggi,” ujar Doni.

Kemudian, beberapa hal yang Bank Indonesia lakukan adalah kerjasama dengan pemerintah daerah, antara lain optimalisasi penggunaan belanja yang tidak terduga, membantu menjaga pasokan kelancaran distribusi barang dan penguatan ketahanan pangan.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya