Garuda Indonesia Catat Pertumbuhan Penumpang 61,11 Persen

Kinerja operasional turut diperkuat dengan capaian angkutan kargo yang tercatat sebesar 144 ribu ton hingga kuartal III 2022.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 04 Nov 2022, 20:10 WIB
Diterbitkan 04 Nov 2022, 20:10 WIB
Garuda Indonesia Tutup 97 Rute Penerbangan
Pesawat Garuda terparkir di landasan pacu Terminal 3, Bandara Soekarno Hatta, Banten, Rabu (17/11/2021). Maskapai Garuda Indonesia akan menutup 97 rute penerbangannya secara bertahap hingga 2022 mendatang bersamaan dengan proses restrukturisasi yang tengah dilakukan. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) mencatatkan pertumbuhan penumpang 61,11 persen menjadi 10,49 juta penumpang hingga kuartal III 2022, dibandingkan pergerakan penumpang hingga kuartal II 2022 6,51 juta penumpang. 

Sementara itu, kinerja operasional turut diperkuat dengan capaian angkutan kargo yang tercatat sebesar 144 ribu ton hingga kuartal III 2022. Hal ini tentunya selaras dengan komitmen Garuda Indonesia dalam memaksimalkan potensi angkutan kargo dalam menunjang aktivitas direct call komoditas ekspor unggulan nasional.

Garuda Indonesia secara grup mencatatkan pertumbuhan pendapatan hingga kuartal III 2022 sebesar 60,35 persen menjadi USD 1,5 miliar atau Rp 23,60 triliun (asumsi kurs Rp 15.737 per dolar AS) dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya yaitu sebesar USD 939 juta. 

Pertumbuhan pendapatan usaha tersebut dikontribusikan oleh pendapatan penerbangan berjadwal sebesar 57,87 persen, pendapatan penerbangan tidak berjadwal yang tumbuh signifikan sebesar 171,88 persen, serta pendapatan lainnya sebesar 27,13 persen. 

Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan, peningkatan pendapatan signifikan tersebut juga menjadi sinyal positif tersendiri bagi proyeksi kinerja usaha Garuda ke depannya.

“Kami yakini dapat semakin sustain khususnya dengan ditunjang cost structure kinerja operasi yang semakin lean dan adaptif dalam menghadapi tantangan kinerja usaha ke depannya,” kata Irfan dalam keterangan resminya, Jumat (4/11/2022).

Menurut ia, kondisi fundamental kinerja operasional yang semakin solid serta didukung oleh iklim pasar transportasi udara yang kian tumbuh signifikan menjadi momentum tersendiri bagi Garuda.

Momentum tersebut, mengintensifkan percepatan misi transformasi dengan ditunjang oleh berbagai kebijakan strategis penyehatan kinerja keuangan yang berkesinambungan.

 

 

Faktor Pendorong

Garuda Indonesia
Ilustrasi maskapai penerbangan Garuda Indonesia saat berhenti di apron Bandara Adi Soemarmo.(Liputan6.com/Fajar Abrori)

Pertumbuhan pendapatan tersebut juga memperkuat outlook kinerja positif Garuda di tengah langkah realisasi rights issue baik dalam kaitan implementasi rencana perdamaian PKPU, maupun rencana penambahan struktur permodalan melalui Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar Rp 7,5 triliun.

Penambahan modal tersebut untuk mendukung program restorasi armada untuk memperkuat ketersediaan alat produksi khususnya menjelang periode peak season liburan akhir tahun.

Lebih lanjut, sebagai bentuk komitmen perusahaan untuk terus menjaga performa operasional, sepanjang 2022, hingga Oktober lalu Garuda Indonesia berhasil mempertahankan tingkat ketepatan waktu rata rata diatas 85 persen. 

Irfan menuturkan, pihaknya optimistis akan semakin memperkuat langkah Garuda untuk terus mengakselerasikan proses restrukturisasi yang kami proyeksikan dapat rampung pada akhir tahun ini.

Hal itu ditopang dengan outlook kinerja yang positif serta dengan diumumkannya putusan Mahkamah Agung atas penolakan kasasi serta berbagai percepatan langkah rekognisi hasil putusan PKPU yang saat ini tengah diintensifkan melalui otoritas hukum di Amerika Serikat.

“Hal ini yang tentunya turut menjadi momentum penting bagi upaya Garuda dalam memaksimalkan momentum bangkitnya sektor industri aviasi pada 2023 mendatang," ujar Irfan. 

Kinerja Garuda Indonesia Kuartal III 2022

Tarif Batas Atas Tiket Pesawat
Pesawat maskapai Garuda Indonesia terparkir di areal Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Kamis (16/5/2019). Pemerintah akhirnya menurunkan tarif batas atas (TBA) tiket pesawat atau angkutan udara sebesar 12-16 persen yang berlaku mulai Kamis hari ini. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Sebelumnya, PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) mengumumkan kinerja perseroan untuk periode sembilan bulan yang berakhir pada 30 September 2022. Pada periode ini, perseroan berhasil mencatatkan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar USD 3,7 miliar atau sekitar Rp 58,08 triliun (kurs Rp 15.699 per USD).

Raihan laba itu berbalik dari posisi September tahun lalu di mana Garuda Indonesia mencatatkan rugi USD 1,65 miliar. Mengutip laporan keuangan perseroan dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (3/11/2022), kinerja laba perseroan sejalan dengan pendapatan usaha yang tumbuh 60,35 persen menjadi USD 1,51 miliar dari Rp 939,03 juta pada periode yang sama tahun lalu.

Kendati demikian, perseroan berhasil menekan beban usaha menjadi sebesar USD 1,86 miliar dari USD 1,98 miliar pada September 2021. Bersamaan dengan itu, perseroan mencatatkan keuntungan selisih kurs senilai USD 103,65 juta, pendapatan lain-lain USD 279,16 juta, dan pendapatan dari restrukturisasi utang sebesar USD 2,85 miliar.

 

Aset

Garuda Indonesia Tutup 97 Rute Penerbangan
Pesawat Garuda terparkir di landasan pacu Terminal 3, Bandara Soekarno Hatta, Banten, Rabu (17/11/2021). Maskapai Garuda Indonesia akan menutup 97 rute penerbangannya secara bertahap hingga 2022 mendatang bersamaan dengan proses restrukturisasi yang tengah dilakukan. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Kemudian perseroan juga mencatatkan keuntungan dari restrukturisasi pembayaran sebesar USD 1,34 miliar, pendapatan keuangan USD 4,59 juta, dan beban keuangan USD 308,39 juta. Dari rincian itu, setelah dikurangi pajak perseroan berhasil mengantongi laba periode berjalan sebesar USD 3,7 miliar dari rugi tahun berjalan pada September 2021 sebesar USD 1,67 miliar.

Dari sisi aset perseroan sampai dengan September 2022 tercatat sebesar USD 5,89 miliar, turun dibandingkan posisi Desember 2021 sebesar USD 7,19 miliar. Terdiri dari aset lancar USD 462,12 juta dan aset tidak lancar USD 5,42 miliar.

Liabilitas sampai dengan September 2022 tercatat sebesar USD 8,29 miliar, turun dari posisi akhir tahun lalu sebesar USD 13,3 miliar.

Terdiri dari liabilitas jangka pendek USD 2,23 miliar dan liabilitas jangka panjang USD 6,06 miliar. Sementara ekuitas sampai dengan September 2022 tercatat membaik jadi minus USD 2,41 miliar dari minus USD 6,11 miliar pada Desember 2021.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya