Bursa Saham Asia Bervariasi Setelah Rilis Data Aktivitas Pabrik China

Bursa saham Asia Pasifik bervariasi pada perdagangan Rabu, 30 November 2022 dan ikuti wall street.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 30 Nov 2022, 09:15 WIB
Diterbitkan 30 Nov 2022, 09:15 WIB
Pasar Saham di Asia Turun Imbas Wabah Virus Corona
Orang-orang berjalan melewati layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Senin (10/2/2020). Pasar saham Asia turun pada Senin setelah China melaporkan kenaikan dalam kasus wabah virus corona. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Liputan6.com, Singapura - Bursa saham Asia Pasifik beragam pada perdagangan Rabu (30/11/2022) seiring ada sentimen rilis data aktivitas pabrik China pada November 2022. Data aktivitas pabrik China lebih rendah dari yang diharapkan dan alami kontraksi untuk bulan kedua berturut-turut.

Indeks Hang Seng naik 0,93 persen. Indeks Shanghai melemah 0,16 persen, dan indeks Shenzhen menguat 0,4 persen.

Pada Selasa, 29 November 2022, pejabat kesehatan China mengumumkan langkah-langkah untuk meningkatkan vaksinasi COVID-19 di kalangan orangtua, sebuah indikator yang dianggap penting untuk membuka kembali perekonomian sambil mengamati perkembangan COVID-19. Demikian mengutip dari CNBC, Rabu, 30 November 2022.

Di Australia, indeks ASX bergejolak, dan diperdagangkan naik 0,4 persen setelah laporan inflasi Australia lebih rendah dari yang diharapkan. Indeks Nikkei 225 di Jepang terpangkas 0,6 persen dan indeks Topix tergelincir 0,62 persen.

Indeks Kospi Korea Selatan menguat 0,51 persen. Indeks MSCI Asia Pasifik di luar Jepang bertambah 0,4 persen.

Perusahaan Japan Fast dan produsen kendaraan listrik Xpeng akan rilis kinerja laba. Di sisi lain, ketua the Federal Reserve (the Fed) Jerome Powell akan sampaikan pidato di Brooklings Institution pada Rabu, 30 November 2022.

Indeks Manajer Pembelian Manufaktur resmi China pada November 2022 diperkirakan mencapai 49, di bawah angka 50 yang memisahkan pertumbuhan dari kontraksi. Indeks tersebut lebih rendah dari pembacaan 49,2 yang dilaporkan pada Oktober 2022.

Penutupan Bursa Saham Asia pada 29 November 2022

Rudal Korea Utara Bikin Bursa Saham Asia Ambruk
Seorang pria berdiri didepan indikator saham elektronik sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo (29/8). Ketegangan politik yang terjadi karena Korut meluncurkan rudalnya mempengaruhi pasar saham Asia. (AP Photo/Shizuo Kambayashi)

Sebelumnya, bursa saham Hong Kong menguat ke sesi tertinggi seiring otoritas kesehatan China melaporkan kenaikan baru-baru ini dalam tingkat vaksinasi senior. Ini dianggap oleh ahli sangat penting untuk membuka kembali ekonomi yang telah hadapi penguncian sporadic.

Indeks Hang Seng menguat 5,24 persen lebih tinggi ke 18.204,68 dengan indeks Hang Seng teknologi menguat 7,66 persen. Di bursa saham China, indeks Shanghai naik 2,31 persen ke posisi 3.149,75. Indeks Shenzhen melesat 2,4 persen ke posisi 11.089,01.

Indeks CSI300 naik 3,09 persen ke posisi 3.848,42 karena kasus COVID-19 yang lebih rendah pada Senin, 28 November 2022, dan alami penurunan pertama sejak 1 November 2022.

 Pergerakan indeks ini terjadi setelah awal pekan yang lesu seiring investor bereaksi terhadap protes atas pembatasan COVID-19 di China.

Di Australia, indeks ASX 200 naik 0,33 persen ke posisi 7.253,30.Indeks Kospi Korea Selatan naik 1 persen. Indeks MSCI untuk Asia Pasifik bertambah 1,73 persen. Indeks Jepang Nikkei 225 melemah 0,48 persen ke posisi 28.027,84. Indeks Topix melemah 0,57 persen ke posisi 1.992,97 seiring data penjualan ritel meleset dari harapan dan tingkat pengangguran.

Penutupan Wall Street pada 29 November 2022

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Ekspresi spesialis Michael Pistillo (kanan) saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020) sore waktu setempat setelah WHO menyebut virus corona COVID-19 sebagai pandemi. (AP Photo/Richard Drew)

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street bervariasi pada perdagangan Selasa, 29 November 2022. Indeks S&P 500 dan Nasdaq melemah pada sesi ketiga berturut-turut seiring pelaku pasar berjuang untuk pulih dari koreksi tajam pada sesi sebelumnya. Pelaku pasar juga bersiap hadapi rilis data ekonomi akhir pekan ini.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Nasdaq merosot 0,59 persen ke posisi 10.983,78. Indeks S&P 500 tergelincir 0,16 persen ke posisi 3.957,63. Indeks Dow Jones naik tipis 0,01 persen ke posisi 33.852,53.

Investor sedang menanti data yang akan datang akhir pekan ini termasuk lowongan pekerjaan JOLTS pada Rabu, 30 November 2022 waktu setempat. Selain itu, daftar gaji pada Jumat, 2 Desember 2022 untuk mengetahui bagaimana kinerja ekonomi. Pelaku pasar juga menanti jadwal pidator Ketua the Federal Reserve (the Fed) Jerome Powell di Hutchins Center on Fiscal pada Rabu pekan ini untuk mengetahui petunjuk apakah bank sentral akan memperlambat atau menghentikan kenaikan suku bunga.

 

Menanti Rilis Data Ekonomi

Plang Wall Street di dekat Bursa Efek New York. (Richard Drew/AP Photo)
Dalam file foto 11 Mei 2007 ini, tanda Wall Street dipasang di dekat fasad terbungkus bendera dari Bursa Efek New York. (Richard Drew/AP Photo)

“Pasar telah mengalihkan fokus dari akhir musim laporan laba kuartal III menjadi faktor tambahan sekarang yang mungkin akan mempengaruhi pertimbangan the Federal Reserve pada pertemuan Desember,” ujar Direktur Senior Investment US Bank, Bill Northey, dikutip dari CNBC, Rabu (30/11/2022).

Hal senada dikatakan Analis Baird Ross Mayfield. Pasar bergerak sedikit dengan investor menantikan pidato dari Ketua the Fed Jerome Powell dan data tentang pekerjaan, tenaga kerja, dan inflasi yang akan datang akhir pekan ini.

“Ini adalah minggu data ekonomi yang sangat besar. Sering kali, ketika Anda memiliki beberapa katalis besar dalam waktu dekat, pasar akan melakukan perdagangan sideways, atau sedikit tenang untuk antisipasi peristiwa tersebut,” ujar Mayfield.

Ia pun menyarankan kepada klien terutama yang mencari strategi jangka panjang untuk tetap fokus pada tujuan investasi lebih besar dan tidak terpengaruh naik turun saham dalam jangka pendek. “Jika Anda hanya investor jangka panjang, ini benar-benar hanya tentang bertahan saja,” tutur dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya